3
₪ ₪ ₪
Dragoff baru saja kehilangan kepalanya. Sekarang badannya terbaring lemas di antara bangku dan jendela mobil.
Meskipun demikian, tidak ada satupun dari antara mereka yang terlihat panik. Jollo masih sibuk menghindari peluru yang berdatangan. Roko sibuk memandangi bar progres yang kini sudah mencapai 96%. Drew sibuk menembaki tentara bermotor dengan senapannya. Semuanya sudah biasa dengan kematian kamerad mereka.
Drew kembali bersembunyi ke dalam mobil setelah memberi tembakannya. "Dasar keparat! Mereka membunuh Dragoff!"
Jollo berkata tanpa ekspresi selagi memandang ke depan mobil. "Beristirahatlah dengan tenang, Dragoff."
Sementara itu, tidak ada sepatah kata apapun keluar dari mulut Roko. Dia hanya memandangi tubuh Dragoff yang tak bernyawa.
Drew selesai mengisi amunisinya, lalu kembali mengeluarkan kepala dan senapannya dari jendela. Kini hanya Drew yang melawan tentara-tentara bermotor itu untuk mereka.
Kemudian, ledakan berkesan lembab yang sama terdengar dari sisi kanan Roko. Sama seperti Dragoff, nasib Drew berakhir dengan kepalanya menghilang, digantikan oleh gumpalan dan pecahan yang dilumuri darah.
"Beristirahatlah dengan tenang, Drew."
Sekarang tidak ada siapapun yang melawan sepeda-sepeda motor yang mengejar. Hanya ada Jollo yang berusaha menghindarkan van ini dari tembakan.
"Berapa persen, Roko?" Jollo bertanya pada Roko, masih tidak mengalihkan perhatiannya dari jendela depan dan kaca mobil.
"99%"
"Oke. Bentar lagi kita bakal berhasil!"
Tiba-tiba, terdengar bunyi ledakan dari sisi kiri belakang van, sebelum van itu sendiri menjadi meliuk-liuk.
"Anjing! Sialan! Bannya kena bangsat!"
Seluruh isi mobil tersebut bergoncang. Begitu kencang hingga mayat Drew terlempar ke luar lewat jendela. Jollo berusaha sekuat tenaga untuk menjaga agar mobil ini tetap stabil di jalannya.
Di tengah perjuangan itu, Jollo menyadari bahwa mereka harus berhenti, atau mobil ini akan terpelanting, sehingga mereka terperangkap di dalam dan tentara itu dapat menangkap dirinya dan Roko. Maka dia memperhatikan bangunan-bangunan di depannya. Ada sebuah pabrik di kejauhan. Selain itu, ada suatu bangunan besar berwarna hitam di kanan bahu jalan, yang berdiri di pojok suatu persimpangan. Dari penampilannya, Jollo berpikir bahwa bangunan ini barangkali cukup kuat untuk menahan tabrakan mobil maupun serangan peluru.
Objektif Jollo sekarang adalah merapatkan mobil ini pada bangunan itu.
"Siap-siap Roko. Nanti aku dempetin mobil ini ke dinding bangunan itu." Jollo menunjuk bangunan yang dia maksud dengan kanan kirinya. "Terus, kamu buruan kabur ke pabrik yang ada di sebelah sana."
"Siap, Jollo."
Maka dimulailah rencana Jollo. Dia membanting setirnya ke kanan. Maka bertabrakanlah sisi kanan van tersebut dengan dinding bangunan yang terbuat dari bata itu. Gesekan di antara keduanya menghasilkan deritan yang nyaring dan menyakitkan. Jollo menginjak rem dengan pasti, memperlambat mobil tersebut.
Akhirnya, mereka sampai pada persimpangan. Berkat Jollo, mobil itu berhenti tepat saat pintu kanan tengahnya terbebas dari dinding bangunan, sekarang menghadap suatu jalan yang nampak agak berkabut.
"Roko! Kabur dari sini! Buruan!"
Roko mengemas laptop itu ke dalam ransel, lalu mengangkat ransel tersebut ke dadanya. Dia segera keluar dari van yang sudah reot tersebut melalui pintu yang mengarah ke jalan belokan.
Tepat saat dia keluar dari mobil tersebut, Roko pamit dengan Jollo.
"Semoga beruntung, Jollo."
Jollo membalas Roko dengan nada tidak sabar. "Kamu yang harusnya beruntung!"
Roko pun berlari sekuat tenaga, meninggalkan Jollo jauh di belakang.
ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ
Roko tidak tahu di mana dia berada sekarang. Yang jelas, dia dikelilingi oleh rumah-rumah kosong, dan di depannya ada suatu kompleks pabrik yang sama kosongnya. Roko tidak menghentikan larinya, tidak sampai unggahan ini selesai.
Tiba-tiba, dia mendengar bunyi ledakan dari belakangnya, dan rasa sakit yang luar biasa merambat dari pinggang kirinya. Roko menyadari bahwa dirinya tertembak, atau setidaknya terserempet peluru. Dia segera bersembunyi ke balik salah satu rumah, menghentikan larinya sejenak untuk mengecek separah apa luka yang dia dapat.
Roko membungkuk menahan rasa sakit itu. Saat memegang bagian tubuhnya yang kesakitan, dia terkejut oleh sensasi lembab dan hangat yang teramat sangat, serta bentukan-bentukan daging yang tidak jelas wujudnya.
Saat Roko mengangkat tangan kirinya, dia dikejutkan dengan lumuran darah yang tebal. Tangannya menjadi merah pekat, sementara cairan merah itu meresap di pakaiannya.
Masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Roko menurunkan kepalanya, mencoba melihat apa yang terjadi di bawah sana.
Di pinggang kirinya, ternyata, terdapat suatu lubang besar, seakan tubuhnya baru saja digerogoti oleh hewan buas. Roko melihat apa yang nampak sebagai balon merah darah yang sudah pecah.
Tidak butuh waktu lama bagi Roko untuk menyadari bahwa 'balon' itu adalah usus besarnya. Tidak butuh waktu lama juga bagi Roko untuk tewas karena kehabisan darah dari luka parah itu.
Ini bukan masalah yang augmentasi tubuh dan mesin nano dapat selesaikan.
Tapi sudah cukup dengan keadaannya sendiri, serunya dalam hati. Bagaimanya dengan unggahan itu? Dengan tergesa-gesa, Roko menarik laptop-nya dari ransel hitam yang tanpa terlihat sudah basah akan darah, . Laptop itu sendiri juga menjadi belepotan oleh darahnya ke mana-mana.
Roko membukanya, lalu mendapati bahwa progresnya masih 99%.
"Sialan!" Sepertinya Roko harus bersembunyi di suatu tempat hingga progres ini mencapai 100%. Sementarra itu, langkah kaki, ada banyak, mulai terdengar di telinganya.
Dia menengadah lalu menoleh kiri dan kanan sejenak, berusaha mencari tempat singgah berikutnya. Kemudian, matanya tertuju pada suatu kompleks pabrik yang membentang di depannya.
Di balik dua baris rumah kecil, terdapat suatu pagar besi. Di balik pagar besi itu, terdapat suatu lapangan yang luas, di mana bangunan-bangunan besar yang aneh berada. Karena kabut yang mengisi daerah ini, Roko hanya dapat melihat siluet bangunan-bangunan itu. Detailnya tersembunyi dalam kegelapan.
Tanpa kata, tanpa banyak berpikir, Roko mulai mengayunkan langkahnya ke arah pabrik itu, berlari menuju tempat pemberhentian selanjutnya dengan sekuat tenaga, meskipun pinggangnya hancur, meskipun sakitnya luar biasa. Tujuannya saat ini adalah memastikan unggahan tersebut selesai. Dia tidak boleh mati sampai semua ini selesai.
Kemudian, jarak antara dirinya dengan pagar menjadi hanya beberapa meter. Di saat itulah, Roko dengan cekatan menarik keluar pistolnya dan membuat lubang sebesar manusia pada sangkar besi itu.
Meskipun Roko telah memasuki kawasan pabrik, dia tidak membuang-buang waktu untuk melambat sedikit saja. Lebih-lebih, tentara di belakangnya mulai menghujani lokasinya dengan peluru dan peluru. Di lapangan aspal yang luas itu, rasa sakit Roko seakan tiada artinya.
Aspal itu berganti menjadi rumput pendek yang basah oleh embun, dan kemudian darahnya. Roko memasuki gerbang pabrik yang berdiri setinggi pohon.
Roko masih belum berhenti juga. Lagipula dia masih cukup dekat dengan para pengejar.
ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ
Cek juga karya-karya berikut di Wattpad! Ada banyak tema di sini,
Seperti terjebak dalam dunia gim oleh Dee_ane,
Terjebak bukan dalam novel buatan orang lain, tapi novel buatannya sendiri oleh icebreaker20,
Dan dukun Joseon berkualifikasi farmasi oleh kireiskye.
Cek karya mereka dan berikan banyak vote dan comment!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro