Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

27

₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪

₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪

Mengesampingkan kekhawatirannya sesaat, Roko berusaha mendengarkan apa yang Jentał ceritakan. Barangkali dia dapat memperoleh informasi penting untuk melindunginya dari rangkaian insiden ini.

Untuk saat ini, Roko mendapati bahwa si rambut merah itu bekerja sebagai seorang arkeolog. Lebih spesifik lagi, dia bertugas menerjemahkan tulisan-tulisan kuno, baik dalam bentuk dokumen, papan iklan, audio, dan sebagainya. Semua yang ada di tangannya saat ini merupakan salinan dari salinan yang berasal dari Bumi.

Setelah Jentał berbicara, dia mengambil jeda. Sepertinya untuk memikirkan apa yang ingin dia katakan selanjutnya. Roko pun mengambil kesempatan ini untuk menggali informasi lebih dalam.

"Tempat kerjamu seperti apa?" Roko bertanya.

"Tempat kerjaku? Hm..." Jentał mendekatkan jari tangannya yang tergulung ke bibirnya. "Jujur susah menjelaskannya, jadi..."

Dengan segera, wanita itu melepaskan tangannya dari bibir untuk membuat gerakan tangan mengembang. Dengan seketika, di udara muncul apa yang nampak seperti blok-blok bangunan. Penampilannya legap dan padat, seakan bukan merupakan suatu hologram.

Di halaman kiri, kanan, depan, dan belakang terdapat lapangan yang didominasi oleh warna kelabu tua kebiruan. Pada lapangan tersebut terdapat garis-garis putih dengan ketebalan yang relatif seragam, membentuk kotak-kotak dan belang-belang yang geometris. Pada sebagian kotak terdapat mobil parkir. Sementara itu, pada bagian-bagian halaman yang tidak diisi oleh kelabu tua kebiruan itu terdapat pohon dan tanaman lainnya. Sepertinya — tidak, ini memang tempat parkir.

Di tengah-tengah hologram tersebut, terdapat apa yang menjadi fokus utama mereka — kantor arkeologi. Di sana terdapat sekitar 6 'kotak' berwarna kelabu terang. Masing-masing mempunyai permukaan kiri, kanan, depan, dan belakang yang dilengkapi oleh kotak-kotak kecil berwarna hitam kebiruan. Apa yang nampak seperti kotak-kotak kecil ini merupakan jendela, dan mereka tersusun rapi secara mengkotak.

Salah satu kotak yang berada di tengah lebih besar dibandingkan lainnya. 5 gedung lainnya — dalam susunan dan ukuran yang tak beraturan — mengelilingi gedung tengah dan nampak menyatu dengannya. Di satu sisi bawah gedung terbesar tersebut, terdapat papan nama — yang kelihatannya terbuat dari bahan yang sama dengan dinding bangunan — yang bertuliskan "NIŪMIFƏSS ĀKHIJƏLƏČISʔ AFFIS".

Roko mengernyitkan dahinya, berusaha menerjemahkan papan nama itu.

"Kantor Arkeologi Niūmifəs kan?" Roko bertanya.

"Iya," jawab Jentał. "Bahasamu sudah lumayan ya ternyata."

Roko bertanya lagi. "Tempat kerjamu di sebelah mana?"

"Hmm..." Jentał memutar hologram itu dengan tangannya, menunjukkan keempat sisi bangunan itu pada Roko. Kemudian, dia berhenti pada satu sisi. Lebih tepatnya, Roko menghadap bangunan terkecil sementara Jentał menghadap bangunan kedua tebesar. Namun, pandangan si rambut merah itu tertuju pada gedung yang berada di sebelah kiri Roko.

"Di sini." Jentał mengarahkan jari telunjuknya pada sisi bawah gedung kecil tersebut, namun Roko hanya bisa melihat sisi lainnya yang tidak berjendela. Karena sisi tersebut tidak terlihat dari Roko, maka si kacamata berdiri dari bangkunya, lalu mendekatkan pandangannya pada apa yang ditunjuk Jentał.

"Jadi di bawah situ ya" Roko berkomentar. Jentał mengangguk mengiyakan. Maka bertanya lagi Roko pada Jentał.

"Boleh lihat interiornya gak?" Dalam hati, Roko sudah siap mendengar jawaban seperti "tidak", "maaf", ataupun bentuk penolakan lainnya. Lagipula kantor ini bukan tempat umum.

"Oke," Jentał menjawab, mengejutkan Roko. Dengan cepat, diorama itu membesar di sekitar ruang yang si rambut merah itu tunjuk. Gedung-gedung itu nampak terpotong, memperlihatkan pada mereka berdua interiornya untuk sesaat. Pada akhirnya, perbesaran itu berhenti — kini mereka dihadapkan dengan diorama kantor Jentał. Sementara itu, potongan-potongan dinding bangunan yang menghalangi atau tidak relevan menghilang satu per satu.

Kantor berlantai ubin keramik putih itu terdiri atas 4 ruangan. Yang paling besar berada di tengah. Atau setidaknya terlihat demikian, karena ruangan itu sebenarnya berada di pojok barat laut relatif terhadap ruangan-ruangan yang lebih kecil. Namun saking besarnya, ruangan tersebut mengisi ¾ luas persegi gedung itu.

Di dalam ruangan tersebut, terdapat 4 meja panjang berwarna putih yang memanjang utara-selatan. Meja-meja tersebut tidak rata maupun kosong, melainkan bersekat dan penuh dengan barang seperti komputer, spesimen, dan alat-alat lain, di antaranya Roko tidak tahu apa fungsinya. Selain itu, pada dinding-dinding di mana jendela tidak berada, terdapat rak-rak kayu dengan isi yang beragam. Di sana terdapat buku, kaset, pelat bertulisan, dan beragam hal yang mengandung bahasa.

Ruang-ruang lain pada tingkatan terbawah gedung itu adalah sepasang ruangan berbentuk persegi (lumayan) panjang serta 1 ruangan persegi yang merupakan yang terkecil dari 4 ruangan itu. Ruangan persegi panjang itu membentang di sisi timur dan selatan ruangan terbesar. Isi keduanya lumayan berbeda antara satu sama lain, Roko perhatikan. Ruangan selatan didominasi oleh warna putih, dan isinya adalah peralatan-peralatan 'keras' seperti bor, gerinda, dan printer 3 dimensi. Sementara itu, ruangan timur didominasi oleh warna hitam serta pijaran hijau, dengan isi berupa kertas, komputer, dan beberapa monitor. Kedua ruangan itu tidak memiliki jendela.

Kemudian, pandangan Roko tertuju pada ruangan terkecil yang terletak di pojok tenggara. Diapit oleh ruangan selatan dan timur, ruangan ini terhubung pada keduanya dengan pintu. Ruangan ini — sama seperti ruangan barat laut — memiliki jendela, dalam hal ini 2. Tidak seperti ruangan lainnya, Roko tidak melihat barang apapun di sana. Barangkali ruangan ini memang sengaja dibuat kosong.

"Omong-omong," Jentał bertanya. "Kok kamu penasaran sama tempat kerjaku?"

Roko menjawabnya dengan kalem. "Menurutku penting saja. Siapa tahu saja aku bisa mengantar sesuatu yang kamu butuhkan langsung ke kantormu. Dan yang terpenting untuk saat ini..."

Si kacamata mengangkat mukanya dari diorama tersebut. Matanya memandang Jentał dengan serius melalui kedua kacamatanya.

"Aku harus menemukan cara buat melarikan kamu dari insiden kehilangan orang kalau terjadi."

"Insiden kehilangan orang?" Jentał bertanya heran. Roko mengantisipasi apa yang dia akan katakan.

"Ah iya, kabarnya di Khlāʔešthən sering terjadi hal semacam itu," lanjut jentał. "Tapi kejadiannya terkonsentrasi di barat laut sub-kota. Daerah kantor sini aman kok."

"Tapi Jentał..." Roko menambahkan. "Gak ada jaminan kalau di kantormu gak bakal ada orang yang hilang."

"Hmm... iya sih..." gumam Jentał. "Tapi kantor kami dilengkapi sensor dan kamera pengintai di mana-mana. Kalau ada terjadi apa-apa kayak orang hilang tadi, kami bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi."

"Tapi kalau begitu orangnya sudah hilang," tanggap Roko. "Begini Jentał. Gimana kalau kamu bekerja di rumah saja untuk sementara waktu ini?"

"Bekerja di rumah?" Jentał menanggapi. "Sebenarnya mau sih, tapi... artifak-artifak dan peralatan di sana gak bisa sembarangan dibawa pulang. Lagipula gak banyak informasi yang bisa diolah di rumah."

"Kalau gitu..." Kali ini Roko berbicara dengan nada tegas. "Gimana kalau kamu cuti dulu?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro