26
₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪
₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪
Roko duduk di atas sofa kuning dengan postur tegap — punggung terpisah dari sandaran. Dia tengah berfokus menonton lanjutan tayangan berita itu, mencoba mengumpulkan detail yang sekiranya relevan sebanyak-banyaknya.
Di tengah jalan, dia mendengar beberapa nama lokasi disebutkan. Khlāʔešthən. Lafkhłefʔ. Ōkəsʔtȱləf. Łopəʔʔałəʔ. Stīfəŋkhiŋ. Kelimanya adalah sub-kota dari kota tempat dia tinggal, Niūmifəs. Pada lima daerah inilah dikatakan kasus kehilangan sering terjadi, setidaknya di kota ini.
Kemudian dia teringat akan Jentał. Pemilik rumah ini... bukan, sang teman serumah setiap hari pergi ke luar untuk bekerja. Namun masalahnya, dia tidak tahu di daerah mana si rambut merah itu bekerja.
Dalam hati Roko berharap Jentał jauh dari daerah-daerah rawan tersebut. Namun, bisa saja harapannya itu salah — Jentał memang bekerja di salah satu dari daerah itu. Sekalipun dia kerja di daerah lain, tidak ada jaminan bahwa insiden penculikan massal itu tidak akan terjadi di tempat kerjanya.
¼ jam telah berlalu. Akhirnya tayangan berita itu tamat. Meskipun demikian, Roko tetap duduk di atas sofa, menantikan berita lain dengan topik yang sama. Namun, setelah menunggu hampir setengah ½ jam Roko menyadari hanya itulah yang ditayangkan saluran televisi itu untuk hari ini.
"Coba ganti salurannya." Roko melihat-lihat ke sekeliling selama beberapa menit. Pada akhirnya dia tidak menemukan remot televisi itu.
Dia menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa.
"Apa aku harus dekati televisinya ya?" Roko pikir. "Kan tinggal..."
Sesuatu terlintas di kepalanya.
"Kenapa aku gak coba ubah salurannya dari sini? Aku kan bisa."
Roko baru ingat bahwa dia bisa melakukan telekinesis. Latihannya bersama Jentał waktu itu membuktikannya. Namun dia masih belum terbiasa dengan kemampuan itu, dan ini bukan pertama kalinya dia lupa bahwa dia bisa.
Maka mulailah Roko mengumpulkan niatnya. Punggungnya diangkat lagi dari sandaran sofa. Dahinya sedikit dikerutkan terhadap layar televisi. Tujuan si kacamata itu sekarang adalah menekan tombol ganti saluran yang ada di pojok kanan bawah layar.
Kemudian layar saluran itu berganti. Dan kebetulan sekali, saluran baru ini tengah menayangkan berita tentang kehilangan massal. Berita itu dibawakan oleh seorang pembawa acara yang adalah seorang rusa. Dengan segera Roko mencondongkan mukanya ke dekat televisi.
Sama seperti berita sebelumnya, yang ini juga menyebut nama-nama sub-kota tadi. Namun yang ini — menampilkan lebih sedikit foto korban — juga menyebut nama-nama sub-kota Niūmifəs serta kota lain yang terpengaruh.
Kemudian pada layar muncul suatu peta dengan daratan berwarna hijau kekuningan dan badan air berwarna biru tua. Roko dapat mengidentifikasi bentukan-bentukan alam di sana — sungai raksasa serta lautan di mana dia bermuara. Pada peta tersebut, daratan mulai diisi satu per satu oleh titik-titik merah dengan berbagai ukuran, seiring dengan berbicaranya sang pembawa acara.
Salah satu titik terbesar berada di sisi barat muara sungai. Roko mengenal titik itu — itu adalah kotanya dan Jentał, Niūmifəs. Pada peta itu tidak ada legenda mengenai makna dari ukuran titik itu, namun Roko dengan intuisinya menebak bahwa ukurannya merepresentasikan semacam kuantitas. Semacam 'intensitas'.
"Ini pasti jumlah kasusnya," Roko berseru dalam hati. Kata-kata bahasa Bintang Terang membantunya memahami apa yang dia lihat. Kemudian, dia mengangkat mukanya sedikit, agak menjauh dari layar televisi.
Roko menatap ngeri apa yang dilihatnya.
Semua titik-titik sudah menampakkan diri. Ternyata mereka tidak tersebar secara acak. Mereka tersusun melingkar dari tengah ke luar, dengan jumlah titik per lingkaran berkelipatan 5. Kotanya — bersama 4 titik terbesar — membentuk segi lima, dan 4 titik kedua terbesar membentuk segi lima yang lebih kecil di tengahnya, dengan arah sudut berlawanan dengan induknya.
"Pentagram?"
Tidak salah lagi. Roko tidak tahu siapa lagi yang akan melakukan hal seperti ini selain Kabal.
ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ
Jentał baru keluar dari kamar mandi, namun dia sudah mengenakan pakaian rumah. Sekarang dia siap untuk menyantap makan malamnya bersama Roko. Sementara itu Roko sudah menyiapkan pasta sebagai hidangannya. Dua piring mi pucat dengan saus merah di atasnya sudah berada di meja makan.
Seperti biasa, setelah Roko dan Jentał duduk di depan meja, mereka berdua hening sejenak untuk berdoa. Setelah berdoa, barulah mereka mulai menikmati hidangan tersebut.
Di mata Jentał, Roko terlihat tenang tanpa ekspresi seperti biasa. Si kacamata itu memang orang yang berkepala dingin. Namun dia tidak tahu betapa cemas Roko sebenarnya. Dan di tengah makan malam yang tenang itu, Roko mulai bertindak karena rasa khawatir itu.
Roko bertanya pada Jentał.
"Jentał."
Jentał menjawab dengan mulut masih penuh untaian pasta. "Mmmh. Iya Roko?"
"Kamu kerja di daerah mana?"
Jentał tidak langsung menjawabnya. Dia menyedot mi-mi itu — kemudian mengunyahnya — sebelum dia menelannya dan siap untuk bicara.
"Aku... di Khlāʔešthən. Kamu tahu di mana tempatnya?"
"Wah gawat!" Roko berkata dalam hatinya. Salah satu sub-kota dengan kasus kehilangan massal terbesar.
Sementara itu, Jentał mulai bercerita tentang tempat kerjanya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro