Prolog
Ada kala hidup berjalan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, di mana semua hal yang sudah dirancang rapi ternyata berjalan tidak sesuai realita yang diharapkan. Namun, hal itu merupakan pelajaran bahwa mungkin, rencana Tuhan lebih indah dari yang kita bayangkan! Meskipun, terkadang membuat beberapa orang larut dalam kesedihan karena keinginannya tidak terwujud seperti yang diharapkan.
Seperti yang pernah dikatakan beberapa orang, di balik kesedihan selalu ada kebahagiaan. Di mana ada sedih, di situlah ada bahagia yang akan datang perlahan. Ya, karena ... semua sudah diciptakan berpasangan. Seperti laki-laki dan perempuan, langit dan bumi, hitam dan putih, begitu pun sedih dan bahagia.
Sama dengan apa yang dialami gadis yang duduk di kursi memandang ke luar jendela mobil dengan segala pikiran yang muncul dibenaknya kini. Gadis itu percaya, setelah hari-hari buruk yang dialaminya selama ini, akan ada hari cerah yang menanti.
Lamunannya buyar, saat Sarah memanggilnya. "Udah sampai, kamu nggak dengar, ya, Mama panggil dari tadi? Bengong mulu, sih."
Tatapannya beralih, melihat mobil sang Mama sudah berhenti di depan sekolahnya. "Ofi masuk dulu, ya." Tangannya tergerak mengambil tas di sampingnya, sebelum akhirnya meraih gagang pintu dan turun dari mobil.
Gadis itu menghampiri Sang Mama, berpamitan sebelum masuk. "Duluan, Ma."
"Hati-hati, yang pintar ... jangan aneh-aneh, ingat, ini hari terakhir kamu di sini. Jangan sampai ninggalin kesan yang nggak baik," ujar mamanya panjang lebar penuh penegasan.
"Pokoknya---"
"Iya ...." Belum sempat Sarah menyelesaikan ucapannya, gadis itu lebih dulu memotongnya.
"Ofi masuk dulu, Ma," ujarnya sebelum pergi. Sementara di kursi kemudi, Sarah hanya bisa menghela napasnya menatap kepergian gadis kesayangannya itu.
Gadis itu berdiri di depan gerbang sekolah sembari menenteng tas di pundaknya. Kedua matanya menatap ke atas, ke arah tulisan 'SMA NUSA' yang terpampang di gerbang sekolah.
"Semangat Ofi, tinggal satu hari aja lo harus lewati ini semua," ujarnya dalam hati.
"Kita lewati hari buruk dulu, sebelum menjemput hari indah besok," ucapnya. Sebelum langkahnya membawa masuk ke sekolah yang akan ditinggalkannya setelah ini.
Suasana yang sama di tempat yang berbeda, terlihat seorang cowok tengah duduk menghadap ke luar jendela kelas. 'Ferlito Ditya' papan nama itu terpampang jelas di seragamnya. Tatapannya begitu teduh, memperhatikan beberapa murid SMA Cendekia yang berjalan masuk dengan langkah lebar dari lapangan menuju kelas masing-masing.
Satu yang membuatnya betah menduduki posisi bangku dekat jendela semenjak kelas 10 di SMA Cendekia, selain bisa luas memandang ke luar jendela, bunga matahari yang ditanam di taman kecil depan kelas selalu membuat cowok itu ingin terus menatapnya.
Bunga matahari yang selalu mengingatkannya pada teman semasa SMP-nya yang dulu menderita karenanya, bunga yang menjadi favorit temannya itu. Di balik dia yang ingin selalu menatap bunga matahari itu, ada rasa bersalah yang selalu mengutuk kejam di dalam benaknya.
Apakah ... dia sekarang, baik-baik saja?
Odit tidak pernah benar-benar lupa atas kesalahannya. Bahkan, dirinya terus tak tenang akan hal itu. Jika saja waktu bisa diputar, ingin sekali kembali ke masa lalu dan menebus kesalahan yang pernah dilakukannya dulu.
"Odit ...." Atensinya teralih saat mendengar ada yang memanggil namanya. Mata jernihnya menatap ke arah pintu, di mana orang yang memanggilnya berdiri di sana.
"Buruan, udah ditunggu yang lain di perpustakaan," ujar gadis berambut sebahu dengan setumpuk buku dalam dekapannya.
"Iya." Odit segera beranjak dari duduknya. Menjeda segala pemikiran tentang bunga matahari yang membuat memori lamanya terbuka kembali.
***
Gimana nih prolognya?
Jangan lupa Vote dan Comment ❤️
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro