Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 23 "Cemburu"

Tuhan nggak bakal kok biarin umatnya terusan-terusan terpuruk.

Jadi, lo juga harus optimis. Emmm ... jangan terus-terusan merana karena masa lalu, ya.

"Ahh ...."

Ofi tak bisa fokus dengan jalan cerita novel yang dibacanya, gadis itu terus terngiang dengan ucapan Odit waktu itu. Layaknya mantra yang membuat pikiran Ofi terhipnotis karenanya.

Panjang umur untuk Odit, baru saja Ofi asik dengan pikirannya yang terus terusik karenanya, Odit muncul tiba-tiba dari balik pintu kelasnya. Terlihat bercanda dengan Farhan. Ofi yang duduk di bangku depan kelas, menatap lurus ke arah dua cowok itu. Hingga Farhan menoleh dan tatapan mereka bertemu.

Farhan tersenyum lebar, melambaikan tangannya dengan semangat ke arah Ofi. Hingga hal yang dilakukan Farhan membuat Odit mengikuti arah pandang cowok yang kini merangkul bahunya.

Kedua pupil matanya saling bertatapan dengan Odit, senyuman yang dia tujukan pada Farhan ternyata membuat cowok dengan seragam rapi yang membalut tubuhnya itu salah paham. Odit menyunggingkan senyuman pada Ofi.

Cowok itu memutuskan pandangannya saat Farhan mengajaknya pergi dan Ofi kembali fokus dengan bukunya, segera menepis semua hal tentang Odit yang sudah kurang ajar membuat Ofi terus memikirkannya.

Sementara itu, dari arah ujung terlihat tiga gadis yang berjalan bersisian. Jika Etha dan Lia sibuk berbincang selama perjalanan, Dinda justru lebih banyak diam.

"Din, kenapa sih? Diam mulu," ujar Etha peka dengan Dinda yang sedari tadi tidak menyahuti sekalipun obrolannya.

Dinda menatap Etha. "Nggak pa-pa."

"Dinda masih lapar? Kan, udah makan tadi di kantin, atau ... lagi nahan boker?" sahut Lia dengan polosnya, hal itu sontak membuat Etha mengarahkan pukulan di bahunya.

"Kalian nggak ngerasa ada yang aneh sama Ofi?" tanya Dinda, membuat Lia dan Etha mengenyit.

"Aneh gimana?" tanya Lia balik.

Dinda menatap kedua sahabatnya bergantian, sebelum akhirnya menjawab. "Kalian nggak ngerasa Ofi nutupin sesuatu dari kita?"

"Dari awal masuk, dia nggak pernah kan, kasih tahu dia pindahan SMA mana. Bahkan setelah kenal beberapa bulan, dia diam aja dan kayak menghindar kalo ditanya alasan dia pindah itu apa," lanjut Dinda.

Etha dan Lia terdiam, perkataan Dinda memang benar. Ofi bahkan seolah menutupi masa lalu sebelum dia pindah ke SMA Cendekia ini.

"Iya sih ... tapi, Ofi juga berhak buat nggak cerita semuanya ke kita, Din," ucap Etha bijak.

"Kita kan, udah sepakat buat nggak tanya-tanya lagi. Mungkin, ada masalah yang nggak bisa Ofi ceritain ke kita," ujar Etha dan Dinda sukses terdiam.

"Udah ah, jangan kepo sama kehidupan orang. Pamali," ujar Etha sekali lagi terdengar bercanda.

"Iya, lagian Dinda tumben banget jadi kepo masalah orang," sahut Lia.

"Udah yuk, tuh, yang kita omongin lagi duduk di depan kelas." Etha melebarkan senyumnya, melihat Ofi dari kejauhan yang tengah membaca novel.

"Ofi...."

Teriak Lia, sukses membuat Ofi mengalihkan pandangannya dari novel yang dia baca. Ofi tersenyum, sedangkan Etha dan Lia berlari ke arahnya.

Dinda yang masih terdiam, menatap kedua sahabatnya yang lebih memilih meninggalkannya. Dinda merasa tersaingi, semenjak ada Ofi kedua sahabatnya itu bahkan jauh lebih dekat dengan gadis pindahan itu. Sebal!

***

Keempat gadis itu terlihat berjalan bersamaan di lorong sekolah dan bersiap untuk pulang. Sama seperti tadi, Dinda lebih memilih diam daripada ikut berbincang bersama ketiga temannya yang kini terlihat asik sendiri. Hingga pandangan Ofi menatap cowok dengan tinggi 170 an itu berjalan tak jauh dengan tempatnya kini, Odit dengan tenang menyusuri lorong melewati lalu lalang murid-murid yang berjalan di kanan-kirinya.

Ofi menghentikan pembicaraan. "Gue duluan ya."

"Oke, hati-hati."

Setelah mendapat jawaban dari ketiga temannya, Ofi pun berjalan cepat berniat menyusul langkah Odit yang sudah mulai jauh.

"Odit." Nafasnya sedikit ngos-ngosan, Ofi berhasil menyeimbangi langkah cowok itu.

"Sofi, kenapa lari-lari?" Odit cukup terkejut melihat Ofi yang sudah ada di sampingnya.

Gadis itu menetralkan napasnya, lalu bergerak ragu sebelum menyampaikan maksudnya. "Emm ... lo ada waktu nggak? Ada yang mau gue omongin."

Lagi-lagi Odit dibuat tidak percaya, sebelum akhirnya cowok itu menarik ujung bibirnya yang justru membuat raut dingin di wajah Ofi kembali terlihat.

"Nggak ada juga nggak masalah sih, gue nggak maksa," balas Ofi datar yang membuat Odit justru tersenyum.

"Kalo sekarang, nggak bisa. Lagi ada urusan di rumah. Besok, gimana?"

Ofi tampak berpikir, sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. "Oke, nggak pa-pa."

Odit tersenyum dan Ofi membalasnya dengan senyuman terpaksa. "Ya udah, besok gue kabari lagi."

Ofi mengangguk singkat.

"Em ... mau pulang bareng, nggak?"

Ofi menggeleng cepat. "Gue udah pesan ojek."

Setelah Odit mengangguk dan mengucapkan kata pamit, cowok itu pun pergi meninggalkan Ofi. Dari arah jauh Lia dan Etha yang sedari tadi melihat interaksi antara Odit dan Ofi, saling pandang dan tersenyum penuh arti.

"Keren banget Ofi, bisa dekat dua cowok sekaligus," ujar Lia dengan polosnya.

Dinda yang sedari menatap dengan kekesalan yang coba dia sembunyikan menatap ke Lia. Begitu pun Etha

"Siapa satunya?" tanya Etha.

"Farhan, mereka berdua tuh, dekat banget. Kayak orang pacaran kalo lagi di forum majalah, mah," jawab Lia.

Sementara Etha beraksi kaget, Dinda justru diam dengan wajah kesalnya. Tanpa sadar kedua tangannya mengepal keras, mengetahui hal itu membuat gadis berkacamata itu marah.

CONTINUE...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro