30
"Ari, kan?" suara bariton halus di belakangku mengejutkanku. Aku langsung mengetahui pemilik suara tersebut. Punggungku melurus. Segera mungkin aku menghapus jejak air di wajahku.
"Lo ngapain masih di sini?" tanyaku, membuang wajah.
"Seharusnya saya yang tanya. Ngapain di sini?"
"Peduli lo apa tanyain hal itu?"
Qais terkekeh pelan. Ia merogoh sakunya. Mengeluarkan kotak kecil yang terbungkus beludru marun. Mataku menyipit. Tanpa dibuka pun, aku sudah mengetahui isinya. Cincin.
"Ini kan--"
🌞🌞
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro