Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 4 Attaya Aurora

Attaya aurora adalah gadis periang supel dan banyak digandrungi kaum lelaki karena kecantikan parasnya serta kemolekan tubuhnya. Aya begitu ia disapa oleh orang di sekelilingnya. Ia kini sedang menjalani kuliah di semester akhir di sebuah universitas ternama. Ia adalah seorang putri konglomerat di negeri ini yang mendapat hukuman dari sang ayah karena kebiasaannya yang hobi berpesta dan menghambur hamburkan uang. Sang ayah menghukumnya dengan mencabut semua fasilitas yang ia miliki termasuk mobil, kartu kredit dan fasilitas lainnya.

Karena usianya saat itu masih remaja dan belum bisa mengontrol emosi Aya marah dengan sang ayah. Aya kabur dari rumah dan memilih tinggal mandiri di pinggiran kota bermodalkan menjual barang berharga miliknya yaitu sebuah tas branded, jam tangan mahal serta perhiasan yang ia kenakan dengan harga selangit yang saat ini ia bawa. Dengan uang itu Aya bisa menyewa sebuah apartemen dan membeli sebuah mobil bekas sederhana untuk menunjang aktivitasnya.

Aya menjalani tahun pertama dengan berat karena ia harus berjuang untuk bisa membagi waktu antara bekerja dan kuliah. Ia bersikukuh untuk bisa menunjukkan kepada keluarganya bahwa dirinya bisa hidup tanpa uang dan fasilitas yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Meski terkadang ia menyadari bahwa apa yang ia lakukan dulu salah namun dirinya bertekad menunjukkan ia bisa melewati semua tanpa bantuan sang ayah.

Di fase pertama Aya melaluinya dengan berat karena dirinya harus menyesuaikan diri yang biasanya menghambur hamburkan uang kini harus bekerja keras agar tetap bisa makan enak dan tidur nyenyak dalam apartemennya.

Kini tak terasa hampir empat tahun ia pergi meninggalkan rumah. Dan selama itu lah ia berjuang sendiri. Sebenarnya ia sangat rindu dengan sang ayah, namun gengsinya mengalahkan segalanya.

***

"Gue antar sampai sini aja ya, Ay," ucap Kinan sembari menepikan mobil. "Nanti pas pulang kabari aja. Gue jemput lu," pesan Kinan.

Aya menoleh, ia menganggukkan kepalanya seraya mengembangkan senyuman manis. Ia sungguh beruntung memiliki sahabat seperti Kinan. "Oke Nan, kalau gitu gue berangkat duluan ya?" pamit Aya sembari memeluk tubuh Kinan.

"Jaga diri baik-baik di sana ya, inget pulang harus bawa pangeran tampan," tutur Kinan yang dihadiahi sebuah pukulan di lengan.

"Aww sssh!" ringis Kinan kesakitan.

"Lu kira gue cinderella bisa dapat pangeran tampan impian dalam semalam?" desis Aya mencebikkan bibirnya.

"Ya kali aja, Ay. Teman si Adrian kan pasti ada yang tampan dan sesuai kriteria lu siapa tahu aja gitu ada yang bikin lu jatuh cinta, haha-" Kinan tertawa jumawa, ia puas sekali menggoda sang sahabat.

"Aminin aja deh biar cepat selesai," pungkas Aya. "Gue duluan, Nan. Bye bye," pamit Aya berjalan menuju dermaga sambil melambaikan tangan ke arah Kinan.

"Bye, have fun ya?" seru Kinan dengan volume suara lebih tinggi agar dapat didengar Aya.

***

Aya terlihat cantik dengan gaun simple yang terlihat pas membungkus tubuh rampingnya. Ia berjalan menuju ke sebuah ruangan tempat pesta ulang tahun diselenggarakan. Ia mempercepat langkah kakinya mencari keberadaan sang pemilik pesta.

"Aya! Akhirnya lu dateng juga," seru Adrian senang.

"Ya elah gak usah lebay deh, Yan! Kalau gue gak dateng lu pasti ngambek diemin gue," cibir Aya dengan nada sedikit menyindir.

Aya mengulurkan tangan kanannya untuk memberikan selamat, tetapi Adrian malah menariknya ke dalam pelukan. "By the way, selamat ulang tahun ya. Cepet dapat jodoh, ingat usia, jangan main-main lagi," bisik Aya sambil menepuk-nepuk punggung Adrian agar Adrian segera melepaskan dekapannya.

"Thanks, Ay. Join sana yuk? Nanti gue kenalin cowok ganteng sapa tau ada yang nyangkut," ajak Adrian mengendurkan pelukan lalu menarik lengan Aya.

Aya memutar bola mata jengah, mencebikkan bibirnya kesal. "Ihhh ogah! Gue gak minat! Mending gue tidur," tolak Aya spontan.

Adrian tergelak, ia terkikik geli mendengar respon sang sahabat. "Tidur dibawah sono, kamar paling ujung gue siapin khusus buat lu," ucap Adrian menginterupsi.

Aya langsung berbinar matanya, ia tersenyum lebar  menampilkan deretan gigi putihnya. "Nah! Kalau kayak gini baru sobat gue! Thanks ya, Yan? Ah sebaiknya gue tidur dulu, dah," pamit Aya melambaikan tangannya.

Baru saja Aya membalikkan badan hendak melangkah pergi, Adrian menahan dan melontarkan satu permintaan.

"Eits! Tunggu dulu, lu boleh pergi dengan satu syarat minum dulu, kita bersulang oke?" Adrian mengangsurkan segelas wine untuk Aya.

Aya terdiam tidak bereaksi, ia juga tidak meraih gelas tersebut. "Yan, gue gak bisa minum. Lu tahu itu kan?" Aya mengingatkan Adrian, menolak Adrian dengan kata-kata yang halus.

Namun bukan Adrian namanya jika tidak bisa membuat sahabat masa kecilnya itu takluk dan menyerah.  "Ayolah, Ay. Sekali aja, ini hari spesialku," bujuk Adrian memasang wajah memelas.

Aya menghembuskan nafas pasrah, ia meraih gelas berisikan cairan berwarna ungu itu. "Cih! Dasar pemaksa," cibir Aya sembari menenggak segelas wine.

Tanpa banyak bicara Aya menegak segelas Wine hingga tandas lantas berjalan cepat menuju kamar yang telah disediakan untuknya. Semula ia merasakan baik-baik saja, begitu sampai di tangga dan hendak masuk ke dalam kamar ia mulai pusing matanya berkunang dan perutnya sedikit mual. Ia segera meraih gagang pintu kamar paling dekat dengannya. Masuk ke dalam kamar dan langsung melempar tubuhnya keatas ranjang. Setelah ia sudah kehilangan kesadaran, ia terbaring diatas ranjang dengan mengenakan dress yang masih membalut tubuhnya.

Beberapa saat kemudian ia merasakan sebuah pergerakan di sisi ranjangnya namun ia tak kuasa untuk membuka matanya. Detik selanjutnya ia merasakan sebuah usapan halus di pipinya lalu merasakan ada benda lembut dan basah menempel di dahinya entah mengapa rasanya membuat tubuhnya menegang. Aya tiba-tiba tidak nyaman ia lantas menggerakkan tubuhnya.

Aya mengumpulkan kesadarannya kala ia merasakan sebuah tangan mulai menggerayangi tubuhnya diiringi dengan kecupan kecupan di seluruh wajah dan lehernya.

Dengan sisa tenaga Aya meminta pria yang saat ini mengukung tubuhnya untuk menyingkir. Namun, hasilnya nihil karena tenaga si pria tersebut jauh lebih besar darinya. Sebuah cairan bening mulai menetes dari ujung matanya.

"To-tolong, lepashh!" Aya berkata dengan suara bergetar, menggigit bibir bawahnya pelan guna menahan desahan.

Pria itu tersenyum tipis, ia mencondongkan kepalanya hingga bibirnya sejajar dengan telinga Aya. "Malam ini kau milikku. Tenanglah," bisik pria tersebut lirih.

"Sayang, berhentilah menangis." Sekali lagi pria itu berucap dengan suara lembut sembari mengelus kedua pipi Aya.

Aya bisa merasakan sentuhan sentuhan pria tersebut begitu lembut dan memabukkan dirinya sehingga membuat dirinya pasrah menerima setiap perlakuan pria tersebut.

"Aawh, sa-kit," rintih Aya lirih kala sebuah benda tumpul dan keras berhasil menerobos masuk ke dalam intinya dan merobek dinding pertahanannya.

Sungguh rasanya sangat sakit dan perih di bagian bawahnya namun ia berusaha sekuat tenaga untuk tak mengeluh karena kesakitan. Seolah mengerti apa yang Aya rasakan pria tersebut mendiamkan benda tumpul miliknya di dalam inti sejenak. Menghipnotis Aya dengan sentuhan lembut serta cumbuan yang membuat Aya terbuai dan meremang. Pria tersebut mulai bergerak perlahan memberikan goyangan goyangan kecil di setiap pergerakan yang membuat Aya tambah terbuai.

"Awhh sssh-" rintih Aya kala pria itu mempercepat gerakannya.

"Maafkan aku, aku akan melakukannya dengan hati-hati," ucap pria itu lembut sembari memperlambat gerakannya.

"Aku mencintaimu, kau adalah milikku," bisik laki-laki yang berada di atasnya.

Pernyataan cinta dari laki-laki yang entah tak tahu siapa namanya itu nyatanya mampu membuat hati Aya menghangat dan merasakan suatu getaran di dalam hatinya. Aya tersenyum dan tanpa sadar mengangguk pelan membuat seseorang yang berada di atasnya kembali beraksi kali ini pria tersebut bergerak semakin liar membuat Aya semakin menikmati permainannya.

"Arghhh!" teriak pria itu kala ia berhasil menyemburkan benih cintanya ke dalam rahim Aya untuk pertama kalinya.

Pria tersebut kembali melakukannya untuk kedua kalinya. Namun kali ini rasanya beda lebih nikmat dari yang pertama. Mungkin karena Aya mulai memiliki hasrat sama seperti pria tersebut.

Pria yang semula bergerak liar diatas kali menuntun Aya untuk berpindah posisi. Ia membimbing Aya untuk menari liar di atas tubuhnya hingga ia mencapai puncak kenikmatan surgawi.

"Bergeraklah, Sayang. Bergeraklah diatasku," rancau pria tersebut.

"Iya, begitu. Ini nikmat sekali," ucap pria di bawahnya yang membuat Aya bergerak semakin liar.

Seperti pasangan pengantin baru yang dimabuk cinta mereka berdua melakukannya berulang kali hingga tubuh keduanya lemas tak berdaya. Peluh pria itu menetes membasahi tubuh Aya yang saat ini juga terlihat berkeringat akibat aktivitas panas mereka.

"Umm, kau nikmat sekali, Sayang," rancau pria tersebut setelah memperoleh kenikmatan surgawi.

"Aku lelah sekali," ucap Aya lirih namun masih dapat terdengar.

Pria itu menyudahi permainannya lantas berbaring tepat di samping Aya sambil mendekap tubuh Aya yang polos itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro