Part 14
Langkahnya pasti dan terus menuju ruang dimana tambatan hati
nya berada.
Langkah kecil seorang wanita dibelakangnya tidak dia perdulikan. Tujuannya hanya satu dan andai dia bisa terbang dengan segera hal itu akan dia lakukan.
Sofia menarik napas lelah karena berusaha menyamai langkah Adam. "Mas," panggilnya namun Adam tidak mendengarnya barang sedikitpun.
Bunga terkejut saat pintu terbuka, Adam berjalan dan tanpa menunggu matanya berkedip pria yang dia cintai itu sudah berada di hadapannya. "Kamu baik-baik saja? Apa masih ada yang terasa sakit." Bunga menutup mulut Adam membuat Pria itu bungkam seketika. "Adam aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir." Adam langsung memeluk Bunga tanpa perduli dengan Sofia,serta Adrian yang menyaksikan hal itu.
"Aku berjanji tidak akan lagi meninggalkan kamu." Bunga tidak merasa bangga akan hal itu, dia malah merasa sekujur tubuhnya sakit. Perlahan airmatanya jatuh, dia menjauhkan tubuh Adam. Ditatapnya wajah Adam lalu Adam menyapu airmata itu. "Maafkan aku," ucap nya menyesal.
Bunga menggelengkan kepalanya, dia mencoba tersenyum meski itu berat. Sofia mendekat dan menyentuh bahu Adam. "Mas," panggilnya menarik Adam dari lingkup kerinduan yang baru dia keluarkan.
Sosok Pria di sudut ruangan menarik perhatian Adam. "Kamu siapa?" tanyanya membuat Adrian melangkah maju dengan senyuman.
"Saya Adrian. Maafkan saya, saya adalah pria yang tidak sengaja menabrak Bunga." Rahang Adam mengeras dia langsung meninju wajah Adrian membuat Sofia berteriak dan Bunga terkejut. Sudut bibir Adrian berdarah, namun sepertinya Adam tidak puas.
"Mas," panggil Sofia menahan tubuh Adam yang ingin kembali maju. "Adam stop it," teriak Bunga menghentikan langkah Adam. "Dia sudah menabrak kamu." Balas Adam menatap Bunga.
"Aku yang dia tabrak. Bukan kamu!" Tatapan kecewa dari Adam membuat Bunga memalingkan wajahnya.
"Kenapa?" tanya Adam membuat Bunga menutup mata.
"Pergilah Adam, Sofia pasti lelah."
"JAWAB AKU KENAPA!!" Adam membentak Bunga. Bunga sendiri bahkan tidak mengerti maksud dari pertanyaan Adam.
Adam mengguncang tubuh Bunga dengan pertanyaan ambigu yang dia punya. Adrian menarik tubuh Adam karena sudah membuat Bunga terganggu. "Loe gak usah ikut campur." Adam menunjuk wajah Adrian.
"Adam just go,"
"Aku tidak akan pergi kemanapun. Aku akan tetap disini."
"Bro setidaknya loe lihat sedikit perasaan istri Loe."
Adam berdiri menantang Adrian. "Loe siapa? Ini bukan urusan Loe. Mending loe aja yang pergi."
"Oh kalau begitu kenalin gue Adrian, gue sepupu ISTRI LOE, Sofia." Tekan Adrian membuat Adam terdiam dan menatap Sofia yang menghapus airmatanya.
"Bunga biar gue yang jaga dan loe mending urus Sofia istri loe. Kelihatannya dia lelah." Saat yang tegang itu pintu kembali terbuka dan wanita paruh baya itu terkejut akan keramaian disana. "Adam, Sofia!" Sofia menyalami ibu mertuanya itu di ikuti Adam yang juga mendekat. "Kalian kenapa sudah kembali? Apa kamu memberitahukan Adam Bunga?"
"Oh bukan Bunga tante. Tapi saya yang menelpon Sofia." Adrian langsung bersuara. Asih hanya bisa pasrah dia mendekati Bunga dan meletakan bekal makanan yang dia bawa. "Adam lebih baik kamu bawa Sofia kembali kerumah. Kasihan menantu Mama pasti lelah."
"Sofia bisa naik taksi Ma. Adam masih ingin disini."
"Astaghfirullah Adam. Untuk apa kamu menikahi Sofia kalau kamu memperlakukannya dengan semena-mena. Kamu tidak dibutuhkan disini. Bunga ada Mama dan Adrian yang menjaga. Sofia lebih membutuhkan mu." Asih meninggikan suaranya membuat Adam kesal dan pergi begitu saja dari kamar rawat itu.
Bunga menutup matanya dengan semua kerumitan yang ada. "Ma bisa tinggalkan saya sendiri?" pinta Bunga dengan sangat.
"Bunga apa kamu keberatan karena Mama mengusir Adam?" Bunga menggelengkan kepalanya.
"Bukan Ma. Bunga hanya ingin sendiri." Asih dan Adrian keluar saat Bunga kembali menutup matanya.
Berpikir dengan tenang seorang diri.
****
Adam berpakaian rapi memakai jam tangan pemberian Bunga saat ulang tahunnya, dia bergegas keluar rumah dan menekan kunci mobilnya. "Mas," suara itu menghentikannya sesaat. Sofia bersyukur karena Adam kali ini mendengar suaranya. "Ada apa?" tanya Adam datar.
"Mas mau ke mana?"
"Kamu pasti tahu aku mau kemana."
"Mas bisa kita bicara baik-baik? Maaf bukannya ingin menghalangi kamu bertemu dengan Bunga."
"Kamu mau bicara apa?" Adam melembut, dia kembali berjalan ke arah pintu rumah membuat Sofia tersenyum lembut. Adam mengikuti Sofia yang duduk di sofa ruang tamu mereka. "Ada apa?" tanya Adam lagi dengan nada suara setenang mungkin.
"Mas saya hanya ingin mengatakan kalau Mas sangat ingin menikahi Bunga dan saya menjadi penghalangnya saya siap diceraikan Mas." Adam tertegun dia melihat senyum Sofia yang masih ditunjukan wanita itu meski baru saja dia mengucapkan siap di ceraikan. "Kamu bicara apa? Saya tidak mungkin menceraikan kamu."
"Jika memang itu jawaban dari Mas, maka bisakah Mas menganggap saya ada untuk Mas. Saya tidak akan meminta Mas melupakan perasaan Mas untuk Bunga, tidak! Hanya saja saya ingin Mas juga memikirkan hati saya." Adam menarik napasnya dalam lalu menatap Sofia lekat.
Dia memang Pria yang brengsek, dia menyakiti Bunga dan secara langsung juga menyakiti Sofia. Dia tidak bermaksud demikian hanya saja cintanya untuk Bunga membuat dia hanya memikirkan wanita itu terus menerus tanpa ada yang lainnya.
Dia ingin menikahi Bunga. Sangat.
"Sofia, ikutlah denganku. Kita melihat Bunga bersama-sama." Sofia tersenyum dan menuruti apa yang Adam pinta.
Tbc 💞💞💞
Wayo....Bunga gimana ya..??
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro