Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5

Emma mengedip bingung, menatap perempuan yang bersedekap di depannya. Mereka tidak pernah bertemu sebelumnya dan baru kali ini ditawari pekerjaan. Apa dasarnya? Siapa perempuan itu? Dilihat dari penampilan dan cara berpakaian yang elegan, sepertinya bukan perempuan sembarangan. Aura kaya, berkuasa, dan pemimpin terlihat jelas dari dirinya.

"Kamu pasti bingung, kenapa aku menawarimu pekerjaan dan jenis pekerjaan seperti apa yang aku tawarkan. Sebelum kita lanjut, aku perkenalkan dulu siapa aku."

Laki-laki berjas hitam mengeluarkan kartu nama dan memberikan pada Emma yang menerima dengan gugup.

"Terima kasih."

Membaca nama yang tertera, Helena Vanjirk. Sebuah nama yang cukup familiar tapi Emma lupa di mana pernah membacanya.

"Aku sudah menyelidiki latar belakangmu, Emma. Kamu jadi menyanyi karena butuh uang membayar utang. Papamu lari dan menikah lagi, meninggalkan kamu dan mamamu dengan utang segunung. Benar bukan?"

Emma yang tercengang hanya bisa mengangguk. "Benar, Miss. Tapi, bagaimana Anda tahu?"

Helena duduk di seberang Emma dan menyilangkan kaki. "Mudah bagiku mendapatkan informasi yang aku inginkan. Kamu jangan tanya soal itu. Bahkan semua rahasia yang berusaha kamu tutupi aku tahu."

Laki-laki berjas membuka tas hitam dan mengeluarkan dokumen lalu membukanya di hadapan Emma yang masih bingung.

"Aku menawarkan uang yang banyak sekali sebagai bayaran, Emma. Dua puluh persen akan kamu terima sebagai uang muka dan cukup untuk membayar utangmu selama satu tahun."

Emma ternganga membaca banyaknya nominal yang tertera di dokumen. Mendongak pada Helena.

"Pekerjaan apa yang harus saya lakukan, Miss. Saya yakin itu pekerjaan sulit karena bayarannya tinggi."

"Ah, pintar kamu. Tidak sia-sia aku menawarkan pekerjaan ini untukmu. Melakukannya bukan hanya butuh rayuan dan tubuhmu tapi juga otakmu." Helena mencondongkan tubuh, menatap Emma dengan matanya yang tajam. "Kamu cantik sekali, Emma. Masih muda dengan mata berbentuk almond yang indah. Dengan make-up yang sesuai, tidak ada yang menyangka kalau kamu orang miskin."

Emma meneguk ludah, dadanya berdebar keras mendengar perkataan Helena.

"Satu yang perlu lakukan adalah merayu laki-laki, lebih tepatnya adalah mantan suamiku. Kamu sudah lihat bukan uang yang aku tawarkan? Akan ada bonus kalau kamu berhasil."

"Merayu? Maksudnya?"

"Merayu agar mantan suamiku jatuh dalam skandal besar. Kamu tidak harus menyeretnya ke tempat tidur. Tapi, lakukan saja kalau kamu mau. Yang perlu kamu lakukan adalah merusak reputasi tak tercela mantan suamiku itu. Semakin besar skandal, semakin besar pula resiko kerusakan dan kamu akan semakin besar mendapatkan uang dariku."

Emma benar-benar kebingungan sekarang, baru kali ini mendapatkan tawaran yang sungguh di luar nalar. Merusak reputasi seorang laki-laki dengan merayu tanpa harus menyerahkan diri. Ada apa ini sebenarnya? Baru kali ini ia menemukan perempuan unik yang ingin merusak nama seorang laki-laki.

"Kamu pasti bertanya-tanya kenapa aku mau melakukan itu. Perlu kamu tahu, Emma. Mantan suamiku bukan orang jahat, hanya saja terlalu licik soal bisnis dan membuat banyak orang menderita. Dengan kamu menerima tawaranku, berarti kamu sudah menyelamatkan banyak nyawa orang lain. Para pekerja yang jumlahnya ratusan bahkan mungkin ribuan itu akan berterima kasih padamu."

Emma menggeleng bingung. "Miss, saya nggak ada pengalaman apa pun dalam merayu laki-laki."

"Siapa bilang? Kamu pikir aku menawarimu pekerjaan ini tanpa mencari tahu sebelumnya? Selama beberapa hari asistenku datang kemari, menonton pertunjukkanmu, memperhatikan caramu interaksi dengan pengunjung. Temanmu memang lebih sexy tapi kamu punya daya tarik bahkan tanpa perlu mengeluarkan dadamu. Emma, kamu harus terima job ini demi keluargamu."

Emma ditinggal sendiri di room VIP dalam keadaan gamang dan bingung. Menatap dokumen yang berisi kontrak untuk sebuah pekerjaan yang di luar nalar. Di dunia ini ada bermacam-macam orang dengan karakter dan sifat yang berbeda, tidak menyangka kalau Emma akan bertemu salah satu dari mereka.

"Aku memberimu waktu berpikir seminggu. Bila kamu menolak, berarti kehilangan kesempatan untuk melunasi utang-utang keluargamu. Berpikirlah yang bijak, Emma."

Perkataan Helena tergiang di kepala Emma. Uang yang sangat banyak ada di depan mata, tentu saja sangat menyenangkan. Masalahnya adalah bagaimana bisa merayu laki-laki yang tidak dikenalnya? Sedangkan sampai sekarang Emma masih berharap bertemu dengan laki-laki yang sudah menolongnya dulu. Tercabik antara perasaan gamang, Emma memutuskan untuk menyingkirkan tawaran pekerjaan yang tidak masuk akal itu.

Hari berlalu dengan Emma berusaha mengabaikan Helena. Bernyanyi seperti biasa hingga dua hari sebelum waktu yang dijanjikan datang, terjadi insiden yang tidak diharapkan. Balika jatuh saat sedang bekerja, tertimpa beban yang cukup berat dan membuat kakinya keseleo. Emma bergegas menemui sang mama yang berada di rumah sakit.

"Mamamu terlalu ngoyo dalam bekerja. Sampai-sampai udah kelelahan pun masih aja angkat-angkat barang. Jadinya kayak gini. Mana sekarang tiap Minggu tukang tagih utang datang." Bintari bercerita dengan wajah muram. "Kaki mamamu kambuh lagi gara-gara kecelakaan ini."

Emma tertegun menatap sang mama yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Kakinya diperban dari telapak hingga lutut. Demi melunasi utang yang seolah tidak ada habisnya, Balika bekerja sebagai tukang jahit dan obras di sebuah pabrik garmen. Hasilnya cukup kalau hanya untuk makan tapi sayangnya hidup tidak semudah itu berjalan untuk mereka.

"Pihak pabrik sepertinya akan memberikan pesangon dan memecat mamamu dengan alasan kesehatan. Emma, kamu harus bekerja sendiri mulai sekarang."

Tentu saja Emma tidak keberatan kalau harus bekerja seorang diri tapi dengan tumpukan utang yang menggunung bagaimana bisa melakukannya? Sang mama selama ini menghidupi diri sendiri sedangkan Emma yang bertugas membayar semua tagihan. Emma tidak ingin mamanya bekerja dalam kondisi sakit, tapi sebagian otaknya juga memikirkan soal kebutuhan hidup serta utang.

"Emma, maaf bibi nggak bisa bantu banyak. Uang kontrakan harus dibayar bulan ini."

Emma tersenyum pada bibinya. Bintari yang tidak pernah menikah, memilih untuk tinggal bersama Balika tentu hal yang sangat membantu bagi Emma. Bagaimana bisa ia ingin mempersulit hidup bibinya lagi.

"Bibi fokus aja jaga Mama. Soal uang kontrakan juga bisa pakai tabunganku."

"Emma, nggak perlu. Kamu perlu uang itu juga."

"Aku memang perlu tapi Bibi dan Mama jauh lebih perlu."

Setelah menyelesaikan administrasi rumah sakit dan memastikan sang mama dijaga dengan baik oleh bibinya, Emma menguatkan hati untuk menghubungi Helena. Keputusan sudah dibuat, tidak perlu lagi banyak berpikir. Kalau pun menjual diri, hasilnya tidak akan sebanyak yang ditawarkan Helena. Lebih baik kalau Emma mencoba peruntungannya dulu.

"Datang ke kantor, besok siang jam dua."

Perintah Helena dilakukan oleh Emma. Mendatangi kantor perempuan itu yang berada di ruko-ruko. Sedikit heran karena perempuan kaya itu berkantor di tempat yang biasa. Bukankah semestinya di gedung bertingkat. Emma mengingatkan diri sendiri untuk tidak mencampuri masalah orang lain.

"Kamu belajar memasak, aku akan berikan list masakan kesukaan mantan suamiku. Kamu juga belajar merapikan kamar, mencuci, dan melakukan pekerjaan rumah tangga. Tugasmu ini mewajibkan kamu menyamar sebagai pembantu rumah tangga. Emma, kamu siap? Aku akan menempatkanmu di rumah mantan suamiku dengan begitu kalian bisa bertemu setiap hari dan kesempatanmu untuk menggodanya juga semakin besar."

Emma menjalani latihan dari Helena. Dua perempuan dibayar untuk mengajarinya memasak dan juga merapikan peralatan. Satu hal yang menarik perhatiannya adalah mantan suami Helena menyukai segala sesuatu yang beraroma dan punya rasa jeruk. Baik itu permen, biskuit, maupun cake. Mengingatkan Emma akan seseorang yang pernah memberinya permen jeruk.

Setelah pelatihan selama dua Minggu penuh, Helena memutuskan kalau Emma sudah siap melakukan tugasnya. Ia diminta untuk berdandan menor setiap hari dan memakai seragam pelayan yang ketat dengan bagian dada terbuka. Awalnya Emma merasa risih, tapi menyingkirkan perasaan itu saat uang muka masuk ke rekeningnya. Jumlah uang yang sangat besar untuk membantu pengobatan sang mama dan membayar utang untuk beberapa bulan ke depan.

"Ini adalah rumahnya. Ingat, Emma. Lakukan tugasmu secara benar dan rahasia."

Emma diturunkan di rumah besar berlantai tiga dengan halaman yang sangat luas. Anehnya tidak banyak pelayan di rumah, hanya penjaga gerbang, seorang perempuan setengah baya, dan Emma. Berbeda dengan kebanyakan film atau drama di mana rumah sebesar ini biasanya ada puluhan pelayan.

Perempuan setengah baya bernama Romiah menatap penuh benci pada Emma. "Nggak pantas kamu jadi pembantu. Harusnya jadi hostess."

Emma menaikkan sebelah alis tapi tidak membantah celaannya. Ia datang untuk bekerja bukan untuk mencari masalah.

"Ayo, ikut aku. Kamu harus bertemu dengan Tuan lebih dulu."

Dada Emma berdebar keras saat Romiah membawanya ke lantai dua. Memaiki tangga kokoh dengan cepat. Tiba di ruangan dengan pintu kayu warna hitam, Romiah mengetuknya.

"Tuan, ini saya."

"Masuk!"

Suara yang maskulin menyahut dari dalam. Romiah membuka pintu dan membungkuk kecil.

"Tuan, pembantu baru sudah datang."

Emma diberi tanda untuk masuk. Melangkah ragu-ragu lalu membungkuk dan mengucapkan salam.

"Selamat sore, Tuan."

Saat menegakkan tubuh, Emma dibuat terkejut bukan kepalang. Laki-laki yang berada di balik meja dan sedang menatapnya adalah orang yang selama ini ada dalam mimpi-mimpinya. Direktur PT. Kalingga yang selama empat tahun ini selalu ingin ditemui. Siapa sangka nasib membawanya ke arah laki-laki ini bahkan tanpa disadarinya.

"Tuan, ini saya!" teriak Emma tanpa sadar.

Jake mengernyit, mengamati Emma dari atas ke bawah. "Siapa kamu?"
.
.
.Di Karyakasa update bab 40.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro