Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Aneko

💫Happy Reading 💫
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Dia..." Riku terdiam, ada perasaan aneh dihatinya. Tidak- bukan itu, Riku merasa aneh karena sesuatu yg ada disamping wanita ini.

"Anak muda, tidak baik mengabaikan jabat tangan dari orang yg lebih tua darimu," Ujar aneko. Riku tersentak kaget, dengan kikuk dia menjabat tangan Aneko.

"Kujou Riku, Yoroshiku onegaishimasu Aneko-san," Balas Riku. Aneko mengangguk, dia melihat sekeliling.

"Jadi ku dengar kau akan pergi ke Berlin untuk tour bersama Idolish7- iie... maksud ku Idolish6 benar?" Tanya Aneko, Riku mengangguk. "Dan trigger juga," Imbuh Akari.

"Ah...benar juga, Akari-san serahkan saja Riku padaku! Aku pasti akan menjaganya dengan baik!" Balas aneko dan menepuk-nepuk punggung Riku lumayan kuat.

"Aku tidak yakin akan hal itu," Batin akari.

"Ma...aku akan mengantarkan kalian ke bandara ayo cepat," Ucap Akari, Riku dan Aneko menarik kopernya. Aneko sedikit mempercepat langkahnya dan merangkul Akari sambil bercanda ria.

Sedangkan Riku hanya berjalan dalam diam melihat seorang wanita seumurannya menempel di pundak aneko. Wanita itu berambut cokelat panjang dengan mata bewarna hitam legam. Dia memakai baju putih khas orang yang sudah tiada, dan bahkan melayang di belakang punggung aneko.

"Siapa dia? Sangat mirip dengan Aneko-san" Batin Riku bertanya-tanya.

****

Akhirnya mereka pun tiba ke bandara, Akari pamit undur diri dan tersisa lah aneko dan Riku. "Aku tidak menyangka akan merawat anak yg manis seperti mu!" Jerit aneko mencubit pipinya Riku. Sedangkan Riku hanya bisa pasrah, manajer barunya ini benar-benar seenaknya.

"Kenapa bisa tou-san menyetujuinya menjadi manajer ku?!" Batin Riku berteriak heran.

Kringg....

"Ups...aku akan mengangkat telepon ini dulu, tunggu disini riku-kun." Aneko berjalan pergi dengan santai ke arah kamar mandi, sedangkan Riku memakai handset dan mendengarkan musiknya.

Tak...tak..tak..

Suara sepatu heels terdengar jelas, mengetuk-ngetuk lantai wc pesawat, terlihat seorang wanita menyenderkan badan nya di wastafel, satu tangan nya memegang telepon genggam. Sedangkan tangan lainnya sibuk memperhatikan kuku nya.

"Jadi ada apa kau menghubungi ku?" Tanya Aneko malas.

"Aku ingin kau mencarikan ku berkas data seseorang."

Aneko menghembuskan nafas malas "Siapa lagi target mu kali ini?" Tanyanya.

"Idolish7."

"Ahahahaha lucu sekali, mereka sudah berganti nama menjadi Idolish6 loh~" balas aneko tergelak. Terdengar dengusan dibalik lawan bicara "Aku tidak peduli, berikan berkas mereka padaku secepat mungkin."

Aneko mengetuk-ngetuk wastafel terlihat menimang-nimang pembicaraan mereka.

"Bukankah saat itu sudah kuberi? Bagaimana kalau kau meminta berkas lain saja? Sepertinya Trigger- ah~ atau mungkin Revale? Mereka sangat terkenal loh," Balas aneko.

Tidak terdengar jawaban apapun dari lawan bicara, sepertinya tampak mempertimbangkan saran dari aneko.

"Baiklah aku setuju, berikan berkas Revale kepadaku."

Aneko tersenyum miring "Gotcha!" Batinnya senang.

"Hai'i~ akan ku kirim sebentar lagi, jaa mata ne!" Balas aneko dan menutup telepon.

"P-pftt wanita bodoh," Imbuhnya dan terkekeh geli. Dia mengeluarkan sebuah tablet kecil dan mengirim berkas kepada sang penelepon tadi.

"Baiklah, waktunya aku kembali ke tempat kelinci manisku."

****

Mitsuki mengeratkan pelukannya, dia menggosokkan kedua tangan nya berharap mendapat kehangatan. Musim dingin yg melanda memang dingin, tapi karena adanya badai salju membuat kadar suhu meningkat.

Matanya melirik ke arah member termuda mereka, disana Tamaki terlihat santai meminum coklat panas dengan celana pendek. Terlihat sangat santai seperti badai salju ini tidak berefek apapun padanya.

"Tamaki tidak dingin?" Tanya Mitsuki. Tamaki menoleh "Iie mikki kedinginan? Ja..butuh pelukan mikki?" Tanya Tamaki merentangkan tangannya dengan lebar.

"Kalau begitu oni-san lebih butuh kehangatan Tama," Sambung Yamato mengeratkan syal nya.

"Ja...Yama-san dan mikki boleh memelukku sekaligus! Aku mempunyai banyak kehangatan untuk kalian!" Seru Tamaki, sougo yg melihat itu terkekeh kecil. Mata nya yg ayu memandang keluar jendela.

Sorot matanya yg terlihat tenang dan teduh itu kini malah menampilkan sorot mata kesedihan "Kalau dia ada disini, suasana ini pasti akan lebih baik," Batin sougo tersenyum kecut. Dia melirik sedikit ke arah lori yang tengah sibuk dengan laptop nya. Berkutat dengan segala berkas.

Sougo pergi membuat coklat panas untuk mereka semua, walau berada didalam kamar hotel tapi badai salju yang melanda cukup untuk membuat dingin seluruh penginapan.

"Douzo lori-kun," Sougo menyodorkan segelas coklat panas pada lori, "Ah... Arigatou Osaka-san," Balas lori lalu meniup dan mencicipi sedikit coklat panasnya.

"Enak," Imbuhnya, Sougo tersenyum lembut "Yokatta, jangan lupa pakailah selimut kalau dingin lori-kun," Peringat sougo lalu memberikan coklat panas pada yang lain.

lori melihat keluar jendela, salju turun dengan sangat lebat menutupi seluruh permukaan Berlin. "Kalau dia disini, sudah pasti akan heboh untuk keluar dan membuat bola salju," Gumam lori lalu mengusap kaca jendela.

"Tsamui," Imbuhnya pelan dan menyandarkan kepalanya.

***
Disisi lain, Trigger sedang bergulung dalam selimut mereka masing-masing. Tenn bangkit dari kasur lalu merenggang kan sedikit tubuhnya, dia melihat kearah badai salju. "Kegiatan kita akan ditunda kan?" Ryuu bertanya sambil menyembulkan kepalanya dari balik selimut.

"Sepertinya begitu," Balas Gaku masih bermain dengan ponselnya melihat menu-menu makanan yang ada di Berlin.

"Tenn Gaku kalian ingin teh?" Tanya Ryuu, Tenn sedikit mengangguk dan berjalan ke meja belajar. "Akan ku buatkan," Balas Ryuu lalu memakai sendalnya dan membuat teh hijau panas.

Tuk..

"Douzo Tenn, minumlah biar tubuh mu menghangat," Ryuu berujar lembut dan menatap bingkai foto yang tenn pegang.

Dia tersenyum tipis dan mengacak sedikit rambut Tenn, "Daijoubu Riku-kun anak yang kuat," imbuhnya dan berjalan pergi ke kasur Gaku.

Tenn memegang pucuk kepalanya, "Soudane,"Ia bergumam dan tersenyum tipis lalu meminum teh hijau miliknya.

***

"Riku keberangkatan kita tertunda, ada badai salju di Berlin," Ujar Aneko menggeret koper mereka berdua menuju penginapan dekat bandara.

"Ah... Souka, baiklah Aneko-san tidak papa," Balas Riku.

"Riku," Panggil aneko. "Nani Aneko-san? Ada yang ketinggalan?" Tanya Riku.

Aneko sedikit melirik Riku, "Conscience doth make cowards of us all," Aneko berujar ringan, Riku berhenti dan menatap Aneko.

"Apa maksudnya Aneko-san?" Riku kembali bertanya, Aneko berbalik lalu menatap Riku.

"Hati nurani membuat kita semua menjadi pengecut, itu salah satu kutipan dari hamlet," Balas Aneko.

"Aku tau, tapi tidak itu yang aku tanyakan Aneko-san," Balas Riku lalu menjajarkan langkahnya dengan Aneko.

"Shounen. Kau tau, semua orang menjadi pengecut karena hati nuraninya. Ada yang rela menggigit lidahnya sendiri, ada yang rela memotong tangan nya sendiri, dan ada juga orang bodoh yang menutup hatinya sendiri," Jelas Aneko.

"Di sekian banyak orang seperti itu, mereka hanyalah sekumpulan sebuah pengecut. Tapi pengecut itu bahkan lebih istimewa daripada sebuah pemenang," Imbuh Aneko lalu mengeluarkan korek dan sebatang rokok dari sakunya.

"Apa maksudmu?" Tanya Riku heran, Ayolah ia tidak pandai dalam bermain kata-kata. Bagaimanapun Riku tetaplah anak polos kan?

Aneko melirik Riku dan sedikit menyeringai "Karena para pengecut itu menjadi seperti itu karena hati nurani mereka. Dan untuk melindungi seseorang yang berharga bagi mereka. Tidak lebih dan tidak kurang, orang waras yang melihat itu pasti tidak mengerti." Aneko menghidupkan rokoknya lalu menghisapnya.

"Berusaha begitu keras, dan bahkan menjadi kesalahpahaman. Berharap akhir menjadi bahagia, padahal tidak semua akhir menjadi Happy Ending di akhir cerita." Ujar aneko menghembuskan asap rokok keluar dari mulutnya.

"Kau berharap cerita mu menjadi seperti apa Riku?" Tanya Aneko.

"Bohong kalau aku bilang tidak ingin berakhir menjadi Happy bukan Aneko-san. Tapi, aku tidak ingin terlalu berharap untuk menjadi Happy kalau akan berakhir menjadi sad ending," Balas Riku tersenyum kecut.

"Iie... Menjadi atau tidak menjadi, itulah pertanyaannya," Balas Aneko kembali menghisap nikotin ditangannya.

"Apakah itu salah satu kutipan Hamlet juga Aneko-san?" Tanya Riku. Aneko tersenyum "Benar, aku suka membaca beberapa buku." Balas Aneko lalu membuang rokoknya ke tong sampah terdekat.

Dia mengeluarkan air minum dari tas nya. "Penginapan kita sudah didepan mata, ayo masuklah Riku. Aku ingin menelpon seseorang dulu," Balas Aneko lalu meminum air yang ia bawa.

"Ah... Hai'i" Riku berjalan pergi ke kamar yang sudah ia pesan.

"Menjadi atau tidak menjadi, itulah pertanyaannya. Aku tidak mengerti," Gumam Riku.

Disisi lain Aneko tersenyum samar menatap Riku. "Ah... Anak kucing yang malang, terjebak di labirin tanpa menemukan jalan keluar, dipermainkan oleh seorang ratu yang duduk di singgasana kebesarannya. Menatap para pemain yang bermain di dalam game. Riku, bagaimana kamu menemukan jalan keluarnya?" Ujar Aneko.

Aneko tersenyum menatap layar ponsel yang terdapat foto dirinya dan seorang remaja perempuan seumuran Riku.
"Bahkan..."

"Aku pun tidak bisa terlalu membantu mu, karena aku hanyalah seorang pecundang yang menutup matanya sendiri."

Aneko menutup matanya lalu mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu.

Ctak ctak ctak ctak tik...

Aneko berkutat dengan laptopnya, kali ini dia mendapat pesanan merepotkan. "Tck... Untuk apa dia mencari biodata salah satu idol?" Ujar Aneko kesal.

Setelah beberapa lama, akhirnya muncul info dan data informasi tentang orang yg ia cari.

"Ah... Isumi Haruka, hmm... Dia ga punya keluarga? Yatim piatu kah.. apa ini? Diangkat menjadi anak Takamasa? Padahal jelas-jelas Takamasa sudah membuang anak ini, dasar Takamasa. Ah... Zool? Natsume Minami, Mido Torao, Inumaru Touma... Aku rasa ini cukup bagus," Aneko bergumam lalu mengirim semua biodata tentang Haruka.

Lalu selanjutnya adalah Kujou Tenn.

"Hoo... Anak ini sangat tampan, ah! Kembaran?! Wah wah idol zaman sekarang punya banyak rahasia ya. Aku juga akan mengirim ini, sangat bagus untuk kelemahan Takamasa," Imbuh Aneko lagi.

Dia merangkup semua berkas lalu mengirimkannya ke ponsel seseorang.

Kringg...

"Bagaimana apakah itu sudah cukup?" Tanya Aneko.

"Ya.. aku tutup."

Tut

"Tck... Dasar wanita tidak punya sopan santun, demo... Semua itu untuk apa ya?" Tanya Aneko, "Biarlah, bayaran yang ia berikan cukup banyak. Setidaknya bisa untuk mengobati mu kan? Ameko," Gumam Aneko.

Aneko membuka matanya, "Yah... Aku harus menebus itu kan?" Gumam Aneko.

"Karena bagaimanapun Ameko tidak menyukainya," Batinnya lalu menatap layar ponselnya lagi.

"Adik ku yang manis itu pasti protes dialam sana hahaha," Aneko tertawa masam dan menyimpan ponsel nya.

T. B. C

Gomenne telat up dan lama up nya :(
Bingung ya? Pas end ku jelaskan wkwkwkwk /plak.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro