Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. Nasi Goreng Malam

Gara-gara barang datang dan ada pesanan paralon, semen, dan pasir dari proyek bangun rumah tetangga sebelah desa. Jadinya hampir seminggu Leo sibuk. Sampai-sampak emaknya minta anter ke pasar malem saja ia tak bisa, saking pengen tidur aja habis isya. Makan jadi serabutan. Karena Leo juga jadi ikut andil wara-wiri. Datang ke lokasi, ikut memperkirakan bersama mandor berapa kebutuhan dan ketersediaan. Mengomando pick up yang mengangkut barang serta mengawasi di gudang.

Sampai-sampai ia lupa mau caper ke Agam. Duh, Agam gimana kabarnya ya? Emaknya baik-baik aja kan sendirian? Gimana kalau ada hantu nakutin Agam trus malem-malem nangis kejer?

Leo jadi kepikiran. Buka toko, nanti sibuk sampai sore. Malem udah teler. Apa ia dateng subuh sebelum mentari menyinari bumi saja ya. Baiklah, lebih baik Leo tidur saja dulu malam ini.

"Le! Buka!"

Sundari menggedor-gedor pintu kamar Leo. Si empunya menggerutu karena rencana bobok gantengnya terganggu. Dengan manyun, ia melangkah ke pintu. Membukanya meski setengah terpaksa.

"Apa, Buk?"

"Belikan nasi goreng sama mampir ke Nesiamaret. Ada promo minyak goreng Simoli. Beli dua."

Leo menggaruk jerawatnya yang mulai kering. "Yah, ngantuk, Buk. Kenapa nggak suruh Aries aja sih. Itu anak kan nganggur."

Aries adalah anak kedua Sundari, alias adik Leo. Masih kelas dua SMA dan kerjaannya mengurung diri di kamar. Di depan komputer melulu mainnya. Saking khusyuknya hari-hari di kamar, sampai lupa kalau Sundari punya anak dua.

Aries berbeda dengan Leo. Aries lebih pendiam, dan kesukaannya di bidang desain grafis. Ia menerima pesanan pembuatan logo, animasi karakter, atau layout buku freelance. Jadinya ia lebih banyak menghabiskan hari di depan komputer.

"Aries kok kamu bilang. Gempa aja mana dia bakalan keluar kamar? Udah, buruan. Bapakmu keburu laper."

Leo enggan melangkah keluar. Tapi lebih enggan lagi melihat Sundari bawa kemoceng buat memukulnya.

"Iya, iya."

Leo pun ambil jaket dan mengeluarkan motor. Menembus jalanan malam yang masih ramai saat keluar dari gang rumahnya.

Sampai di warung nasi goreng, ternyata ramainya naudzubillah. Daripada lumutan nunggu, Leo pesan dulu baru ditinggal ngelayap ke Nesiamaret beli minyak.

Untung Nesiamaret nggak jauh dari nasi goreng. Masuk disambut pintu yang harus dorong sendiri, Leo melihat rak bagian depan untuk promo. Ada minyak goreng yang ia cari. Di sampingnya, ada promo popok. Lep jadi ingat Agam yang mencintai popok. Baiklah, ia beli juga buat Agam.

Memasukkan tiga item belanjaan di keranjang, Leo berjalan ke rak sabun cuci muka. Di rumah sedang habis, jadi sekalian saja ia beli. Merambah ke rak lain, ada aneka cemilan. Mengambil keripik kentang rasa barbekiu, Malkis Soma rasa coklat, wafer nabati keju, dan sari gandum.

Lanjut ke rak lain, ada susu berbagai jenis. Ia pikir, Agam belum minum susu formula karena stok ASI Serly sudah melimpah. Agam saja tak habis-habis. Andai ia bisa bantu Agam habisin juga. Mumpung ia suka susu juga. Ada Denkow di rumah yang kadang dia seduh sendiri. Kalau males rebus air ya ia cemilin saka pakek sendok.

Eh tapi, mata Leo menangkap kotak susu bergambar ibu menyusui. Ia ambil dan baca.

"Buat Serly bagus nih kayaknya."

Agam pilih rasa moka saja. Ia taruh juga di keranjang. Lantas menuju kasir. Selesai membayar dan dapat bonus minuman dengan harga diskon, Leo segera menuju nasi goreng. Pesanannya sudah jadi. Dilihatnya pembeli sudah mulai sepi, ia tambah sebungkus lagi nasi goreng mawut.

***

"Siapa tuh orang. Bapaknya Agam ya?"

Leo tak bisa melihat dengan jelas. Ia masih duduk di atas motor, dan urung turun menghampiri ke rumah Serly. Ada cowok tinggi pakai jaket sedang mengobrol dengan Serly di depan. Laki-laki itu tampak akrab dengan Serly, pakai ketawa dan mengangguk-angguk. Belum lagi si laki-laki berjaket tapi bukan warna hijau milik ojek online, mengangsurkan kresek. Disambut tawa renyah Serly. Tak lama kemudian si laki-laki pergi naik motor melewati Leo begitu saja.

"Huh, cakepan aku. Ada brewoknya, apa Serly suka yang lebat begitu?"

Serly hendak menutup pintu tapi malah lihat Leo ngelamun, ia hampiri saja ke depan.

"Le? Ngapain malem-malem ke sini?" tanya Serly yang masih menenteng kresek.

Leo menoleh ke arah kresek. "Kamu habis belanja online?"

Serly mengangkat kantong kresek. "Bukan. Ini baju Agam yang ketinggalan di rumah temenku. Tadi suami temenku nganterin. Oh, kamu ngapain diam di sini? Dari mana?"

Leo bernapas lega. Ia kira Serly diapeli pejantan. Padahal belum selesai masa nifas melahirkan. Ia juga tadi mengira bapaknya Agam yang datang.

"Ini, baru beli nasi goreng. Buat kamu satu."

Leo mengangsurkan nasi goreng ke Serly yang diterima perempuan itu dengan bingung. "Kenapa repot terus. Makasih."

"Nggak papa. Mumpung bisa mampir. Habisnya aku ke sini kamu nggak ada kapan hari. Ke mana sih? Kok nggak ngajak aku?"

Serly mengernyit. "Kapan? Aku di rumah terus kok. Tapi kadang aku ke rumah Revi."

"Oh, kirain jalan sama siapa gitu." Leo terkekeh tapi lega. Rupanya Serly cuma main ke tempat temannya.

"Mau masuk dulu?"

Leo menggeleng. "Nggak usah, kapan-kapan aja. Salam buat Agam dari Papah Leo ya."

Leo melambai tapi tak sampai kiss bye juga ke arah Serly. Kalau ada Agam, pasti ia melakukannya. Sebenarnya ia mau banget mampir. Nginep semalam juga nggak masalah. Bisa melepas kangen sama Agam yang gemoy. Tapi, Sundari keburu ngamuk kalau nasinya nggak dateng-dateng.

"Lah, popoknya lupa dikasih."

Leo menepuk jidat karena keasyikan ngobrol. Tapi, ia senyum-senyum kemudian. Bertekad esok hari ia akan punya alasan mampir lebih lama. Ngasihin popok ples belajar makein ke Agam.

"Tunggu Papah Leo dateng ya, Gam."

Serly yang sudah menutup pintu, segera membuka nasi goreng yang dibelikan Leo. Melihat laki-laki itu, ia jadi merasa tak enak hati. Kenapa ia selalu merepotkan saja. Padahal tak diberi nasi goreng pun ia bisa beli atau masam sendiri. Kini ia sudah membiasakan jalan keluar sambil membaw Agam.

Apa dirinya begitu terlihat minta dikasihani? Apa ia seperti seseorang yang minta ditolong terus-menerus? Apa ia juga nantinya hanya akan dianggap sebagai beban? Sama seperti yang keluarganya anggapkan. Pun dengan ayah Agam, yang menganggap dirinya juga hanya beban.

__________

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro