Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9. Mabuk

21+

Keduanya menatap botol minuman yang berada di depan nakas, beberapa saat yang lalu ada room service mengantarkan padahal mereka tidak memesannya. Bisma berpikir, pihak hotel mengira mereka sepasang suaminya istri baru menikah.

"Terus kita mau apain minuman ini?" tanya wanita ini menatap botol itu, kalau cuma masalah minum benda haram sih Alma sudah biasa, di istananya banyak jenis minuman seperti, vodka, wine, brandy, everclear, bir, dan banyak lagi.

Jujur saja, Bisma belum pernah menyentuh benda haram ini, dia hanya sering mendengar cerita teman-temannya. "Gak tau," ucap Bisma sambil mengangkat bahunya.

Alma menyunggingkan senyuman laknatnya, benda ini memang sering sekali dia lihat, tapi sayang tidak pernah dia rasakan, sekarang ini kan ia tidak dalam pengawasan bodyguard dari ayahnya. "Kita minum, gak boleh nolak rezeki." Hahaha, bego si Alma, rezeki itu yang berkah, nah mana ada sih minuman keras berkah, kumpulin dosa iya kale.

"Tunggu." Bisma ragu dan menahan tangan Alma yang hendak meraih gelas mungil. "Kamu yakin mau minumnya? Gimana kalau kita mabuk?" Alma melirik Bisma sekilas, lalu dia mengacuhkan ucapan Bisma, kapan lagi bisa menikmati minuman haram ini, mumpung ada kesempatan.

"Berisik ah!" rutuk Alma sambil menuangkan vodka ke dua gelas kecil itu, satu untuknya dan satu lagi untuk Bisma.

Tak menunggu lama mereka meneguk perlahan vodka, rasa sangat aneh di lidah Bisma, rasanya sangat netral, namun kelamaan menjadi asin hingga pedas cukup mampu membakar lidahnya. "Minuman apa ini? Sangat tidak enak!" Bisma heran kenapa banyak orang menyukai, padahal sangat tidak enak rasanya.

Sedangkan Alma sangat menikmatinya, dia bahkan menuangkan lagi kedua gelasnya, dan memaksa Bisma minum bersamanya lagi. "Kamu harus minum lagi sampai habis," titah wanita ini tak peduli.

Sudah banyak mereka meneguk minuman, pandangan mereka mulai berputar, kini keduanya mulai mabuk. "Eh, lo kenapa bisa cinta sama gue?" tanya Alma di sela mabuknya, dia merangkul Bisma bahkan sesekali melekat ke wajah Bisma.

"Lu kepo ah, gue cinta karena lo baik. Hahaha." Mendadak pria ketawa sambil melirik Alma, meski tengah mabuk dia ingat betapa lucu wajah Alma yang tengah marah-marah.

"Jovan, gue cinta sama Jovan tapi dia udah nikah, gue rela melakukan apa aja asalkan Jovan bisa sama gue. Hiks." Dia pun tiba-tiba menangis sambil bersenderan di bahu Bisma.

"Lo bisa anggap gue Jovan," kata Bisma. Keduanya sama-sama tidak sadar diri dengan apa yang mereka lakukan.

Alma menatap wajah Bisma intens. "Tapi lo gak seganteng Jovan, lo harus tau Jovan itu laki-laki pertama memasuki hati gue. Apa sih kurang gue sampai dia nolak nikah?" Bisma menggeleng.

"Gak ada, lo nyaris sempurna." Alma kini berpindah di pangkuan Bisma, dia merayau rambut Bisma, lalu sekali menyapa kening pria itu dengan satu kecupan hangat.

"Terus kenapa dia gak mau nikah sama gue? Gue mau nikah sama dia." Alma masih merasakan sakit hati, karena pria bernama Jovan.
"Dia idiot makanya gak mau nikah sama lo, coba sama gue."

"Hahaha. Kayak lo berani aja, lo gak tau gue ini anak mafia," ucap Alma terkekeh geli, dia tau pria seperti Bisma palingan takut sama ayahnya, meski tak sadar dengan ucapan tapi otaknya memiliki ingatan yang baik soal Bisma.

"Hahaha." Bisma ikut tertawa seakan tak percaya. "Lo bohong, gue gak percaya. Siapa nama bapak lu? Pasti dia lagi berurusan sama gue." Bisma kan memang tengah mengurus kasus tanah yang direbut sang mafia di Jakarta, meski rada-rada takut, tapi ia masih mempertimpangan, nyawa ini taruhannya.

"Agung Zafar Rifaldi, dia penjahat untuk orang lain, tapi gak buat gue. Papi orang yang membesarkan gue tanpa seorang, walau terkesan dia tak bisa mendidik gue dengan baik. Harus lo tau gue sayang banget sama bokap." Alma menetes butiran kecil dari matanya, dia mengingat sejak masih kecil sudah bermain senjata, tidak ada boneka apalagi teman-teman, sekolah saja di rumah, saking takut musuh Agung mendekati Alma sebagai kelemahannya. Setelah umur lima belas tahun Alma boleh bersekolah di luar, itu juga harus didampingi dengan bodyguard.

"Lo beruntung masih mempunyai papi yang mencintai lo," ujar Bisma dengan raut lemes bersandar di sofa. "Gue dari kecil udah kehilangan kedua orang tua, mereka dibunuh seorang mafia, dan gue tinggal sama orang yang kejam." Padahal orang itu pamannya sendiri.

"Lo tau siapa yang membunuh mereka?" Bisma menggeleng, dia saat itu masih terlalu kecil untuk mengingat, hanya suara tembakan demi tembakan selalu membekas di telinganya.

Sama-sama merasa sedih, kedua saling mendekat membutuhkan kehangatan malam itu. Alma mencium bibir Bisma, ciumannya mengurang rasa sesak di dada.

Bisma menikmatinya, dan membalas lumatan Alma. "Buka mulut," pinta Bisma langsung saja Alma membuka lebar mulutnya.

Bisma memainkan lidah di dalam sana. Namun tangan aktif Bisma meremas dua gunung kembali milik Alma.

"Aah, ah." Satu desahan keluar dari mulut Alma saat Bisma melepaskan ciumannya.

Bosan dengan bertukaran liur, Bisma melarikan bibirnya di jenjang mulus leher Alma. Pria ini bahkan menarik Alma di ranjang agar mereka lebih bebas melakukan pergerakan.

Remasan Bisma semakin kencang, semakin ganas membuat desahan demi desahan keluar tak tertahan.
Ahh!

Ssshh!

Shit, Alma tak pernah melakukan ini, tapi rasanya kenapa begitu nyaman. Dalam ketidaksadaran masing-masing, mereka saling menikmati kegairahan merasuki.

Tubuh Alma menggeliat ketika bibir Bisma mengisap payudara montok Alma layaknya bayi haus, Bisma sangat liat. Namanya juga laki-laki mau udah pernah atau belum selalu sukses kalau soal beginian, hanya butuh mengikuti insting saja.

Bisma perlahan melucuti celana tidur panjang Alma, kini keduanya tidak lagi mengenakan satu helai benang menutupi kemaluan mereka.

Kemudian Bisma perlahan menuju tulang selangkang Alma, hingga terasa geli saat lidah pria ini masuk menjilati mahkotanya tanpa jijik.

Ssshhh!

Suara desahan Alma terdengar bergairah, mata wanita ini terpejam sambil meremas-remas rambut Bisma. Sensasi yang tak pernah dirasakan sangat bergejolak di dada.

"Shit!"

Akhirnya Bisma pun mengangkat kepala merasakan miliknya sudah mengeras dan menusuk lembah nikmat kepunyaan Alma.
Bisma membuka lebar selangkang Bisma, perlahan memasuki pedang perkasa tajam mungkin sedikit sakit, tapi akan nikmat saat sudah dimasukan.

"Aaaa … sakit." Alma berteriak, dia merintih kesakitan.

Fantastik, milik Alma ternyata sempit, hangat, kesat, Bisma melakukan satu hentakan membuat si batang masuk lebih dalam.

Bisma mengguncang tubuh turun naik, tanpa kesadaran ia telah merebut keperawanan anak mafia satu ini. Entah bagaimana nasib Bisma setelah ini, jangan harap Agung bisa diam saja mengetahui Alma kehilangan kesuciannya.
Tangan Alma mencengkram punggung Bisma, ia mengeluarkan desahan kecil bercampur perih menusuk kemaluannya.

Sesekali Bisma kembali melumat nikmat bibirnya, satu tangannya meremas benda kenyal, lembut nan empuk.

Guncangan dahsyat pun terjadi, Bisma mempercepat goyangan pinggulnya seakan berirama. Meninggalkan bibir Alma, lalu berlayar memberikan tanda-tanda merah di leher, bahkan payudara Alma, ternyata si pengacara ganas juga, padahal baru pertama kali lho.
"Aaahhh."

Byur ….

Akhirnya semburan kental milik Bisma keluar, ia pun memeluk Alma lantaran sudah terkapar. Setelah itu kedua menutupi tubuh dengan selimut merasakan lelah menusuk tulang-tulangnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro