7. Calon Istri
"Sayang?" Bisma mengangkat satu alisnya bingung, habis kemasukan setan apa gadis ini sampai memanggilnya sayang, bukannya tadi lagi ngambek.
"Dia siapa? Kamu selingkuh?" Dia bertambah bingung dengan ucapan Alma, otaknya habis kepentok apa gimana sih? Kok jadi aneh begini, pakai acara pukul-pukul dia lagi.
"Eh, elo siapa? Ngapain di apartemen Bisma?" tanya Ibel dengan rasa berkecamuk di dadanya, tak terima ada wanita lain di sini, baginya Bisma hanya milik dia.
"Perkenalkan aku calon istri Bisma." Bisma melebarkan bola matanya, saking kaget membuat bibir tak terkatup. Rencana apa lagi yang ada di otak Alma? Ah, belum jera juga dapat ciuman Bisma, itu juga modal nekat karena saran internet.
"Bisma, dia bohong 'kan," papar Ibel masih tak percaya dengan wanita di hadapannya ini.
Bisma tak menjawab, dia sendiri bingung harus menjawab apa, Bisma yakin ini salah satu cara Alma membalas scandal ciuman mereka.
"Bisma jawab gue!" Ibel kembali mendesak Bisma.
"Alma ini calon istri gue," ucap Bisma mengikuti permainan yang Alma buat sendiri.
Bisma bangkit dari duduknya, ia melangkahkan kaki mendekat, ia bahkan merengkuh pinggang Alma dengan berani.
Deg!
Jantung Alma mendadak berdetak lebih kencang, sentuhan Bisma seolah menggetarkan seluruh tubuhnya sampai ke jantungnya. OMG, perasaan apa ini menggebu, ah jangan bilang suka, cinta, gak mungkin dia bisa suka dengan kang copet ini.
Alma menelan salivanya kasar, dengan sisa kecemasan yang ada ia malah tersadar posisi mereka begitu intens, bahkan Alma bisa melihat jelas ketampanan wajah Bisma.
Bagaimana dia baru sadar jika Bisma memiliki ketampanan yang sesempurna ini? Lalu kenapa Alma baru menyadarinya sekarang? Padahal pertemuan mereka yang konyol itu membuat mereka sempat berseteru.
"Lo mau nikah dengan perempuan kayak gini, kekuarangan stok lo!" Ibel terlihat murka, jelas dia tak menyukai keberadaan Alma sebagai benteng penghalang baginya.
Ada apa dengan dirinya?
Kurang cantik? Sampai-sampai Ibel meremehkannya. Awalnya Alma mengira Ibel kekasih Bisma. Namun, dia salah sangka, eh ternyata menjebak jadi terjebak, ini gimana kalau Bisma nekat nikahi dia beneran? Menjijikkan, berciuman dengan Bisma membuat bergidik geli apalagi harus nikah. No!
"Kenapa tidak? Gue cinta sama dia." Kali ini Bisma melontarkan kalimat yang jujur, sama sekali natural tanpa kebohongan.
Mendadak Alma lemas mendengar kata-kata Bisma, ia merasa ucapan Bisma tak main-main. Apa Bisma sengaja ingin membuatnya terkena serangan jantung? Dia sendiri tak tertarik dengan Bisma justru dia membenci pria ini.
"Bisma, lo gila! Lo harus ingat tujuan kembali ke Indonesia untuk apa?" Tentu saja, Bisma tak akan pernah lupa tujuannya, dia tidak akan memaafkan musuh di balik selimut itu, bertahun-tahun dia mencari orang yang menyebabkan orang tuanya meninggal.
"Udahlah lo gak perlu ikut campur masalah pribadi gue," hardik Bisma, ini bukan pertama kali Ibel selalu mencampuri masalah Bisma, terlalu sering saking mereka dekatnya, entah gak ada kerjaan lain mungkin si Ibel.
"Nggak bisa gitu dong Bis, gue ini sahabat lo," protes Ibel tak terima, perkataan Bisma selalu saja bisa membuatnya menohok, terkesan selama ini dia tak berjasa apapun, padahal dia yang ada saat Bisma belum jadi apa-apa.
"Sahabat gak mesti ikut campur masalah colon suami gue, harus lo ingat Bisma punya gue, mending lo pergi sana." Alma mengusir Ibel, selain kesal dengan tingkahnya selangit itu, dia merasa diremehkan.
"Elo …." Ibel membutuhkan tempat sembunyi, dia menepikan rasa cemburunya demi mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Berhenti!" Bisma jadi merasa direbutkan gini, ia pun menarik Alma ke kamar, dan meminta Ibel menunggu sebentar.
Bisma melempar tubuh Alma di atas ranjang dengan kasar, ini pertama kalinya dia kasar kepada wanita, habisnya dia suka seenaknya. Ya, memang Bisma cinta, tapi cintanya gak membutakan matanya.
"Auh, sakit." Alma meringis karena tindakan kasar Bisma. Terlihat muka tak suka Alma, dia bahkan rasanya ingin menelan Bisma bulat-bulat, kalau perlu ia jadikan sate tuh Bisma. "Kasar banget sih," lontar Alma kembali.
"Kamu itu apa-apaan, drama apa lagi yang ada di otak kamu. Kenapa kamu pake acara mengaku sebagai calon istriku." Kenal juga baru, Bisma baru berusaha mendekati Alma lho.
"Hahaha, kamu gak suka? Kita udah ciuman, hanya sepasang kekasih yang saling berciuman." Sindiran halus, namun menusuk membuat Bisma semakin penasaran dengan busuk seperti bau bangkai yang sedang Alma rencanakan.
"Aku tau ini hanya sebagian rencana kamu, jangan kamu pikir aku gak tau semuanya, aku tau kamu ingin menjebakku, kamu cuma ingin buat aku jatuh cinta, kan. Asal kamu tau aku sudah jatuh cinta sejak pertama kali kita bertemu."
Oh God, apa-apaan ini? Jantung lagi gak aman, sesak rasanya. Alma mematung tak percaya, dia melongo heran, bagaimana rasa cinta tumbuh begitu saja? Alma saja gak mudah jatuh cinta, dari bisa jatuh cinta dengan Jovan karena sejak pria itu di Los Angeles ia sudah mengikuti sejarah hidup Jovan, tanpa diduga mereka hendak dijodohkan, gimana gak girang coba? Tapi, malah ditolak tegas oleh Jovan. Sakit banget, bestie.
"Jadi Nona Alma terhormat, sepertinya anda salah menjebak orang," cibir Bisma beriringan tertawa kecil.
Kemudian Bisma keluar kamar dengan keadaan Alma masih shock, dia tak dapat membalas lontaran demi lontaran yang Bisma berikan.
*
"Lo boleh nginep di sini, tapi hanya hari ini doang. Lo bisa tidur bersama Alma." Ibel kesal harus satu kamar dengan wanita merebut Bisma darinya. Namun, ia tak punya pilihan lain selain menurut saja, hanya Bisma yang bisa membantunya.
Ibel masuk ke kamar yang sudah ada Alma, wanita itu duduk di tepi balkon, ia memikirkan bagaimana cara membalas perbuatan Bisma, dia tak bisa tinggal diam. Saking sibuk berkelana dengan otak, ia sampai tak menyadari kehadiran Ibel.
"Bel, sebentar ya." Melihat Alma yang berada di balkon, Bisma menyamperinnya, lalu dengan santai menerobos keningnya.
"Ka—-"
"Sayang, kamu malam ini tidur bareng Ibel ya," ucap Bisma memotong kalimatnya, dia memberikan isyarat akan kehadiran Ibel di kamarnya. Untungnya, Alma gak oon untuk mencerna maksud Bisma.
Dengan gusar Alma menoleh ke arah Ibel berdiri, wanita itu tampak memasang muka kusut seperti belum baju yang baru diperas. "Aku harus sekamar dengan dia?" tanya Alma sinis, malas ih harus sama perempuan gak jelas ini, masih mending Bisma daripada Ibel.
"Kenapa? Lo keberatan? Asal lo tau ya, gue juga ogah sebenarnya." Mana mau Ibel sekamar dengan makhluk betina yang sudah ia anggap rival.
"Iya, gue sangat keberatan, lo itu pasti sengaja ke sini buat ngerecok hubungan gue sama Bisma, kan. Lo suka sama Bisma." Alma ini perempuan, dia sangat tahu gelagat Ibel, sudah bisa ia tebak Ibel sangat menyukai Bisma, mungkin cinta.
Ibel tersentak, lidahnya kaku seketika. Tidak ada yang salah dari ucapan Alma, semua itu benar. Namun dia tak mungkin mengatakan iya di depan Bisma.
"Jangan sembarangan lo!" sergah Ibel tak terima. Dia berusaha berkilah, dan tak mau merusak pertemanannya bersama Bisma, belum waktunya Bisma tau jika dia sangat mencintai Bisma.
Alma mendekati Ibel, lalu dia menatap wajah Ibel dengan intens. "Apa lo pikir gue gak bisa nilai muka bego ini." Alma mengelus pelan pipi Ibel. "Gue tau lo punya perasaan sama Bisma." Alma tak berhenti mencari celah agar Ibel malu, biar aja si Ibel meninggal apartemen ini.
"Elo!" Ibel tampak marah, walaupun semua yang dikatakan Alma benar, tapi dia akan mempertahankan harga dirinya di depan Bisma. "Semua tuduhan lo—--"
"Cukup." Bisma melerai keduanya. "Bisa nggak sih kalian berhenti bertengkar, atau kalian berdua pergi aja dari sini." Sontak keduanya terdiam. "Kalian tidur berdua di kamar, biar aku di ruang tamu," lanjut Bisma lagi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro