4. Menggoda
Bisma masih syok karena ulah Alma yang mengatakan akan menginap di apartemen, mereka kan baru kenal, sepercaya itu Alma dengan Bisma. Bukan percaya sih, tepatnya tidak ada tempat yang wanita ini tuju.
Alma memasang muka melas tak berdaya, dia bisa aja menginap di hotel, tetapi dalam sekejap Agung bisa menemuinya, dan Alma ingin membuktikan jika dia bisa kok hidup tanpa bergelimang harta. Sepede itu? Paling baru sehari sudah ingin pulang.
"Boleh ya aku menginap di sini, aku mohon." Alma menangkupkan kedua tangannya di hadapan Bisma, ah sudah seperti kucing minta makanan pada tuannya. Wanita ini sedikit mendekat dan bergayut di pundak Bisma, ah ternyata aroma tubuh Bisma menggoda, harumnya semerbak. Dilihat semakin dekat wajah tampan, ih pikir apa Alma, dia menggelengkan kepalanya seketika.
'Fokus Alma, lo harus fokus.' Dia ke sini hanya butuh tempat tinggal, amit-amit naksir sama nih laki, kang copet sialan membuat hidupnya jadi sial.
"Maaf nih lebih baik kamu pulang dari sini." Bisma bangkit dari duduknya, dia sedikit menjauh. Bukan apa-apa sih semakin Alma mendekat bisa bikin jantungnya copot. Kan gawat jika ketahuan deg degan.
"Aaaaaa hiks ...." Alma melakukan dramanya lagi, dia berpura-pura menangis histeris. "Aku mau pulang ke mana? Aku gak ada keluarga, aku juga gak ada kerjaan, makanya aku nggak bisa bayar kost, sebulan yang lalu aku dipecat. Gak pa-pa kamu nggak bolehin aku tinggal di sini, hiks, tapi aku akan bunuh diri aja." Beuh, udah cocok nih si Alma jadi artis, aktingnya kayak beneran deh.
"Jangan-jangan! Kamu boleh deh tinggal di sini, terserah kamu mau sampai kapan yang penting jangan bunuh diri." Bisma menahan tangan Alma yang meraih gunting, kan nggak lucu ada kejadian wanita bunuh diri di apartemennya.
Mendengar sebuah penuturan sederhana Bisma membuat Alma ingin jingkrak-jingkrak. Namun dia tahan, malu dong ketahuan bohongnya, ntar malah diusir lagi, nggak pa-pa deh harus bantu nih orang bersihin apartemennya. "Tapi kamar di sini cuma satu." Alma tak terlihat kaget atau bingung harus tidur di mana, dia bahkan dengan santai masuk ke kamar Bisma.
"Ranjang kamar kamu besar, aku bisa kok tidur di sebelah sini." Dengan santainya Alma berlontar, dia nggak tau apa Bisma ini gak pernah tidur sama wanita manapun, dia sangat polos. Namun, walau bagaimanapun Bisma tetap lelaki, bisa saja titidnya hidup seketika jika Alma terus menerus mendekatinya.
"What? Kamu mau kita berbagi ranjang, no, no, kita bukan suami istri, dan aku gak mau tidur sama kamu." Emangnya ia punya pilihan lain, dia sendiri tidak mungkin tidur di luar ini kan apartemennya, lagi pula Bisma alergi debu di luar masih banyak barang yang berbungkus kotak.
"Idih masih ada gitu laki-laki sok suci kayak kamu." Alma juga nggak akan pernah membiar si pengacara ini menyentuh asetnya, jika iya Bisma timggal pilih mau dikirim ke mana? Ruang operasi, rumah sakit, atau lebih parah kuburan. Wanita ini sudah membanting tubuhnya di ranjang, lelah juga ia habis kabur dari rumah.
"Bu-- bukan begitu, aku cuma antisipasi." Bisma bukan pria bejat yang suka masuk lubang sana, masuk lubang sini, dia pria baik-baik lho.
"Ya udah santai aja, kalau kita nggak ngapa-ngapain, aku gak mungkin bunting 'kan," ucap Alma enteng, benar-benar gak ada beban hidupnya.
Wanita ini malah terpana dengan kamar Bisma yang rapi dan elegan, sebenarnya tampilannya biasa saja sih, tidak ada yang istimewa. Namun, paduan classic nan minimalis dengan lampu downlight membuat suasana kamar ini lebih tenang. Ah, kamar dia sejak lima tahun tak pernah berubah.
Bisma hanya bisa meneguk air liurnya, lalu berlalu ke dapur, sepertinya ia membutuhkan air untuk mengfreshkan otak, dan dadanya. Jantungnya sudah seperti suara derap langkah kuda, ah untungnya wanita itu tak mendengar.
'Itu perempuan kok mau aja sih tidur sama gue.' Bisma sampai terheran sendiri, ya memang jaman sekarang kebanyakan wanita gampang banget, tapi wanita itu lagi gak melakukan jebakan batman 'kan, cukup sekali dia berurusan di kantor polisi nggak mau dua kali deh.
Alma terlihat mengenakan tanktop di tubuh, terlihat jelas belahan dada membusung membuat Bisma semakin tak karuan, belum juga satu hari sudah berhasil membuat desiran darahnya berpacu lebih cepat dari biasanya, matanya tak dapat berkedip melihat pemandangan gratis ini.
"Lihat apa kamu?" tanya Alma dengan galak sembari menaiki bajunya. Lha, salah sendiri pake baju seksi, padahal tau ini tempat asing baginya, jangan salahkan mata Bisma dong.
"Egh-- enggak!" jawab Bisma gugup sontak membuat netranya beralih, daripada dosanya semakin buaaanyak, lebih baik ia menghindar dari wanita ini, lama-lama bisa gila sendiri dia.
"Terus?" Alma menaikan satu alisnya, dia kini duduk di atas meja bar counter sambil mengambil buah apel di sampingnya.
Bisma menghela napas kasar, baru kali ini ada wanita bisa membuatnya berdebar-debar sampai segininya, jangan sampai Alma mendengar suara drum di jantungnya. "Terus apa?" ujar Bisma berusaha menenangkan dirinya.
"Kamu lagi lihat ini 'kan, mau?" Alma menunjukan dada yang tertutup kain putih alias tanktop putihnya.
Bisma menggeleng samar, ia bahkan tak berani lagi menatap benda berlumur dosa itu. Namun, tidak akan berdosa jikalau mereka sepasang suami istri. "Tolong jaga sikap kamu!" Suara Bisma terdengar tegas, meski begitu ia sudah ketakutan, nyalinya tak sepintar otaknya.
Seraya menggenggam gelas di tangannya, kemudian pria ini membalikkan badan menghadap wastafel mencuci gelas bekas ia minum.
"Kenapa? Kamu merasa tergoda." Ish, sekarang Alma malah memeluk pria ini dari belakang dengan sengaja. Ia sama sekali tak sadar kelakuannya semakin lama bisa membuat Bisma terpancing.
"Cukup, kamu sudah melewati batas!" Nada suara Bisma terdengar kencang sontak membuat anak mafia ini melepaskan pelukannya. Alma terjungkit, ya Tuhan kenapa gak beri aba-aba, dia kan cuma sedikit mempermainkan pria ini.
"Kamu homo?" tuduh Alma membuat Bisma yang hendak kembali ke kamar menghentikan langkahnya.
Sejinak-jinaknya kucing jika terus ditarik ulur pasti akan liar juga, sama persis dengan Bisma, mau seberapa kuat niat mempertahankan imannya tidak goyah pasti akan runtuh juga.
Bisma menarik tangan Alma agar jatuh ke pelukannya, lalu dia meraih tengkuk lehernya, bisa ditebak dong apa yang Bisma lakukan? Ya, dia mencium bibir ranum Alma yang lembut.
"Hmpppp---tttt ...." Alma terbelalak tak menyangka pria yang belum dia kenal 24 jam berani mencium, ah tidak apa dia keterlaluan? Bagaimana jikalau si Bisma ini tak waras, kemudian akan memperkosanya, oh no.
Ciuman Bisma yang awalnya kasar kini berubah menjadi lembut seolah-olah sudah berpengalaman ia memainkan lidah di sela tenggorokan Alma, padahal baru pertama kali. Dia mengisap bibir bawah Alma begitu nikmat, ah begini ternyata rasanya ciuman.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro