Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

13 (Revisi)

(Telah direvisi, 1 Oktober 2021)

Nadhira sedang menemani ibunya menyirami tanaman di depan rumah. Kebiasaan sang ibu yang selalu meminta Dhira untuk menemani, agar ada teman mengobrol, katanya. Dhira pun tak keberatan, ia senang melihat ekspresi ibunya yang selalu tersenyum lebar ketika tengah menyiram tanaman kesayangannya. Tanaman di depan rumah Dhira sangat beraneka ragam, dihiasi berbagai macam warna bunga yang tentunya mempercantik tampilan. Dhira duduk di bawah pohon jambu miliknya, sesekali mengambil jambu kemudian memakannya.

Iseng, ia memanggil Rara tiga kali dari depan rumahnya, walau tentunya tak ada jawaban karena Rara sedang bermain dengan teman sekolahnya. Dhira tahu itu, tapi entah dia ingin saja memanggil sahabatnya.

"Rara lagi keluar, Dhir," sahut ibunya Rara dari dalam rumah.

Kemudian Dhira balik ke posisi semula. "Bu, aku aja sini yang nyiram."

Dhira bosan, guys.

"Kamu duduk aja, temenin Ibu."

Dhira membuang napas pasrah. Akhirnya ia coba menyibukkan diri dengan menghitung jumlah pesawat yang lewat di langit perumahannya.

"Empat ... Udah empat kali pesawat lewat, tapi pujaan hati belum lewat-lewat juga."

Mendengar ucapan konyol Dhira, Ningrum menyemprot Dhira menggunakan selang yang ada di tangannya. "Berkhayal aja sana!"

"Ibu tega! Baju aku basah semua, huweeeee."

Ningrum terbahak melihat Dhira kuyup macam tikus kejebur got. "Dah, sana sana ganti baju! Nanti masuk angin lama-lama di luar."

Dhira langsung masuk ke dalam rumah sambil mempoutkan bibirnya. Kesal dia tuh, kalau nanti pujaan hatinya lewat, tapi dianya malah di dalam rumah gimana?

Dhira dengan cepat langsung mengganti pakaiannya, menyempatkan bercermin sebentar, kemudian ngacir ke depan rumah. Ia melihat ibunya sudah membereskan selang tanda bahwa acara siram-menyiram tanaman telah usai.

"Loh? Kok udah selesai sih, Bu? Ayo ayo sirem lagi!"

Ningrum meneloyor kepala Dhira pelan. "Anak ngawur! Yang ada tanaman Ibu mati semua karena overdosis air!"

"Ish Ibu! Aku kan mau di luar terus, siapa tahu Kak Putra lewat."

"Kamu yang keluarnya telat. Baru aja Putra lewat, Ibu disapa pula sama dia."

Mata Dhira membola. Ia langsung mensejajarkan langkahnya pada Ningrum yang mulai masuk ke ruang keluarga.

"Serius, Bu? Kok aku gak dipanggil sih biar aku bisa liat Kak Putra? Terus, dia beneran nyapa Ibu?"

Ningrum mengangguk. Ia mengambil minum dari kulkas kemudian bergabung dengan putrinya untuk duduk di sofa. "Tapi, Putra itu udah punya pacar ya, Dhir?"

Dhira langsung menatap ibunya sangsi. "Maksudnya? Kok Ibu nanya begitu?"

"Tadi Putra naik motor sama perempuan. Cantik banget, syar'i gitu."

Tatapan Dhira meredup, pikirannya blank seketika. Apa benar? Apa Putra memang sudah memiliki pasangan? Tapi, lelaki semacam Putra tidak mungkin berpacaran, kan?

Dari ciri-ciri yang disebutkan ibunya, entah mengapa Dhira langsung menebak bahwa perempuan itu adalah Risty, anggota remaja masjid yang pertama menyapanya, sosok perempuan yang membuat Dhira insecure setengah mati.

"Dhira!"

Dhira langsung menoleh pada ibunya.

"Kamu udah dipanggilin berkali-kali tapi tetep bengong. Mikirin apa sih? Sakit hati karena tau Putra udah punya orang lain?"

Omongan Ningrum cukup menohok dan membuat Dhira semakin rendah diri. Nyalinya yang tadinya memang tak ada, semakin tak ada. Lagipula, apa yang bisa diharapkan dari perasaan Dhira yang sudah ia kubur dalam-dalam setelah bertahun-tahun? Hanya doa dan harapan yang terus menguatkan perasaan Dhira hingga dapat bertahan sampai detik ini.

Dhira tak menjawab pertanyaan ibunya, ia segera masuk ke kamar dan mengunci pintunya. Takut ketahuan kalau ia sedang galau tingkat di atas rata-rata hanya karena mengetahui hal yang belum tentu kebenarannya.

"Kalau Kak Putra memang milik Kak Risty, apa gue bisa ikhlas?"

Ia bermonolog, kemudian mengambil ponsel dan segera mengetikkan pesan pada Rara. Menyuruhnya cepat pulang dan segera mendengarkan curhatannya.

Ia kembali membuka Instagram, membaca history chat bersama Putra yang sudah berakhir sejak seminggu yang lalu. Ya, pesan di mana Putra mengucap selamat itu sudah seminggu yang lalu. Setelah Dhira menjawab bahwa ia mengambil sewa kost di dekat kampusnya, Putra hanya menjawab "oh ... begitu."

Padahal, saat itu Dhira sudah terlalu besar kepala. Mengingat seorang Putra yang menanyakannya terlebih dahulu pasal tempat tinggalnya nanti. Siapa tahu Putra bertanya seperti itu karena tak rela berjauhan dengan Dhira, kan?

Yah, memang yang namanya jatuh cinta itu, hal yang biasa dapat berubah menjadi spekta.

"Kalau pun hati lo udah milik orang lain, biarkan gue tetap menyimpan rasa ini sampai akhir, Kak."

Huh, galau perdana Dhira tentang cinta ya sekarang ini. Dulunya, ia hanya galau pasal cinta di drama korea.

Jadi, selamat masuk ke dunia pergalauan seorang Nadhira!

*Bersambung*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro