(1) Revisi
(Telah direvisi, 25 Oktober 2020)
Nadhira Salsabila, perempuan dengan beragam kemalasannya itu tengah berbaring di atas ranjang dengan sprei bermerk "My Live". Ia biasa dipanggil Dhira oleh orang di sekitarnya, yang padahal sangat tidak cocok dengan kelakuannya.
Malas mandi, malas ngaji, malas salat, malas puasa, malas beres-beres rumah, malas semuanya. Ia rajin hanya di dua bidang, rajin nonton anime, dan rajin nonton drama korea.
Bagaimana dengan perawakan dari seorang Dhira? Tak terlalu tinggi, kurus, rambut sebahu yang biasanya hanya ia kuncir asal, selalu memakai baju oblong dan boxer kesayangan, kuku dikutek menjadi hitam. Terlihat semrawut memang, tetapi dia cantik. Bahkan, ibunya Dhira sangat menyayangkan penampilan anak semata wayangnya itu, terkesan seperti tak pernah diperhatikan oleh orang tua saja.
Kisah percintaannya?
Nihil.
Zonk.
Boro-boro wanita cuek itu memikirkan cinta, dia aja ribet sendiri dengan alur kisah percintaan di drama korea atau anime-anime yang biasanya jalan ceritanya suka dibuat rumit sedemikian rupa.
Intinya, hanya tiga hal yang dapat dibanggakan dari seorang Nadhira.
Pertama, dia terlahir di keluarga harmonis yang sangat menyayanginya. Kedua, dia pintar. Ketiga, dia cantik. Memang cantik itu hanyalah standar dari satu atau pun dua orang, tapi tetap saja Dhira selalu mensyukuri atas rezeki yang telah diberi lewat wajahnya.
Oh, mungkin ada satu hal lagi yang harus disyukuri dan dibanggakan dari seorang Nadhira Salsabila, yakni mempunyai sahabat sejati yang kini ingin meluruskan jalan Dhira yang sudah belok itu.
"Ayo, Dhir, ikut gue daftar remaja masjid, ya ya ya?" pinta Rara dengan wajah penuh harap.
Dhira mendelik, tak percaya dengan ajakan Rara yang terdengar sangat tak masuk akal. "Kesambet apaan lo ngajak gue gabung remaja masjid? Tau sendiri salat gue aja masih senin kamis."
"Justru itu, Dhir. Gue pengen lo berubah, makanya gue ajak buat gabung remaja masjid."
"Berubah gimana? Jadi power rangers?"
Rara menghembuskan napasnya dengan kasar, ia tahu membujuk Nadhira untuk melepaskan kebiasaannya itu sangat sulit. Apalagi dengan tingkat kemalasan seorang Dhira yang sudah mendarah daging, mana mungkin ia mau melangkah ke masjid untuk gabung organisasi masyarakat itu?
"Dhir, lo udah remaja, udah baligh, mau sampe kapan lo buang-buang waktu dengan berdiam diri di rumah terus? Mendingan lo berdiam diri di masjid sana."
Dhira hanya diam menatap tak suka ke arah Rara. Ia bosan selalu mendengar nasihat dari tetangga depan rumahnya itu. Padahal menurutnya, ia tak seberdosa itu sampai-sampai Rara selalu gigih untuk mengajaknya ke jalan yang lurus. Ayolah, Dhira adalah orang mageran yang kerjaannya hanya main laptop, apa itu salah?
"Gue tau lo capek nasehatin gue, kan? Ya udah, gak usah buang-buang tenaga lagi, Ra. Intinya gue gak akan gabung remaja masjid, mau lo paksa gue dengan apapun itu, gue gak akan ikut."
Rara terdiam sejenak, ia menutup matanya sambil menghirup napas dalam-dalam, terlihat seperti menahan emosi yang mungkin sudah hampir kelepasan. Dan kemudian, matanya sontak terbuka lebar, membuat Dhira ikut terkejut karena pergerakannya yang tiba-tiba.
"Lo yakin gamau ikut? Denger-denger dia nyalon jadi ketua remaja masjid tau."
Dhira bergeming, bahkan matanya tak ikut berkedip. Seakan kalimat Rara mampu menghentikan pekerjaan saraf-sarafnya. Padahal dalam hatinya, ia sudah mencak-mencak karena Rara berhasil membawa alasan terkuat yang tak mungkin Dhira tolak.
Rara tersenyum lebar ketika melihat Dhira diam saja, merasa menang karena ia yakin bahwa Dhira tak akan menolak ajakan yang sangat menguntungkan itu. "Gimana? Yakin masih gamau ngikutin omongan gue? Remaja masjid gak seribet yang lo kira, kok. Kerjaannya cuma ngaji rutin, paling sibuknya kalo ada acara PHBI aja di masjid, atau kalo ada rapat-rapat pengurus."
"Itu namanya ribet, Astuti."
Rara hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Benar-benar yang namanya Dhira itu terlalu cinta kasur.
"Oke, fine, gue bakal mikirin buat gabung. Seneng lo?"
"Gak usah sok-sok mikir, gue tau lo pengen banget gabung. Bahkan kalo sekarang ke masjid pun bakal lo jabanin, kan?"
Satu tinjuan kecil mendarat di perut Rara, membuat sang empunya meringis kesakitan walau pura-pura. "Sialan lo. Gue gak selemah itu, ya, yang hanya karena laki-laki bisa buat gue untuk ngikut organisasi. Maaf, gue masih setia sama kasur empuk gue."
"Gak usah gengsi gitu, Dhir. Selain karena dia, Allah emang mulai ngegerakin hati lo buat bisa liat jalan yang bener, insyaa Allah," kata Rara sambil tersenyum hangat. Bahkan, Dhira ikut terdiam sepersekian detik karena merasa ucapan Rara sangat menyentil dirinya. Namun, mengapa bisa Dhira merasakannya? Padahal sebelumnya ia sangat bebal dengan nasihat Rara.
Rara menyerahkan selembar kertas sambil berkata, "Nih, isi formulirnya, besok dateng abis ashar. Btw ini udah mau maghrib, mendingan lo mandi sana. Kebiasaan banget gak pernah mandi sore."
Dan akhirnya kesadaran Dhira kembali sepenuhnya. "Ribet banget, sih, pake formulir segala? Gue gak mau ngisi, ah, yang penting besok gue dateng."
Rara menggeleng-gelengkan kepalanya. "Terserah lo, deh. Yang penting besok lo mau dateng. Jangan pake celana jeans, pake rok yang gak ketat. Pake baju panjang, sama jilbab jangan lupa."
"Sekalian aja besok gue pake mukena ke sono."
Rara terbahak sampai mengeluarkan air mata. "
"Iya pake mukena aja, yang warna ijo jangan lupa, biar lo kayak lontong. Yaudah gue balik dulu, besok gue samper pake jet-nya Syahrini. Assalamu'alaikum."
"Bapak lo jet-nya Syahrini! Rumah kita sebrang-sebrangan, Sukirman!"
"Jawab salamnya, Dhir!" teriak Rara dari balik pintu pagar rumahnya.
"Wa'alaikumsalam!" balas Dhira dengan teriak pula. Ia langsung menutup pintu pagarnya dengan keras sampai membangunkan kucing garong yang sedang tertidur di depan rumahnya.
"MIAAAAAUUUUWWWW!!!" ganggu tidur aja lo, human!!!
Dhira terduduk di pinggir ranjangnya, menatap hampa ke arah laptop yang masih menampilkan drama korea kesukaannya. Ia melihat kertas formulir yang masih ada di genggamannya kemudian meremasnya pelan.
Dan setelahnya, ia berjalan ke arah meja belajar. Membuka kembali kertas yang sudah sedikit lecek itu, dan mulai mengisi formulir sesuai dengan formatnya.
*Bersambung*
Cuap-cuap
Hallo! Assalamu'alaikum. Cerita ini di-remake dan semoga kalian suka dengan versi terbaru dari cerita ini. Tetap tunggu, ya, semoga bisa up setiap hari. Tugas kuliah numpuk banget, tiada hari tanpa tugas, tapi aku harap sih masih bisa luangin waktu buat nge-refresh otak dan lanjut nulis, huhuh. Oke, sampai jumpa dengan kisah Nadhira selanjutnya! ❤️
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro