Racun
Ada percik api di perjumpaan rusukku
Ia meronta-meronta, menyalak-nyalak
Acapkali ekor mata dikibas-kibaskan pada
Paras-paras putih para penunggang kereta
"Tak selamanya kalbu dimabuk engkau," rutukku
Nafsi hanya setetes kecil dari Samudra Sangkala
Tak pernah punya kesempatan mengecup ambrosia
Apalagi memamah muka Rukmala dan Rukmakala
Ah, demikian sukar si bedebah menerima cacat
Kerikil-kerikil sijjil di dadanya sudah rela membakar
Habis-habisan selaksa kayu di persilangan kerongkongan
Berkicaulah, bayangan! Insan macam apa yang mereguk racun,
Lantas berharap lambung insan lain terkoyak-koyak karenanya?
Bayanganku bersabda, "Dengarkanlah,
Engkau sudah berjanji mencintainya
Tanpa syarat. Maka, hancur-mumurlah
Jiwa-ragamu, terasing dari kawanan
Hingga tak punya apa-apa selain Cinta."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro