Putri Salju dan Pangeran Abu
Riuh mengembara di antara bebangkuan
Sebelum meresap ke dalam pori-pori
Wajah yang mengering. Putri salju
Dan pangeran abu saling berimpitan,
Kudengar mereka sepasang kekasih
Yang baru mengisi saldo pulsa
Di depan, tiga puan terlelap puas
Dalam guncangan rumah berjalan ini
Sedang pikirku masih memberengut
Pangeran abu tadi mengubah posisi duduk
Agar bisa menengahi aku dan putri salju
Sejak kapan insting bisa seperti itu?
Cinta, melihat mereka, dadaku menggelegak
Nomor teleponmu kugenggam. Aku bisa
Menghubungimu kapan saja. Meskipun
Biasanya tak langsung kaujawab, tapi
Kaudengarkan selalu. Sejauh apapun.
Lain halnya aku. Sembahku jiwa-raga,
Tapi mindaku mendamba kanan-kiri
Takut bentala di depan hancur-mumur
Samakah aku dengan barisan hamba sahaya
Yang masih menimbang-nimbang imbalan?
Cinta, larikan, pulangkan aku dari sengsara
Menuju pundakmu. Bagaimana mungkin aku
Meratap apabila kedua bahuku terus meraung?
Kebun kurmaku tandus, kering-kerontang
Dikelilingi mata air, susu unta, dan mega-mega
Cinta, aku rindu pada langkah-langkah kaki
Pembelah seratus ribu bilah alang-alang
Di mana siangku hanya mengandung
Berudu, pasir, dan kunyahan rasberi
Hanya hujan yang menyelimuti kalbu
Dari potret putri salju dan pangeran abu
Mereka menodongku untuk bertanya:
Di antara selaksa topeng ini, manakah
Yang kutunjukkan padamu, Cinta?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro