Lama'at
Alkisah, di depan khatib salat jumat,
Kubisikkan, "kuatkanlah hati hamba."
Takbir, ruku, sujud, sampai salamku
Dikerubungi sedu-sedan entah kenapa
Alkisah, saat mata kananku menggelembung
Kutanyai engkau, "Apatah kau masih di sana?"
Dan engkau menepuk pundakku subuh sekali
Padahal semalam suntuk, murkaku berpijar
Jumat ini, lidah khatib belum rampung
Menutup doa, tapi kakiku keras kepala
Melangkahi bongkahan sandal dan sepatu
Hanya untuk diberhentikan sepasang mata
Mata berbicara pada kalbu, menusuk-nusuk:
"Tengoklah, seorang anak kecil dan bapanya
Berjalan, berdampingan, bergandengan erat
Di bawah erangan debu dan kemilau kemarau
Pernahkah engkau mengalami yang demikian?"
Netra memaksa kalbu menjerat kuat-kuat
Keduanya dalam pandang, bahkan tatkala
Kaki menginjak bayang-bayang pagar rumah,
Gejolak api yang kalbu bendung tetap lolos
Kalbu bersabda, "Tanyakanlah, ya nafsi,
Apa benar bapa sekali saja tiada pernah
Menuntunmu menuju persemayaman Cinta
Dengan perhatian dan kasih sayang yang sama?"
Cinta, sudah berapa kali aku mengira
Nafsi mengendap di antara binatang buas,
Terhijab dari kasih sayang dan ampunan?
Engkau selalu membuka lebar-lebar
Pintu rumah, menantimusafir pulang
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro