Belulang dalam Rahim
Merah muda ini mengimpit dari empat sisi
Berpendar terang, seperti badai kecil
Hinggap pelan di tembok kekuningan
Sebisa mungkin mataku kuhindarkan darinya
Benar-benar mendesak dari bujur waktu
Padahal ini adalah panggung tertenar
Satu nada akan membuaiku suam-suam
Yang lain bakal merasuki kepalaku
Mengorek habis isi daging dan keringat
Sampai sekujur raga jadi mayat hidup
Sujudku membelakangi pintu, aku takut
Engkau mengetuk pelan dan berfirman,
"Rahim ini sudah renta. Besok kedaluwarsa
Sementara engkau belum mengucapkan salam perpisahan."
Lantas aku berkata pada tubuhku,
"Siapa yang sudi mengenangmu
Ketika kau tinggal belulang
Dan sisanya berkalang tanah?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro