Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Apologi

Akankah kau percaya jika kukatakan ada racun yang tengah melipatgandakan dirinya dalam dirimu?

Alkisah, kita pernah menebar tatap setajam-tajamnya atau memutarbalikkan bola mata pada orang yang pernah melukai kita.

Mungkin, kita adalah seorang kekasih yang berlari sambil merengkuh diri di tengah derasnya hujan--kehilangan bahu untuk bersandar dan bercerita--sebab bahu itu telah menemukan sandaran lain.

Bisa saja, kita pernah merasakan pedihnya dimaki dan diremehkan hanya karena kita beda rupa dan pemikiran--termasuk mesti menanggung label sensitif saat orang lain mengolok kita dengan alasan bercanda.

Barangkali, kita pernah menjadi seorang sahabat dekat, lalu kala datang suatu kesalahpahaman atau jati diri yang terungkap, kita pun murka dan menjauh.

Boleh jadi, kita menjelma air mata seorang ibu yang akhirnya jatuh sebab satu bentakan dari anak tercinta yang pernah dikandung dan ditimang.

Siapa tahu, kita sempat pula menggerutu, meratap, dan kecewa saat menatap bayangan sendiri di cermin retak.

Ketika rasa itu mulai terkumpul setetes demi setetes dalam sutra hati, engkau berupaya melakukan segala cara untuk menahan, mengikat, dan memenjara rasa itu. Tapi di akhir permainan, dirimu malah dipenjara oleh rasa itu--pengambil alih akal sehat dan kehendak--kebencian dengan segala dendamnya.

Engkau pun lama-kelamaan merebakkan hawa prasangka pada orang lain. Menutup gerbang air mata dari seluruh dunia, memasang seribu topeng di depan sekali, dan membiarkan hutan hujan dalam kalbumu habis dijamah gelora api.

Yang bisa kukatakan hanya ini: jika benci serupa racun, maka kitalah yang mereguknya sambil berharap orang yang kita benci mati karenanya. Begitu pula dengan maaf, yang tak lain sebagai obat untuk diri kita sendiri.

-----

Banyuwangi, 01/01/20.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro