Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

d

"Dipijat yang kuat'', titah Mbok Semi.

Vianka hanya bisa mendengus sebal lalu kembali melanjutkan tugasnya memijat tangan gempal si mbok. Tugas yang merupakan suap tutup mulut karena tidak becus mengepel lantai dan membuat anak Pak bos terpeleset.

"Abis ini ke kamar Cah guanteng. Bawain balsam dan susu. Kamu tuh kerja yang bener, gimana kalo tadi Cah guanteng terbentur kepalanya? Bisa-bisa...''

Mbok Semi dengan mata terpejam masih saja memerintah dan mengomel. Vianka sudah bosan tinggal di sini karena ocehan si mbok yang mengalahkan kebawelan maminya.

Kadang Vianka rindu maminya. Begitu ingat tekad gila mami menikahinya dengan si cowok 'tebar sperma', bulu kuduknya langsung berdiri. Sekejap saja dia mensyukuri keputusannya menggeluti profesi dadakan ini.

"Dengar, ndak?'' Tanya Mbok Semi yang sudah selesai mengeluarkan wejangan entah apa itu yang tidak didengar Vianka.

"Iya, mbok'', jawab Vianka lemah.

"Ya sudah kenapa masih di sini? Sana ke kamar Cah guanteng'', usir Mbok Semi sambil melambaikan tangan.

Vianka pergi dengan hentakan kaki keras. Kesal disuruh ini-itu tidak ada habisnya. Baru bisa istirahat jika si mbok sudah tidur. Untung Pak bos jarang berlama-lama di rumah. Pergi pagi, pulang larut. Bisa bunuh diri Vianka berhadapan lama dengan majikan sinis yang suka melotot.

"Mas Kasyaf'', panggil Vianka di depan pintu kamar anak laki-laki itu.

"Masuk aja, mbak!''

Sebelum masuk, Vianka masih sempat melirik ke pintu dapur. Mbok Semi sedang memantau pergerakannya. Karena rumah ini hanya satu lantai, ruang keluarga dan ruang makan tidak dibatasi partisi Mbok Semi dapat dengan mudah melihat keseluruhan empat kamar utama. Kecuali ruang tamu yang dibatasi partisi buffet kayu minimalis berwarna hitam.

Vianka masuk lalu menutup pintu di belakangnya. Biar si mbok nggak ganggu.

Kasyaf sedang duduk di kursi belajarnya. Anak itu menoleh dan tersenyum pada Vianka.

"Mbak bawain balsam sama susu.'' Vianka meletakkan kedua benda tersebut di atas meja belajar Kasyaf. "Mbak minta maaf ya. Kamu kepeleset gara-gara mbak nggak telaten ngepel lantai.''

"Nggak apa kok, mbak. Kasyaf yang salah juga, nggak liat-liat ada becek.''

Manis banget sih ni bocah. Sayang beda tiga belas taun, kalo tuaan dikit aja gue gebet lo. Pikir Vianka. Dia heran kenapa ayah Kasyaf sangat jutek kepadanya padahal anaknya manis.

"Kamu belajar apa?''

"Matematika.''

"Mau mbak bantu'', tawar Vianka. Anggap saja tebus dosa sudah menyebabkan anak manis ini terjatuh. Pantas si mbok suayaanng banget sama Kasyaf.

"Mbak mau bantu? Boleh, boleh. Kasyaf nggak ngerti ama soal ini.''

Vianka menarik kursi lain yang ada di kamar Kasyaf. Dia membaca soal yang ditunjukkan Kasyaf lalu dengan telaten, dia mengajarkan putera majikannya itu cara mengerjakannya.

"Selesai!!'' Pekik Kasyaf riang.

Setelah satu jam berkutat dengan kumpulan soal matematika bersama Vianka, Kasyaf bisa merelaksasi tubuhnya ke atas kasur.

"Mbak makasih ya'', kata Kasyaf pada Vianka yang masih duduk di dekat meja belajarnya.

"Iya, sama-sama.'' Tidak pernah sekalipun Vianka merasa beruntung punya otak encer untuk membantu orang lain. Dua adiknya tidak pernah minta diajarinya belajar. Mereka terlalu pintar dan sombong untuk mengemis bantuan padanya. Padahal Vianka ingin sesekali membantu mereka.

"Nanti aku cerita ke ayah kalo mbak bantuin aku.''

"Eeh buat apa? Ayah kamu tuh galak ke mbak, ntar yang ada mbak diomelin ayah kamu lagi.''

Kasyaf tergelak. "Nggaklah, ayah baik. Masih sensi aja kali, mbak kan pernah mukulin ayah.''

"Kamu kok nangis waktu itu?''

Kasyaf mengerucutkan bibirnya. Pose yang menggemaskan menurut Vianka. "Kasyaf takut ayah kenapa-napa. Kasyaf kan cuma punya ayah, mbak. Kalo ayah sampai meninggal, Kasyaf nggak punya siapa-siapa lagi.''

Vianka memahami ketakutan Kasyaf. Hidup sebagai seorang piatu sejak bayi bukanlah hal yang mudah. Luka pada Kenio yang pernah dibuatnya pasti menyebabkan ketakutan tersendiri bagi Kasyaf yang masih kecil. Dia merasa bersalah.

Tanpa pikir panjang, Vianka merengkuh Kasyaf dalam pelukannya. Bocah itu gelagapan terhadap tindakan spontan Vianka.

"Jangan takut. Mbak nggak akan menyakiti ayah kamu lagi. Kalo ayah kamu nakal, mbak cubit aja. Selain ayah kamu, Kasyaf masih punya Mbok Semi dan mbak.''

Mendengar ungkapan tulus Vianka, Kasyaf balas memeluk mbak baru yang ceroboh dan cerewet itu. Baru kali ini, Kasyaf mudah sayang dengan orang baru. Walau ramah dan murah senyum, Kasyaf bukan tipe yang gampang suka dengan orang lain.

"Makasih, mbak. Kasyaf sayang mbak'', ungkap Kasyaf tulus.

Deg!

Vianka membeku di tempatnya. Ini pengalaman pertamanya menerima ungkapan sayang yang tulus. Maminya tidak pernah umbar kata sayang bahkan di Hari Raya. Kedua adiknya lebih impossible. Kekasih brengseknya, pernah beberapa kali mengucapkan kata sakral itu sebelum minta kissing. Vianka jijik jika mengingat kebodohannya termakan rayuan Farrel.

"Mbak-''

"Lagi ngapain kalian?'' Suara bass Kenio yang tajam mengurung perkataan Vianka.

"Ayah!'' Kasyaf lantas berlari menubruk tubuh sang ayah penuh suka cita.

"Tadi mbak bantu aku mengerjakan peer matematika.''

Kenio melirik tajam Vianka sebelum mengurai pelukan Kasyaf. "Mbak bantu mengerjakan atau mbak yang mengerjakan?''

"Nggak dong, yah. Kasyaf dikasih tau aja cara ngerjainnya trus Kasyaf lanjutin sendiri'', bela Kasyaf.

Kenio tertawa melihat anaknya kesal. "Oke, ayah percaya. Sudah mandi?''

"Belum, yah'', kata Kasyaf sambil menunduk.

"Mandi dulu ya.''

Kasyaf masuk ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Kenio memberi kode dengan gerak kepalanya agar Vianka keluar. Vianka tebak ini pasti karena acara peluk-pelukan unyu tadi.

"Kamu ngapain peluk Kasyaf?'' Tanya Kenio begitu mereka sudah keluar kamar.

"Saya cuma terharu sama kasih sayang Kasyaf ke bapak. Nggak ada maksud apa-apa. Kalo mau marah-marah, mending buang aja pak. Bisa bikin darah tinggi. Bapak kan udah tua, mending pikir yang positif aja. Misalkan saya dan Kasyaf sebagai kakak-adik. Tenang pak, bukan kakak-adik zone kayak yang nge-tren di sosmed kok. Saya tulus mau jadi kakaknya Kasyaf. Ya syukur-syukur kalo bapak mau sekalian angkat saya anak, lumayan kan dapat uang saku bu-''

"DIAM!" bentak Kenio.

Kepalanya sudah pening mendengar ocehan gadis begajulan yang sudah seminggu menjadi pembantu di rumahnya. Makanya dia paling malas mengajak bicara Vianka, ocehan panjang tidak bermutu pasti memekakan telinganya.

"Iih si bapak malah ngebentak'', cibir Ivanka.

"Ngomong apa kamu?'' Tanya Kenio dengan ekspresi galak. Dia dengar gumaman Vianka, dia cuma terlalu kesal sampai malas langsung mengomelinya.

"Nggak.'' Vianka geleng-geleng. Kenio gemas melihat tingkah gadis muda itu yang sebenarnya lucu, sayang mulut Vianka seperti kopaja rem blong. Ngebut, sradak-sruduk, tukang salip, dan susah berhenti.

"Saya nggak suka kamu punya interaksi berlebihan dengan Kasyaf. Dia masih kecil, awas saja kalau saya dengar kamu mengajari Kasyaf yang aneh-aneh'', ancam Kenio.

Mata elang Kenio menatap Vianka tajam. Vianka mengendipkan mata bulatnya berkali-kali. Hati kedua orang itu berujar, Matanya indah.

Tbc.

Happy reading (*δωδ*)」

21/08/2017

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro