Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

a

"ADOOOOHH!!"

Vianka dan Renia panik di atas motor. Pasalnya mereka berdua baru saja menabrak seorang ibu-ibu. Salahkan mereka berdua karena tidak hentinya mengobrol saat berkendara. Vianka yang mengemudi juga tidak cukup handal mengerem saat dia menyadari ada seorang ibu tua menyebrang jalan.

"Mampus'', desis Renia.

Renia yang pertama turun dari motor segera menghampiri ibu tua itu. Vianka menyusul setelah menepikan motor yang sebenarnya milik Renia.

"Ibu nggak apa-apa?'' Tanya Renia panik.

Ibu tua itu masih duduk di tengah jalan. Barang belanjaannya sudah bertebaran tak jelas rupa di sekitar mereka.

"Ndak apa-apa gimana? Ini sakit. Kamu tuh gimana bawa motor ugal-ugalan. Gimana kalo saya meninggal di tempat'', sembur ibu tua itu.

"Bukan saya bu yang bawa motor. Teman saya tuh yang bawa motor'', kata Renia membela diri.

Ibu tua itu melihat Vianka dengan wajah murka. Belum pernah sepanjang hidupnya, dia harus menggelesor di jalan beraspal. Tubuhnya nyeri dan kakinya luar biasa ngilu.

"Jadi kamu ya yang bawa motor ugal-ugalan? Dasar cah ayu sableng. Ndak pake otak. Mau bunuh orang kamu'', murka ibu itu sambil menjewer kedua telinga Vianka.

"Aduh, aduh, aduh bu maaf. Saya minta maaf bu'', mohon Vianka seraya berusaha melepas tangan ibu itu yang kuat menarik telinganya.

Bisa putus ini kuping gue, jerit hatinya.

"Tolong lepasin kuping temen saya bu'', pinta Reina. Dia juga bingung menolong Vianka, ibu itu gampang saja menepis tangannya yang memegang bahu si ibu tua.

"Bu, tolong lepas bu. Saya ganti rugi bu. Aduuhh!!'' Pekik Vianka makin histeris.

Mendengar kata ganti rugi, ibu tua itu melepaskan jewerannya. Hidungnya mendengus kasar. Matanya masih melotot pada Vianka dan Renia bergantian.

Reina langsung mendekati Vianka yang menggosok-gosok telinganya yang sudah panas. Jeweran si ibu tua memang tidak main-main, kedua telinga Vianka merah padam.

"Ganti rugi gimana?'' Tanya si ibu menantang.

Vianka dan Renia saling lempar kode mata. Minta ganti rugi dia. Sekiranya begitu kode di antara mereka.

"Saya bakal bayar biaya pengobatan ibu'', kata Vianka tidak kalah sombong.

Ibu itu berdecih tidak suka. "Kamu pikir saya cuma butuh pengobatan.''

Dahi Vianka dan Renia sontak mengerut. Si ibu tua kurang puas dengan tawaran Vianka.

"Trus gimana bu?'' Tanya Renia hati-hati.

"Karena perbuatan kalian, saya bisa disuruh pulang ke kampung sama majikan saya. Pernah ndak kalian pikir, kalau saya pulang kampung saya ndak punya penghasilan. Saya itu butuh uang buat nikahan anak saya di kampung, pulang kampung sekarang wes batal nikahannya. Ndak mikir kan ulah kalian bisa berakibat banyak?''

"Kok disuruh pulang kampung?'' Vianka masih belum paham.

"Ya saya sakit gini. Kaki saya pasti ada patah. Gimana bisa kerja? Coba pikir?'' Jawab si ibu tua dengan nada memelas.

Vianka dan Renia jadi tidak enak hati. Bagaimana pun mereka penyebab ibu tua itu bisa kehilangan pekerjaannya.

"Jadi ibu maunya gimana? Perlu kami bantu bicarakan ke majikan ibu?'' Tawar Renia.

"Ndak usah hiks.. emang udah jalan takdir saya kehilangan pekerjaan hiks.. kalian bantu saya bayar pengobatan aja hiks'', kata si ibu sambil menangis.

Renia menyenggol lengan Vianka. "Gimana tuh ibunya?'' Bisik Renia. Dia sangat prihatin dengan kondisi ibu itu. Pasti sulit bekerja di kota untuk membawa uang ke kampung.

"Gue juga bingung. Lo ada ide?'' Balas Vianka masih berbisik.

Renia berpikir sejenak. "Ibu ada cara nggak buat kami bantu ibu biar nggak kehilangan pekerjaan ibu?''

Ibu tua itu langsung mengelap wajahnya yang basah oleh air mata. Dia melihat Reina dan Vianka bolak-balik. Kemudian berhenti di Vianka.

"Kamu.'' Telunjuk ibu itu mengacung ke wajah Vianka. "Bantu saya kerja.''

"Heeeeeh??'' Koor Vianka dan Renia terkejut.

***

"Gue nggak mau, Ren. Apa-apaan tuh ide. Bantu ibu itu kerja, sama aja minta gue jadi babu. Ogah'', kata Vianka tegas.

"Ya elah Vi. Cuma berapa hari lo bantu ibu itu. Cuma ampe sembuh. Lagian lo kan lagi kabur dari rumah, cepat ato lambat nyokap lo pasti nemuin lo. Mending lo ngumpet di rumah majikan ibu itu. Aman'', hasut Renia.

Renia sebenarnya tidak suka ide ibu tua itu. Berhubung ada Vianka sedang dalam usaha kabur dari rumah, ya kenapa tidak dimanfaatkan saja kondisi ini untuk bersembunyi.

"Bener sih omongan lo. Tapi gue masih khawatir ketauan nyokap gue. Temennya tersebar se-Indonesia.''

"Gue ada ide, lo minta aja ibu itu ngaku lo tuh ponakannya dari kampung. Majikan lo pasti nggak kepikiran asal usul lo lagi.''

"Bener banget. Boleh juga ide lo. Nanti lo ya yang minta ibu itu buat ngakuin gue ponakannya'', kata Vianka riang.

Setelah seminggu mendekam dalam kost yang disewa Renia, akhirnya dia bisa punya tempat sembunyi yang aman.

Cklek.

Pintu ruang pemeriksaan klinik yang berlokasi tidak jauh dari tabrakan itu terbuka. Si ibu keluar dengan bantuan tongkat. Kaki kanannya sudah terpasang gips. Ivanka dan Renia merasa iba dan bersalah dengan kondisi si ibu yang belum mereka ketahui namanya.

"Gimana kata dokter, bu?'' Ivanka bantu si ibu duduk di kursi tunggu yang disediakan klinik. Sementara Renia pergi untuk menyelesaikan administrasi dan tebus obat.

"Minggu depan dicek lagi. Cah ayu, lain kali hati-hati bawa kendaraan.''

Vianka mengangguk sambil pasang senyum terpaksa. "Iya, bu. Omong-omong, saya belum tau nama ibu.''

"Panggil aja Mbok Semi. Kamu?'' Mbok Semi sudah lebih lembut berbicara dengan Vianka. Gadis muda itu jadi lebih tenang karena pertikaian di jalan itu sudah bisa dianggap selesai.

"Vianka Ayuni, mbok.''

"Vi, Viang, eh apa itu tadi? Ya ampun susah tenan sebut nama kamu.''

"Ayuni aja, mbok.''

"Nah yang ini baru gampangan. Cocok lagi ama parasmu yang ayu'', puji Mbok Semi. Vianka tersipu malu dengan pujian Mbok Semi yang apa adanya itu.

"Udah selesai, yuk pulang!'' Renia datang dengan kantong plastik berisi obat Mbok Semi.

Mbok Semi melirik Vianka. "Nah, ini temanmu siapa?''

"Renia, mbok'', jawab Vianka.

Merasa ada kesempatan, Renia mengungkapkan idenya pada Mbok Semi. "Mbok, nanti di rumah majikan mbok tolong ngaku Vianka ini ponakan mbok dari kampung ya?''

"Kenapa begitu?''

"Vianka nggak berani pulang karena mau dijodohkan buat bayar utang ibunya'', jawab Renia bohong.

Vianka terkejut dengan alasan yang dibuat Renia. Hutang dari mana, maminya itu punya jabatan tinggi perusahaan asing yang sukses. Suka sembarangan bicara, takutnya dikabulkan Tuhan. Amit-amit, keluarga Vianka punya hutang.

"Ya ampun, mbok turut prihatin sama kamu ya, ndok. Banyak-banyak doa sama Tuhan biar dikasih jalan. Biar cobaan kamu lekas selesai'', kata Mbok Semi yang termakan kebohongan Renia.

Vianka hanya bisa mengangguk pasrah. Dalam hatinya, dia merencanakan siksaan keji untuk membalas Renia yang sekarang terkikik geli dengan keusilannya. Sialan banget si Renia.

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro