
Prolog
Bingung, ya, dengan keadaan ini. Sama-sama membalas rasa, tapi tak pernah saling bersinggungan, tak pernah nyata dalam mata, tetapi cukup terasa dalam jiwa, dalam kotak imajiner bahwa hubungan kita ada dan terasa, hanya saja tak pernah ada kata.
Tiada tempat berpulang setelah malam hilang dan pagi datang, hanya ada kenangan, Tuan. Meresap seperti air yang tidak terkendali, tepat seperti itu apa yang kini ada di dalam dada. Tiada diksi yang tepat menggambarkan, bagaimana rasa ini berbisik pada hati, tentang kau yang tak mungkin bisa kumiliki.
Jangan, kan, cinta di hati ini akan kau tahu. Napas ini berembus saja tak pernah kau tahu. Ya, segila itu mencintai. Tanpa hitam di atas putih, tanpa wujud yang nyata, tanpa balasan dan kembalian. Namun, rindunya amat terasa, bongkahan hangat itu terus mengalir bagai aliran darah yang tak pernah berhenti menjajaki jantung.
Tuan, jangan salahkan hati jika Tuanku yang sebenarnya memintaku pulang dan menyerah pada bisik harapan. Menerima kenyataan bahwa kamu dan aku memang hanya sebatas angan. Ya, pada akhirnya aku sadar. Kamu hanya keping bayangan yang selamanya akan menjadi bayangan.
Tuan, barangkali waktu bisa diputar, aku memilih untuk tidak jatuh cinta padamu dari awal, aku memilih untuk tidak mengenalmu. Ada yang bilang mencintai seseorang yang tak bisa dimiliki itu sama dengan menyakiti diri sendiri. Sayangnya, itu benar, Tuan.
Jika berkenan, Tuan, aku ingin mengubur semua kalimat dan memilih menyimpan semua rasa itu dalam dada. Sebab, sulitnya bibir ini terbuka, tetapi desirnya amat terasa.
***
Bagi Shira mencintai Ryuga seorang superstar K-pop adalah penyembuhan sebagian jiwanya yang rapuh karena perceraian kedua orang tua. Bagi Shira menganggap Ryuga sebagai sahabat dunia fiksi adalah sesuatu yang menghangatkan sisi hidup Shira yang dingin.
Sampai akhirnya, foto superstar yang selalu ia sembunyikan rapi di jajaran buku-buku kuliahnya, yang diam-diam ia tonton video klipnya di kamar mandi, yang selalu ia kutip kalimat-kalimatnya di belakang buku itu kini tampak nyata berdiri di depan Shira. Menatap Shira dengan bendungan air mata di pelupuk mata, ada tiket konser yang sobek semburat di bawah kakinya.
"Jadi itu pilihanmu?" tanya Ryuga.
Hijab gadis itu mengibar tersapu angin pantai, di tengah suara deburan ombak dan dinginnya Pulau Jeju, Shira mengangguk mantap memberi jawaban.
"Dalam agamaku, dilarang mencintai seseorang yang tak terikat dengan agama kami. Aku tak pernah mencintaimu, Ryuga-ssi."
Ryuga mengangguk-angguk sembari menghalau air mata yang nyaris jatuh, pria itu bergeming sejenak sebelum akhirnya membalikkan badan dan meninggalkan Shira sendiri di bibir pantai.
Semakin jauh punggung Ryuga ditatap, semakin jelas rasa yang hadir dalam dada. Shira mempertahankan diri untuk tidak menangis. Sejak awal gadis itu tak pernah mengungkapkan cinta untuk siapa pun, bahkan kepada pria yang pernah menjadikan hidupnya hangat meski melalui layar kaca. Sebab, ia tahu bahwa kalimat cinta hanya boleh ditujukan kepada Tuhannya, bukan pada makhluk-Nya.
ㄹDISCLAIMERㄹ
Semifanfic Suga of BTS, semua nama karakter yang real diplesetkan. Tidak ada hubungan dan tidak terikat dengan tokoh real. Semua murni halu dan Imajinasi.
Halo, Indomy. Welcome di cerita Fanfic pertamaku.
Harap baca dengan bijak dan komentar sesuai dengan lapak. Jika ada kritik dan saran, lebih baik disampaikan melalui DM pribadi.
Happy Reading 💜
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro