Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3 : Shira dan Big Sky

"Ma, Shira pergi, ya? Mama jangan khawatir, insyaallah Shira selalu jaga diri."

"Jangan pernah ninggalin salat, ya? Selalu hati-hati di sana."

Halima berat melepas putri semata wayangnya melanjutkan studi ke luar negeri, jauh dari pandangannya. Namun, Halima tak mau mematahkan semangat Shira, segala perjuangan Shira berbulan-bulan akhirnya membuahkan hasil. Gadis itu lolos menjadi penerima beasiswa dan resmi diterima sebagai mahasiswa baru program pascasarjana Internasional Relation di Universitas Hankuk, Korea Selatan.

Hasil tak pernah menghianati segala usaha Shira yang beberapa kali ditolak Universitas dalam negeri.

"Kamu yang benar kuliah di Turki, kalau butuh apa-apa, bisa hubungi Ayah, Ayah punya kenalan di sana," ujar Nurman.

Karena tahu Shira tak akan mendapat izin Nurman untuk kuliah di Korea, gadis itu terpaksa berbohong diterima di kampus yang sama dengan Kinar. Awalnya Nurman tidak begitu percaya, tetapi Shira menunjukan beberapa dokumen pendukung kalau ia memang diterima di Turki, dokumen yang ia copas dari dokumen milik Kinar.

"Nanti Ayah bantu uang makan di sana."

"Nggak perlu, Yah, Shira udah punya tabungan yang cukup." Shira pamit." Shira meraih tangan Nurman mengecup punggung tangannya, kemudian juga berpamit ke Rina meski ogah, berpelukan penuh haru bersama mamanya. Kemudian menarik koper menyusul Kinar yang sudah menunggu di pintu tunggu keberangkatan.

Shira melambai ke arah orang tuanya. Berat meninggalkan sang mama, tetapi tekad Shira kuat untuk mencari jalan sukses dan pengalaman. Terlihat Halima membalikkan jalan lebih dulu meninggalkan Nurman dan istri mudanya.

"Kak, ini tiket di Gate 4, bukan Gate ini," kata petugas bandara.

"Iya, Mbak, saya tahu, bentar, ya?" kata Shira sambil menoleh ke belakang melempar senyuman ke arah Nurman.

Begitu Nurman dan istrinya pergi, Shira memeluk Kinar untuk pamit berpisah.

"Kabarin kalau udah sampai, tiap hari harus tetep hubungan, ya, Shir."

Shira mengangguk, "Pasti."

"Jangan makan babi, ya?"

"Gila kamu, ya?"

"Kalau ketemu Ryuga, tolong tanya skincare kulitnya, putih banget kek bapau."

Shira tertawa sambil berlari "Aku dah telat, aku pergi dulu. Sampai jumpa lagi, Kin." Gadis itu melambaikan tangan.

Shira menarik koper dan berlari menuju Gate keberangkatan ke Korea di mana Halima sudah menunggu di sana, meski harus kucing-kucingan menghindari Nurman. Usai berpamitan penuh tangis bersama Halima, Shira akhirnya menyerahkan dokumen ke bagian petugas bandara.

Melalui jendela pesawat, Shira mengusap air matanya meninggalkan Indonesia. Korea memang bukan tujuan utamanya dari awal untuk melanjutkan pendidikan. Namun, Shira yakin Korea akan mengajarkan banyak hal.

ㅎㅎㅎ

Republik Korea atau lebih dikenal dengan Korea Selatan adalah sebuah negara di Asia Timur yang meliputi bagian selatan Semenanjung Korea. Memiliki kebudayaan yang beragam, Korea Selatan termasuk destinasi liburan yang mengundang banyak wisatawan. Apalagi saat gelombang hiburan Korea merambah ke pasar dunia, Korea menjadi negara impian banyak orang.

Beyond The Star menembus pasar global menjadi penarik paling besar wisatawan, pemerintah mengakui kepopuleran Beyond The Star mampu menaikan perekonomian bangsa, banyak yang menyebut tujuh personil pria dengan penampilan tampan itu adalah aset negara.

Drama-drama produksi Korsel juga menarik banyak wisatawan, sejak drama Full House yang dibintangi Song Hye Kyo dan Penyanyi Rain mendongkrak serial ini ditayangkan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dulu sepulang sekolah, Shira selalu menunggu drama itu tayang.

"Annyeonghaseo," sapa Shira sembari membungkukkan sedikit punggungnya, "Saya Mahasiswa dari Indonesia, Ashira Candani."

Gadis itu baru saja sampai di asrama, memperkenalkan diri pada teman sekamarnya.

"Oh, hai, aku Ayumi dari Jepang. Pakai bahasa santai saja, jangan formal. Kita teman sekarang mulai sekarang. " Gadis berambut pendek itu langsung menyambut hangat Shira. "Kau muslim?"

"Ah, iya."

"Wah, menarik, masuk-masuk. Kamu bisa istirahat di ranjang yang kosong." Ayumi berdiri menyingkirkan barang-barangnya yang menghalangi jalan Shira ke ranjang yang kosong. "Sepupuku seorang mualaf, dia tinggal di Malaysia sekarang. Kau tidak perlu sungkan kalau mau ibadah atau membaca kitab. Aku sama sekali tidak merasa terganggu."

Sambil meletakkan barangnya, Shira ingin menangis pada detik ini. Sepanjang perjalanan ke asrama beberapa waktu lalu, Shira berdoa dalam hati semoga ia mendapatkan teman sekamar yang mau menerima agamanya di sini, mengingat persentase muslim di negara ini tergolong minoritas.

"Terima kasih." Shira tersenyum lebar, matanya menangkap poster Beyond The Star di dinding dekat ranjang Ayumi, "Sirius?" tanya Shira, Sirius adalah nama klub penggemar Beyond The Star.

"Ya, aku Sirius sejak mereka debut." Ayumi terlihat berbinar, "Jangan bilang, kau juga Sirius?"

Shira hanya tersenyum.

"Wah, daebak! Biasku Ryuga. Kalau kau?"

Shira terhenyak sebentar mengetahui member yang paling ia suka sama dengan member yang paling disuka teman sekamarnya itu, gadis itu jadi ragu mengatakan hal yang sama, "Tidak ada yang paling aku suka, aku suka semua member."

"Heol. Baguslah, setidaknya bukan Ryuga. Aku Sirius yang posesif." Ayumi tertawa, bercanda, "Akhir pekan aku dan teman-teman Sirius mau berkunjung ke Museum Musik Big Sky, kau mau ikut?"

"Oh, benarkah?" Shira terkejut sembari membuka kopernya, ia tak pernah berpikir akan mengunjungi gedung museum musik yang memamerkan segala hal tentang Beyond The Star dan artis di bawah naungan Agensi Big Sky, kabur dari perjodohan dan fokus kuliah adalah hal yang paling utama bagi gadis itu.

"Ya, bisa saja kita bertemu member di sana. Pasti seru, ikut, ya?" Ayumi mendekati Shira dan melingkarkan tangan di lengan gadis itu, "Beri aku kesempatan untuk membangun hubungan yang baik dengan teman sekamarku selama dua tahun di sini. Siapa tahu kita bisa jadi sahabat. Ya?"

Meski rasanya tak begitu menginginkan, kalimat Ayumi barusan mengubah pikiran Shira, gadis itu mengangguk dan tersenyum menerima ajakan Ayumi. Tak pernah terpikirkan bagi Shira bisa pergi ke tempat dekat dengan Ryuga, seseorang yang menghangatkan hati Shira melalui lagu-lagunya.

ㅎㅎㅎ

Hankuk Univercity of Foreign Studies (HUFS) adalah universitas riset swasta yang berbasis di Seoul, ibu kota Korsel. HUSF secara konsisten menempati peringat sebagai salah satu universitas terbaik di Korea. Lebih dari 45 bahasa diajarkan di kampus ini, termasuk Bahasa Indonesia. Memiliki tiga kampus, kampus utama berada di jantung ibu kota Korsel, kampus yang ditempati Shira saat ini.

Menerima mahasiswa beasiswa dari luar negeri, kampus ini banyak didominasi mahasiswa dari luar Korea. Tak hanya Shira, ternyata banyak mahasiswa dari Indonesia, begitu juga dengan mahasiswa muslim. Tak semenakutkan bayangan Shira, lingkungannya lumayan bertoleransi dengan agama lain.

Seminggu beradaptasi di lingkungan kampus tidak membuat Shira kesulitan. Kantin kampus ternyata menyediakan makanan halal, bahkan tempatnya terpisah dengan makanan mahasiswa non-muslim, di sana juga disediakan tempat beribadah. Di situlah Shira banyak mengenal mahasiswa muslim dari berbagai negara, komunitas pelajar Indonesia juga komunitas pelajar muslim.

"Nggak nyangka gue ketemu lo di sini," ujar seorang pria seumuran Shira, ia senior tahun akhir di kampus ini. Namanya, Regi, teman sefakultas Shira di kampus lama.

"Anggap aja kamu nggak lihat aku." Shira menundukkan kepala, bagaimanapun ia mencoba menutupi kalau kuliah di sini, tetap saja pasti ada yang tahu selain umi dan sahabatnya.

Regi tertawa, "Kenapa? Lo kabur ke sini, ya?" tebak pria itu asal.

Air muka Shira menjawab benar tebakan Regi. Tawa pria itu langsung surut, matanya membelalak kaget.

"Aneh banget, zaman udah modern masih aja ada perjodohan," ujar Regi setelah Shira menceritakan alasan utama ia kabur ke Korea dan berbohong soal kuliah di Turki. "Lo juga, kalau nggak mau ya, bilang, nggak usah kabur segala."

"Tidak menerima kritik dan saran," cibir Shira sambil melirik sengit. "Kamu tinggal di mana?"

"Gue tinggal di rumah kontrakan, sih, bareng temen-temen, tiga blok dari sini. Lo di asrama?"

Shira mengangguk. "Sebenarnya aku seneng, sih, ketemu orang yang aku kenal di sini. Cuman, please, ya, Gi, jangan bilang siapa-siapa kalau aku kuliah di sini."

"Nggak akan, lagian apa untungnya buat gue," sahut Regi, pria dengan postur tubuh gagah itu memang terkenal bodo amat dengan urusan orang lain. "Kalau ada apa-apa, lo bisa hubungin gue, Shir."

"Shira-ah!" panggil Ayumi, gadis Jepang itu melambai dari koridor menuju tempat ibadah pelajar muslim. "Kita harus pergi!"

"Aku datang!" jawab Shira, "Gi, aku pergi dulu, ya. Sampai ketemu lagi!"

"Eung," jawab Regi, "Telepon gue nanti, Shir!"

"Pasti." Shira berlari ke arah Ayumi.

Hari ini mereka akan mengunjungi Museum Musik Big Sky dan jalan-jalan di Myeongdong Street Food. Satu grub berisi sepuluh orang dari berbagai jurusan, termasuk Ayumi dan Shira. Setelah dandan heboh menampilkan segala identitas sebagai bagian dari Sirius, Ayumi siap dengan kamera digitalnya.

"Kau coba pakai ini sebagai identitas Sirius." Ayumi meraih topi baret berwarna biru gelap dengan pin karakter Ryuga, lalu Ayumi juga menyambar jaket levis bertuliskan Ryuga Marry Me di bagian belakangnya. "Nah, cantik!"

"Berlebihan, Yumi-ah."

"Ah, tidak. Kita harus kompak. Ayo, berangkat!" pekik Ayumi bersemangat.

Menaiki bus selama lima menit, kemudian turun ke stasiun, mereka menaiki metro bawah tanah menuju lokasi Museum Musik Big Sky. Satu hal yang membuat Shira sedikit syok semiggu tinggal di sini, semua serba jalan kaki. Tidak ada ojol di sini, taksi mahal. Shira yang tak biasa jalan jauh, merasa kaget.

Tak hanya memamerkan video musik dan lirik-lirik dalam layar raksasa, Museum ini juga memamerkan piala penghargaan yang diraih oleh sang artis, perolehan piala milik Beyond The Star yang paling banyak. Selain itu juga memamerkan baju-baju dalam video klip artis Big Sky. Ya, sekali lagi Shira tak menyangka bisa sampai di sini, satu hal yang tak ada dalam catatan rencananya, sama sekali tidak terpikirkan akan ke sini.

"Yumi-ah, kau di mana?" tanya Shira melalui sambungan telepon, ia tak sengaja berpisah dengan rombongan saat Shira asyik memperhatikan layar proyektor yang memperlihatkan foto Ryuga memakai hanbok, pakaian adat Korea. Shira tak sengaja tertinggal.

"Aku di ruangan Dynamic Movement lantai empat, belok kanan dari tempatmu, ikuti petunjuknya, di sana ada lift, naiklah. Aku tunggu di sini."

Shira mengikuti arahan Ayumi, belok kanan dari posisinya kemudian menemukan lift, tertera daftar setiap lantai di samping tombol lift. Ada satu lantai yang membuat Shira ingin cepat ke sana, lantai di mana memamerkan lirik-lirik lagu Beyond The Star dan maknanya, hal yang membuat Shira jatuh hati pada grub itu.

Pintu lift terbuka di lantai enam, di samping layar proyektor memutar lagu Beyond The Star, terdapat papan menampilkan lirik-lirik lagu dan maknanya.

Shira berdiri lama di depan lagu yang pernah mencegahkan bunuh diri tiga tahun silam. Gadis itu tersenyum membaca maknanya, persis sekali dengan apa yang ia tangkap saat mendengarkan lagu tersebut kala itu.

Ponselnya bergetar, panggilan masuk dari Ayumi.

"Ya, Yumi-ah?"

"Turun ke lantai utama, tadi ada mobil yang masuk. Nggak tahu artis siapa, tapi aku tunggu di bawah, ya!"

Sedetik setelah sambungan telepon Ayumi terputus, Shira dikejutkan dengan para pengunjung yang berlarian ke arah lift. Mungkin mereka juga mendengar kabar mobil artis yang masuk gedung ini. Melihat lift yang sesak, Shira memilih menunggu. Karena Ayumi terus menelponnya, Shira terpaksa mencari pintu darurat.

Gadis itu menuruni tangga kemudian melihat pintu lift tak begitu besar. Mungkin itu lift yang bisa membawanya ke lantai utama dengan cepat. Meski tertulis 'khusus staf' Shira tetap menekan tombol dan masuk ke dalam lift.

Di lantai lima tiba-tiba lift berhenti, jantung gadis itu terasa ikut berhenti. Jangan sampai ia bertemu dengan staf dan dikenai denda karena memakai lift ini, mengingat Korea amat disiplin terhadap peraturan.

Mata Shira membulat terkejut bersamaan dengan langkah kaki orang yang akan masuk ke dalam lift, sejenak berhenti. Pandangan mereka sempat bertemu sekian detik, sebelum akhirnya orang itu masuk ke dalam lift. Orang itu adalah seorang pria memakai kemeja, topi dan masker berwarna hitam.

Tak ingin menduga, tetapi Shira yakin jika yang ditemuinya saat ini adalah Ryuga. Melihat gaya bajunya, kulit tubuhnya yang amat putih, potongan rambutnya yang panjang sebahu, serta sepatu andalannya, merek Air Jordan berwarna hitam putih.

Shira yakin pria di sampingnya ini adalah Ryuga. Untuk pertama setelah tiga tahun mengagumi sosok Ryuga melalui layar kaca, Shira kini bertemu langsung dengan sosok itu pada detik ini. Buru-buru gadis itu mundur mentok ke dinding lift, menutupi tulisan di belakang jaketnya. Ia malu jika orang di sampingnya ini membacanya.

Pria itu menoleh, "Apa yang kau lakukan?"

Shira seratus persen yakin jika itu adalah Ryuga saat mendengar suara khas rapper yang pernah bekerja sama dengan penyanyi kelas dunia itu. Shira menarik napas panjang, berusaha untuk tetap tenang.

"Bagaimana bisa kau menaiki lift ini, bukankah ini khusus untuk staf?"

Mati-matian Shira menahan gemetar tangan dan kakinya, gadis itu menundukkan kepala, "Maaf," ucapnya dalam Bahasa Korea formal.

"Beruntung kau bertemu denganku, kalau bertemu dengan staf kau bisa kena denda," kata Ryuga. Pria itu merogoh saku untuk mengeluarkan pulpen, "Kau ingin tanda tanganku?"

"Tidak!" sahut Shira seketika seraya mendongak menatap Ryuga.

Mendapat jawaban tersebut, perlahan Ryuga urung menarik pulpen dari sakunya. "O... Oke."

Shira kembali menarik pandangannya pada mata Ryuga yang menatapnya heran. Lift terasa lambat turun, Shira benar-benar ingin keluar dan lari dari sini. Beberapa kali gadis itu menggigit bibirnya.

Ryuga menghadap ke depan dengan kerutan kening. Tak lama ia menerima telepon dari staf bahwa mobil jemputannya sudah siap di basemen. Sambil menunggu lift sampai, pria itu melirik ke arah Shira merasa heran. Baru kali ini ada yang menolak tanda tangannya. Padahal Ryuga sudah melihat jelas tulisan di jaket belakang gadis itu, pin karakter dirinya juga sudah memberitahu jelas jika gadis itu adalah penggemarnya.

"Apakah kau benar Sirius?" tanya Ryuga.

Ting! Pintu tujuan lantai Shira sampai. Gadis itu buru-buru keluar dengan langkah mundur masih berusaha menyembunyikan tulisan di jaket belakangnya.

"Senang bertemu denganmu, Ryuga-ssi." Shira menundukkan punggungnya, tanda salam penghormatan sesuai dengan standart kesopanan Korea, kemudian ia melesat menaiki tangga dan keluar dari pintu darurat.

"Hai, tunggu! Gantungan tasmu jatuh!" Ryuga mencoba memanggil, tetapi Shira sudah menghilang di balik pintu darurat. Pria itu tidak bisa menyusulnya dan turut keluar dari sana, bisa-bisa diseruduk oleh penggemar yang berjubel di pintu depan gedung sekarang.

Ryuga memungut gantungan tas berbentuk kepala kucing dengan dua lonceng kecil seperti kalung mungil. Pria itu tersenyum di balik maskernya, kemudian menyimpan gantungan itu di saku.

ㅎㅎㅎ

Perhatian!

Dialog dengan bahasa yang baku itu berarti tokoh sedang bercakap dalam bahasa asing. Sementara dialog dengan bahasa nonbaku, tokoh bercakap dalam bahasa Indonesia.

Sampai jumpa di part selanjutnya!

Bakal banyak keseruan antara Shira dan Ryuga, nantikan 💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro