23 | Cerita Tentang Cinta Pertama
Ada hal-hal yang tidak peduli seberapa keraspun kita paksakan, kita usahakan, kita perjuangkan, tak akan pernah kita menangkan; hati seseorang adalah salah satunya.
•••
Katreena tidak pernah menyangka, bahwa akan ada hari di mana ia harus menemui seorang Harun Wisesa dengan tangan dirantai borgol dan tubuh berbalut baju tahanan. Setelah sekian lama menunggu kabar, akhirnya Kat dipersilakan menemui suaminya di rumah tahanan KPK. Ia dapat merasakan tubuhnya kontan menegang ketika pria itu muncul dari pintu ruang kunjungan.
Kat mengenal Harun sejak ia baru duduk di tahun pertama SMP dan Harun di tahun pertama SMA. Orang tua mereka merupakan sahabat lama yang bertemu kembali setelah sekian tahun terpisah jarak. Papanya yang merupakan diplomat membuat Kat harus rela berpindah dari satu negara ke negara lainnya, tapi ternyata Indonesialah yang menjadi rumah terakhir mereka. Mamanya yang berkebangsaan Jerman jatuh cinta pada negara ini sejak pertama kali Papanya membawa beliau pulang. Maka, ketika mereka punya kesempatan untuk menetap, wanita itu tidak berpikir dua kali untuk mengambil keputusan.
Cukup sulit sebenarnya bagi Kat kecil untuk beradaptasi di negara ini. Bahasanya yang hanya ia kuasai sedikit, iklimnya yang tropis, dan kultur sekolah yang mengharuskan Kat mengenakan seragam kotak-kotak berwarna norak. Kat tidak menyukai sekolahnya yang mengharuskan ia pulang dengan tubuh dan otak yang lelah. Kat tidak menyukai teman-temannya yang duduk bergerombol saat makan siang, dan Kat tidak menyukai iklimnya yang terlalu lembab saat musim hujan dan terlalu panas di musim kemarau. Jangankan boneka salju, Kat bahkan tidak lagi bisa melihat salju pertama turun setiap akhir tahun.
Saat Kat membenci segalanya tentang Indonesia, Harun Wisesa lah menjadi hal pertama yang ia sukai. Menimba ilmu di sekolah yang sama—meski beda tingkatan—membuat Harun lebih leluasa untuk membantu Kat beradaptasi. Kakak kelas sekaligus anak sahabat Papanya itu datang berkunjung ke rumahnya nyaris setiap hari. Harun yang pintar mengajari Kat belajar bahasa Indonesia dengan cara yang mudah dimengerti. Anak laki-laki itu juga rela menjemput Kat di kelas dan menemaninya makan siang setiap istirahat sekolah. Kat tentu saja menyukai Harun, tapi bukan dalam konteks yang romantis, melainkan sebagai kakak laki-laki yang selama ini ingin Kat miliki.
Namun waktu bergulir terlampau cepat. Tepat ketika Kat naik ke tingkat SMA, Harun harus meninggalkan sekolah—juga negara mereka. Pemuda itu pergi ke benua lainnya untuk berkuliah. Katreena bukan sosok yang mudah bergaul atau mudah diterima dipergaulan, hilangnya Harun tentu saja membuat Kat merasa kesepian. Sampai suatu hari seorang pemuda bernama Primus Yudhistira masuk ke dalam hidupnya. Pemuda itu duduk tempat di belakang kursinya. Seperti yang lainnya, pada mulanya Kat mengacuhkan Primus, tapi Primus rupanya bukan orang yang bisa diabaikan. Pemuda cerewet itu tidak segan-segan mengerecoki Kat setiap harinya. Mulai dari memaksa Kat makan di meja yang sama dengannya, meminjam seluruh alat tulis Kat tanpa dikembalikan, atau memaksa Kat tertawa atas lelucon konyol yang ia lontarkan.
Kat tentu tidak bisa kesal terus-menerus dengan orang yang tiap hari menyapanya dan melempar obrolan random padanya.
Primus jugalah yang pertama kali mengajak Kat naik roller coaster di Dufan. Pemuda itu mengajaknya naik motor dan makan ceker ayam. Tidak seperti Harun yang melindunginya, Primus memaksa Kat keluar dari zona nyamannya. Bersama Primus, Kat merasa hidupnya jauh lebih berwarna, dan pada akhirnya Primus jugalah yang mengajari Kat caranya jatuh cinta.
Kat tidak tahu, bahwa di Australia sana, setiap harinya Harun belajar lebih keras, demi seorang gadis bermata hazel yang —ia kira—menunggunya di Indonesia.
Dari sanalah titik benang takdir mereka mulai kusut.
Kat cinta pertama Harun, sayangnya Harun tidak pernah tahu bahwa Primuslah satu-satunya orang yang memenangkan hati Kat.
Hubungan Primus dan Kat tentu saja tidak mudah. Sebagaimana orang tua Kat yang sudah merancang masa depan putrinya untuk menikah dengan Harun, Primus pun demikian. Seorang gadis berketurunan Jawa telah disiapkan oleh orang tua pemuda itu. Jika Kat tidak memenuhi standard orang tua Kat dari sisi adat, maka orang tua Kat juga tidak pernah menganggap Primus layak mendampingi Kat dari sisi finansial. Meski berada, Yudhistira tidak dapat dibandingkan dengan Wisesa.
Hubungan mereka kandas tanpa pernah diperjuangkan. Selepas Harun menyelesaikan pendidikan magisternya, ia melamar Kat. Harun tahu tentang kisah Kat dan Primus, sejak awal ia tahu bahwa selama ia pergi, ia sudah lengah membiarkan gadis ini jatuh pada hati lainnya, tapi tekadnya tidak juga luntur. Harun percaya bahwa cinta yang ia punya bisa membuat Kat berbalik menghadap ke arahnya. Ia percaya bahwa ia bisa membuat Kat bahagia.
Bertahun-tahun berlalu, Harun memberikan segala yang ia mampu untuk Katreena. Ia melakukan segala hal yang ia bisa untuk meraih hati Kat. Namun, seringnya manusia lupa, bahwa perasaan bukan sesuatu yang bisa luntur begitu saja. Mereka meremehkan cinta masa muda seseorang, menyebutnya cinta monyet yang akan hilang seiring berjalannya waktu, mereka lupa bahwa dibanding orang dewasa anak kecil jatuh cinta dengan cara yang jauh lebih sederhana dibanding orang dewasa. Mereka jatuh cinta dengan senaif-naifnya dan setulus-tulusnya perasaan, tanpa perhitungan ataupun banyak pertimbangan.
Mulanya kehidupan keluarga Harun dan Kat cukup harmonis, Kat berusaha keras melupakan Primus dan mencintai Harun. Mereka membangun rumah tangga mereka balok demi balok. Kehadiran Nadine menyempurnakan apa yang mereka miliki. Kat mengira, ia sudah menempatkan Primus sebagai bagian dari masa lalunya. Harun mengira ia berhasil membuat Kat jadi perempuan paling bahagia di dunia. Mereka tidak sadar bahwa yang mereka lakukan hanya menyangkal kenyataan di hadapan mereka; kenyataan meski bertahun-tahun berlalu hati Kat tidak pernah berubah, Harun tetap kakak baginya.
Karena tepat ketika Primus hadir lagi di hidupnya, Kat tahu penyangkalan yang ia bangun bertahun-tahun lamanya runtuh dalam sekejap mata.
"Kamu apa kabar?" tanya Harun. Suaranya tetap sama seperti yang Kat ingat. Teduh, tenang, dan penuh perhatian. Seolah-olah Kat begitu rapuh dan butuh dilindungi.
"Bukan aku yang harusnya kamu tanyain, aku yang harusnya tanya, kamu baik-baik aja?"
Sudut bibir Harun tertarik naik. Matanya menatap Kat lekat. "Gimana aku baik-baik saja, kalau aku tahu, aku udah ngecewain kamu dan Nadine."
Kat tersekat. Bahkan dalam keadaan seperti ini Harun tetap memikirkan dirinya.
"Kami nggak apa-apa, Mas, jangan terlalu khawatir."
Sesaat hening hadir di antara mereka. Harun memperhatikannya lekat-lekat, sementara Kat menyembunyikan wajahnya.
"Mas," Kat memecah hening tersebut lebih dulu. "Aku... minta maaf."
Minta maaf untuk apa?
Untuk salahnya yang mana?
Untuk sikap dinginnya?
Untuk sikap jahatnya?
Untuk perselingkuhannya?
Untuk ketidak-mampuannya menjadi istri dan ibu yang baik?
Kat tersenyum sedih. Ia memang orang jahat. Kat tahu, maaf barusan ia ajukan setulusnya, namun tidak ada rasa penyesalan di sana.
Harun mengela napas. Pada akhirnya ia tidak bisa lari lagi dan memang inilah alasan ia meminta Katreena hadir sendiri hari ini.
"Tiga puluh dua tahun," kalimat Harun otomatis membuat Kat mengangkat kepalanya. "Sudah tiga puluh dua tahun rupanya aku jatuh cinta sama kamu."
Mata Harun tidak menatapnya, melainkan ke arah lainnya, seolah tengah memanggil ingatannya, menembus waktu agar mereka sampai pada masa lampau, pada masa dimana mereka belum seasing hari ini.
"Pertama kali Papa kenalin aku ke kamu, adalah hari pertama aku bersyukur terlahir sebagai Harun Wisesa, kamu itu orang yang sepenuhnya asing buatku, tapi aku ingat warna mata kamu, aku ingat dress floral yang kamu pakai, aku ingat kamu yang nggak bisa bahasa Indonesia dan aksen kamu, aku bahkan ingat minuman dan makanan yang kamu pesan."
Harun menjeda sejenak. Sedangkan Kat kini menatap pria itu lekat-lekat. Napasnya tertahan. Ia tak menyangka bahwa Harun mengingatnya sedetail itu.
"Sejak awal aku ketemu sama kamu, aku tahu Kat, aku jatuh cinta sama kamu, aku selalu mau ngelindungin kamu, aku tahu perpindahan kamu berat, aku tahu kamu kesepian dan susah beradaptasi." Harun tersenyum, jelas sekali bahwa pria itu tengah mengetuk koridor-koridor kenangan yang mereka miliki. Sayangnya beberapa kenangan paling indah justru menjadi sesuatu yang paling menyakitkan ketika mereka tahu ada perpisahan yang menanti mereka. "Kamu ingat waktu kamu bilang kalau aku satu-satunya orang yang bikin kamu betah tinggal di Indonesia?"
Mata Kat membulat, karena sejujurnya ia lupa, ia pernah mengatakan hal tersebut pada Harun.
"Detik itu, pada detik kamu senyum sambil bilang itu di depan wajahku, aku tahu, cuma ada dua pilihan waktu aku kenal kamu; kamu bisa bikin aku merasa lengkap atau hancur sekalian, dan kalau pun kamu pilih yang kedua, aku nggak keberatan."
"Mas..." Kat membuka suaranya tapi sungguh ia tidak tahu harus berkata apa.
"Waktu aku pulang dari Aussie dan tahu cerita tentang kamu sama Primus, nggak ada sedikitpun niatku untuk mundur. Aku selalu mikir, kalau aku bisa buat kamu lupain dia, aku bisa buat kamu bahagia, aku harus bisa buat kamu bahagia," kini Harun menundukan kepalanya, senyum muram terkembang di bibirnya. "Aku lupa kalau aku nggak bisa maksa perasaan orang lain, kalau aku nggak punya kuasa buat bikin perasaan seseorang putar arah, kalau nggak peduli seberapa keras pun usaha kita, kalau orang yang kita cintai nggak pernah menghadap ke arah kita, kita nggak punya daya apa-apa."
Kat merapatkan bibirnya, selama ini ia sudah membekukan hatinya. Ia berusaha menutup mata dan telinga agar rasa bersalah itu tidak lagi mengejarnya. Nyatanya, semua usahanya sia-sia. Ia seperti tengah dibunuh oleh pisau yang dihujam oleh tangannya sendiri.
"Seharusnya aku mundur saat tahu perasaan kamu ke Primus dan perasaan kamu ke aku, seharusnya aku nggak maksain pernikahan yang aku tahu nggak pernah kamu ingin." Harun mengambil napas, membuang tatapannya pada langit-langit ruang kunjungan. "Dan seharusnya aku melepas kamu tepat saat aku tahu hubungan kalian bertahun-tahun yang lalu."
Nada pahit itu kental dalam suara Harun, memperjelas seberapa dalam luka yang sudah Kat torehkan.
"Maaf..." hanya itu yang mampu Kat katakan, seluruh kosakata hilang dari benaknya, air mata meluncur di pipinya yang sudah beberapa waktu terakhir pucat tanpa warna.
Harun ingin tersenyum, dan mengatakan bahwa apa yang Kat lakukan tidak menyakitinya. Bahwa wanita itu tidak bersalah. Bahwa ia baik-baik saja setelah apa yang mereka lalui selama ini, tapi Harun tidak bisa. Jadi yang ia lakukan adalah menundukan kepalanya, membiarkan air mata juga jatuh dari matanya yang mulai layu.
"Maafin aku Katreena," ujar Harun tanpa mengangkat kepalanya. "Maaf karena ternyata cinta yang aku punya nggak cukup untuk buat kamu bahagia."
Harun merasakan tubuhnya bergetar, berbagai kenangannya bersama Kat menghantam kepalanya bagai sebuah kaset rusak. Ketika sampai pada gambar saat ia mengucap ijab qabul untuk menjemput perempuan ini dari tangan ayahnya, putaran gambar itu berhenti. Seolah sengaja ingin menyiksanya lebih lama. Harun tidak pernah membayangkan bahwa pada akhirnya, ia harus sampai pada titik ini. Titik di mana ia harus melepas Katreena, mengembalikan perempuan yang ia jaga dengan segenap kemampuannya.
"Setelah kamu keluar dari ruangan ini, jatuh talak saya terhadap kamu, Katreena."
Selanjutnya yang ada diantara mereka adalah isakan Katherine yang menghebat, dan air mata Harun yang jatuh tanpa sanggup ia hentikan.
Pada akhirnya baik yang mencintai atau pun dicintai, yang melukai dan dilukai, harus menanggung sakit yang serupa, beban yang sama beratnya.
————
A/n:
Part ini dedikasikan khusus untuk Om Harun, Tante Kat, dan masa lalunya bersama Om Primus.
Gimana bab ini?
As I said before, aku sama sekali nggak membenarkan perselingkuhan Tante Kat dan Primus, tapi aku berusaha jadi orang luar yang ikut melihat dari kacamata mereka.
Buatku pribadi, mereka tetap salah, dan nggak akan dibenarkan.
Tapi mereka punya alasan, bab ini juga mungkin akan jadi jawaban buat pertanyaan kenapa Harun dan Kat tetap menikah, walau mereka nggak saling cinta.
Kat & Primus adalah orang yang nggak pernah selesai sama masa lalunya, perpisahan mereka sama sekali bukan hal yang mereka ingin, nggak ada yang benar-benar tuntas di antara mereka.
Sementara Harun adalah orang yang percaya kalau dia bisa merubah hati seseorang dengan usaha dia. Padahal mungkin nggak semua cinta bisa bekerja dengan cara yang seperti itu.
Yaudahlah, udah mau buka.
Selamat ngabuburit #dirumahaja temen-temen.
Jadi, apa kabar cinta pertama kalian?
Tangerang, 15 Mei 2020.
Salam sayang,
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro