Ishizu mencari Asupan
Marik: dua ceunah, Ishizu × Genshin.
Malik: biarin aja, aruji nge-acc ini.
Marik: Lik, kakak kita tuh udah OOC ga tau diri, gua sabar waktu syuting anime masalah kakak gua yang kek menghipnotis Kaiba sama Yugi masalah 3.000 tahun lalu.
Ryou: yang sabar, nanti Marik kebagian kok, tunggu Sumeru debut atau tunggu aruji dapet hidayah dadakan kaya pas Haga dan Sayu.
Bakura: perut gua masih sakit :((
Ryou: cup cup cup, mau tambah?
Bakura: GA.
Marik: oh iya, kenapa ga ada foto inkarnasinya Kaiba?
Ryou: biar bagus aja gitu, estetik kalo kata aruji.
Malik: nih fotonya si Seth(an)
Bakura: doi ga cakep-cakep amat sih, jadi ga dipajang juga gapapa, doi itu Kaiba tapi versi eksotis dan rambutnya agak panjang, kata seekor kelinci putih simper Seth/Seto.
Ryou: KAMERA BERGULING! DAN CARI ASUPAN!
Cyno: bentar ... kenapa aku ikut syuting lagi? Kan fokusnya ke pasangan kopi susu sana?
Ishtar Sibling di Kampus Sumeru
Selamat Membaca
Ishizu menginjakkan kaki ke dalam wilayah Sumeru Academia sembari menahan senyum, Ishizu kegirangan karena bisa melihat langsung pemeran novelnya di sekolah terkenal seantero Teyvat ini.
Rasa senang yang melonjak dalma diri penulis novel ini ditahan sekuat mungkin agar tidak kelihatan kaya orang gila, senyum-senyum sendiri dan jalan seperti anak kecil baru masuk tempat baru.
Ishizu tidak sendiri, ada adik manisnya bernama Marik Ishtar, adik yang paling sabar terhadap kelakuan Ishizu dalam segala hal.
Marik mengikuti Ishizu dari belakang sebagai penjaga karena Marik tidak ingin kakaknya melakukan hal yang aneh-aneh. Marik tidak mau mendapatkan SP lagi dari salah satu guru di akademi ini.
Ishizu berhenti berjalan di tengah lorong sepi, pandangannya tertuju pada tiga orang yang sedang berseteru dengan serius. Kedua tangannya sudah siap untuk mencatat inspirasi yang didapatnya hanya dari melihat.
Kamera berpindah dari Ishizu dan Marik ke tiga orang yang diperhatikan Ishizu.
"Atem! Duel! Kita main Theater Mechanicus saat ini juga."
"Rajaku tak ada waktu untuk meladeni anggota Fatui sepertimu."
"Seth, tenanglah dan Kaiba, kita duel nanti saat istirahat."
Atem, selaku orang yang diperebutkan oleh mereka berdua hanya bisa mencoba untuk melerai Seth dan Kaiba yang makin lama seperti dua anjing hendak berantem. Menggeram satu sama lain.
"Fatui enyah dari hadapanku! Rajaku masih harus masuk kelas."
"Kau yang harusnya enyah! Mengganggu saja dasar anjing."
Atem makin panik, kalau Seth dan Kaiba berantem disini pasti akhir hidup mereka ditutup dengan sambaran petir. Dalam benak Atem sekarang hanya muncul satu gadis yang selalu berhasil membuat dua orang tunduk dengan kata-katanya.
Kisara ... dimana ya dia? Ada kelas ga ya dia hari ini, pikirnya sembari melirik kiri, kanan dam belakang, dia saja tidak cukup membuat Kaiba dan Seth diam.
"Kak Atem!"
Wush! Seorang gadis berambut perak berlari dari arah belakang Ishizu dan Marik. Kedatangan gadi itu tidak menggangu inspirasi Ishizu sedikit pun, Marik yang cukup penasaran dengan apa yang ditulis Ishizu.
Maniknya melirik sedikit ke dalam buku catatan Ishizu, maniknya menyipit kala menemukan kalimat "Kisara menjadi orang ketiga di pairing SethAte, genre NTR", Demi api Ra yang abadi, Marik tak habis pikir dengan semua tulisan kakaknya.
Mata Marik dipaksa untuk kembali melihat orang-orang yang sedang diamati Ishizu.
"Kak Atem! Akhirnya aku bisa menemukan kakak! Kak! Tolong bantu aku nerjemahin bahasa hieroglyph ini," rengeknya seperti anak kecil.
"Umm ... soal itu gampang tapi ini ...," jawabnya ragu sembari menengok ke Seth dan Kaiba secara bergantian.
Seketika geraman dua anjing tergantikan dengan auman seekor naga putih, auman itu berhasil membuat Seth dan Kaiba duduk bersimpuh. Meskipun Atem sudah melihat ini jutaan kali, dia tetap akan merasa takjub.
Jika aku sudah bersatu dengan Ra mungkin aku bisa melakukan hal seperti ini juga, batinnya berkata demikian.
"Terima kasih Kisara. Pulang sekolah datang saja ke rumahku nanti aku bantu menyelesaikan tugas Pak Zhongli."
"Oke deh, sampai jumpa nanti kak!"
Kisara pergi, Atem tersenyum lega, dengan begini dia bisa mengatur keduanya dengan mudah.
Mudah, jika Kaiba tidak menggunakan delusion-nya.
Atem tertawa garing saat merasa sesuatu melilit tubuhnya, rasa takutnya menjadi kenyataan dan Atem tidak suka ini.
Kembali lagi ke Ishizu dan Marik. Marik sudah memasang raut panik, Kaiba dalam mode delusion itu membahayakan jiwa dan raga lebih dari dapat SP pemberian Raiden. Marik mencoba untuk mengajak kakaknya untuk pergi menjauh dari TKP tetapi Ishizu masih serius menulis di buku kecilnya.
Marik membaca tulisan Ishizu dan mulai menjerit histeris. "KAK! BUKAN WAKTUNYA UNTUK MENULIS GENRE TENTACLE KAIATE! AYO KITA PERGI!"
"Bentar dek, kakak lagi serius."
"KAK!!!"
Terpaksa Marik menarik kerah gaun, mengajak Ishizu keluar dari gedung akademi sekuat tenaga, sementara Ishizu masih sibuk menulis di buku.
Marik berhasil keluar sebelum gedung itu diselimuti akar tumbuhan dan kemunculan sebuah pohon beringin raksasa. Kekuatan delusion Kaiba bisa dibilang melebihi archon dendro itu sendiri.
Benar-benar mengerikan untuk beberapa orang.
Marik mendongak ke langit melihat pohon beringin raksasa, mulutnya terbuka sedikit lebar.
"Seram, aku yakin satu tenda bakso tidak cukup untuk menghancurkannya maupun burung phoenix-nya Diluc dalam sekali coba."
"Tadi ada yang bilang tenda bakso?"
"Huwa?!" Marik meloncat kaget karena suara seorang pemuda yang memakai jubah hitam bertelinga panjang layaknya anubis. "Cy ... Cyno 'kah ...."
"Maaf mengagetkanmu Malik."
"Aku ini Marik!"
"Maaf, aku sering sekali tertukar."
Manik Marik melirik Aether yang sedang mengunyah ikan bakar di smaping Cyno, lalu Marik kembali melihat ke Cyno.
"Jangan tertukar lagi, rambutku tidak seperti landak dan tidak masuk blacklist tujuh negara."
"Jadi tadi kamu bilang tenda bakso?"
"Iya ... maksudku tendou bansho."
"Oh."
"Kalian mau kemana?"
"Mau nyari jajanan."
Tiba-tiba saja Ishizu yang sibuk menulis berhenti dari kegiatannya, lalu berjalan mendekati Cyno dan Aether.
"Kalian kalau pacaran ngapain aja?"
"Ke oasis deket sini, makan bareng di kantin, ngerjain tugas bareng dan ***, ***, ***. Sudah."
Marik menyimak jawaban Cyno, tiga kegiatan terakhir Marik tak bisa mendengarnya sama sekali seolah volume suara Cyno di-mute dan di-unmute lagi setelah menyebutkan tiga kegiatan itu.
Marik melirik Ishizu, entah kekuatan apa yang Marik dapatkan dari achievement atas kesabarannya ini dia jadi bisa melihat isi pikiran kakaknya. Wajah Marik memucat, pikiran kakaknya benar-benar tidak lulus sensor.
"Apa-apaan dengan begituan di oasis? Mengotori sumber air saja," gumamnya horor.
"Fuhahahaha! Atem itu milikku."
Tanpa menengok ke pohon itu lagi Marik bisa menebak dia suara-suara yang dia dengar bagaikan backsong. Marik memijit pelipisnya, kehidupannya begitu meriah.
"Kak ayo pulang."
"Bentar dikit lagi. Aether, apa yang kamu lakukan jika ada seseorang yang lepas kendali karena delusion?"
Aether melirik cepat ke belakang Ishizu, contoh paling tepat mengenai pernyataan Ishizu.
"Tentu saja melenyapkannya biar ga bikin susah hidupku."
"Oke-oke, kalau begitu bisa genre angst," kata Ishizu tanpa mengalihkan pandnagannya dari buku.
"Ishizu kamu sedang menulis novel baru 'kah?"
"Iya, Yae dan Kokomi menyukainya. Karena pemasukan hanya dariku saja, mau tidak mau."
"Begitu ya, aku senang bisa membantumu."
"Terima kasih Cyno, Aether."
"Semoga karya Kak Ishizu laku terus ya."
"Makasih Aether, tolong ucapkan terima kasih pada Lumine telah membeli bukuku."
Aether menjawabnya dengan acungan jempol karena mulutnya kembali mengunyah daging ikan.
"TOLONGGGG!"
Jeritan seorang Atem menggema, yang mendengarkan teriakan itu pura-pura tak mendengar alias tidak ingin ikut campur.
Ishizu dan Marik pun pamit pulang.
Sesampainya di rumah Ishizu langsung kembali habitatnya dan berkutat dengan naskah baru miliknya. Marik pergi ke ruang makan, memikirkan ide yang didapat kakaknya.
"Kaiba Kid siapa lagi? Pencurian harta berharga di Mesir? Pertarungan antara detektif SMU dan pencuri terkenal?"
Marik menggaruk kepala, dia benar-benar bingung.
"Ada apa Tuan Marik?"
"Oh Rishid, engga, ide kakak makin aneh."
"Mau dibuatkan sesuatu?"
"Engga nanti aku masak sendiri aja."
Pembicaraan berakhir, cerita pun berakhir.
.
.
.
Ryou: selamat Ishizu!
Marik: ga jelas.
Malik: yaudahlah ya.
Cyno: eh udahan?
Bakura: ... jadi inti cerita ini apa?
Aether: intinya Kak Ishizu mendapatkan ide genre tentacle, NTR, ena-ena di oasis, dosen × mahasiswa, dan parodi detektif konan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro