Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Epilog: Andai Kita Bisa Jadi Remaja Lagi


Catatan penulis: terima kasih banyak sudah bersedia membaca buku ini hingga akhir. Saya sayang semua pembaca yang sudah menyemangati saya. Lagu tema yang cocok untuk bagian terakhir ini adalah "What If" yang dibawakan oleh Five for Fighting. Liriknya bisa dimengerti secara harfiah (kalian akan tahu selesai membaca epilog ini sampai habis) tapi sebenarnya saya memilih lagu itu karena lagu itu berpesan tentang bagaimana kita harus bisa melihat berbagai permasalahan dari sudut pandang orang lain, itulah yang Moira coba lakukan dengan segala keanehan dan perbedaan di lingkungan pergaulannya dengan teman-teman sekampus dan seangkatan. Lagu lain yang serupa mungkin "100 Years" yang dibawakan oleh penyanyi yang sama. Untuk lagu satu itu, pesannya sepertinya paling pantas untuk Nardho, walau sebenarnya semua tokoh juga bisa tergambarkan oleh lirik lagunya yang bicara soal bagaimana menjadi dewasa namun juga bagimana caranya menikmati segala momen yang ada dan mensyukuri hal-hal kecil dalam hidup ini. Selamat membaca dan terima kasih sekali lagi karena sudah membaca. Sampai jumpa di buku berikutnya.

Malam menjelang tahun baru 2664

Ini Nardho lagi. Kalian kangen aku, nggak? Aku terlalu sibuk dan tidak sempat merekam apa pun beberapa hari belakangan ini namun setelah riuh rendah masa liburan Natal berakhir akhirnya aku bisa menemukan waktu untuk sendirian saja. Hm, tidak benar-benar sendirian. Moira selalu ada di sampingku, tentu saja. Suami macam apa aku jika aku sampai tega tidak menemaninya saat dia sakit?

Di rekamanku yang lalu aku sengaja membiarkan penyakit Moira tidak kusebutkan dengan jelas, tapi kalau kamu yang mendengarkan kebetulan penasaran, ini jawabannya: sekitar lima atau enam tahun yang lalu, Moira mulai tidak bisa mengontrol gerakan di bagian kanan tubuhnya. Terkadang tangannya gemetar tanpa sebab atau sama sekali tidak bisa digerakkan. Terkadang getaran di tangannya begitu kencang sampai suatu hari dia tidak lagi bisa menulis. Aku membawanya menemui dokter ahli syaraf dan istriku itu didiagnosis terkena tremor. Namun, aku curiga ada penjelasan yang lebih lanjut karena emosi dia juga kacau balau. Terkadang dia marah padaku padahal aku tidak salah apa-apa dan terkadang dia merasa ketakutan di kamar kami walau tidak ada apa-apa yang mengerikan di kamar. Dia juga menjadi lebih sering lupa rencana-rencana yang dia punya, misalnya rencana pergi ke museum bersama Vannie, rencana nonton pertujukan sendratari dengan Rain, atau rencana makan malam di rumah Nardhia dan Tony.

Setelah kami bolak-balik ke beberapa dokter yang berbeda, tim medis sampai pada suatu kesimpulan: Moira terserang penyakit Huntington, yaitu penyakit yang mempengaruhi kemampuan kognitif dan kemampuan menyimpan dan mengolah memori tapi juga bisa mempengaruhi fisik seseorang dengan membuatnya setengah lumpuh atau sulit untuk menggerakkan tungkai tangan dan kaki. Pada akhirnya di stadium lanjut nanti, Moira bisa saja hanya akan menjadi tubuh tanpa kepribadian—suatu cangkang kosong yang sudah ditinggalkan pemiliknya. Jika itu terjadi, harus ada yang selalu berada di dekatnya dan memastikan dia tidak melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya sendiri.

Sebelum Moira sakit, aku bekerja sebagai dosen musik paruh waktu di Anggrek Biru namun setelah aku mendengar prognosis dokter bahwa Moira tidak akan membaik aku memutuskan untuk berhenti mengajar dan hanya menulis buku teori musik dan membantu sesama dosen musik mengedit makalah riset mereka. Terkadang keponakan kami Izzy, anak perempuan Nardhia dan Tony, menjenguk kami dan membawa buah-buahan untuk Moira. Kak Johan dan Kak Kenta kadang juga menengok. Moira tidak selalu mengenali mereka tapi aku amati dia selalu merasa senang ketika mereka datang dan melihat dia senang membuatku ikut senang.

Sekarang setelah enam atau lima tahun berlalu, keadaan Moira memburuk. Ada hari-hari di mana dia tidak lagi mengenaliku sebagai Nardho. Terkadang dia bingung kenapa aku ada di kamar tapi dia tetap memperbolehkanku menemaninya dan memegang tangannya. Dia mengira aku salah satu perawat yang kami sewa untuk menjaganya. Terkadang dia ingat aku siapa walau dia tidak bisa mengingat namaku. Pada hari-hari di mana dia bisa mengingat hubungannya denganku, dia akan meminta aku memainkan gitar untuknya atau menyikat rambutnya. Moira selalu mengepang rambut tapi dia senang kalau aku melepas kepangannya dan mulai menyisir rambutnya. Setiap kali aku melakukan itu, aku ingat suatu sore di pantai di Bukit Emas ketika kami masih remaja. Sore itu pertama kalinya aku melihat Moira dengan rambut tidak dikepang.

Ah, iya, Bukit Emas. Aku terlau banyak bicara tentang Moira yang sekarang sampai lupa bicara tentang apa yang terjadi setelah kami dan teman-teman melawan perusahaan pertambangan Tn. Milton dan kembali ke kampus. Banyak hal yang terjadi, jadi aku hanya akan memberikan garis besarnya di sini.

Setelah semua orang kembali dari petualangan mereka di Bukit Emas, Nardhia memberi tahu aku bahwa dia dan Tony berencana pindah bersama ke sebuah apartemen sekitar dua belas menit jalan kaki dari kampus. Awalnya aku sedih namun Kak Johan menjelaskan bahwa Nardhia punya hak belajar lebih mandiri dan juga belajar membangun rasa percaya yang lebih kuat pada Tony, jadi pada akhirnya aku menerima keputusan kembarannya. Itu adalah momen yang emosional karena aku dan kembaranku sudah bersama sejak dalam rahim!

Drr. Lee Kinoya malangnya meninggal dunia dalam tidurnya karena sesuatu yang para dokter pun tidak yakin, namun sepertinya beliau meninggal karena kelelahan, beliau memang sering bekerja terlalu keras dan memaksakan diri. Sebagai keponakan yang berbakti, Kak Kenta sangat terguncang namun tetap mengurus pemakaman Shinto yang pantas untuk sang paman dan sang guru besar yang dia hormati. Selama beberapa minggu, dia kehilangan kepribadiannya yang kalem dan sering menangis histeris, tapi untungnya Kak Johan selalu ada untuknya. Kak Johan melamar Kak Kenta tiga bulan kemudian dan lamaran itu tentu saja diterima dengan sangat antusias dan mereka menikah empat bulan setelah bertunangan. Moira dan semua teman kami diundang ke resepsi pernikahan di kediaman keluargaku, tentu saja keluarga besar Kak Kenta ikut hadir. Acara pemberkatan berlangsung dengan meleburkan adat Shinto, tradisi Katolik, dan budaya Papua Nuigini. Aku membacakan suatu puisi Indonesia untuk pasangan mempelai, sementara Rain menarikan suatu tarian tradisional dari Qatar, dan Neesa sepupu Moira menjadi orang yang mengurusi kue pernikahan dan katering.

Kak Johan sempat menanyai Kak Kenta apakah dia sudah siap mengdadopsi bayi. Ditanya demikian, Kak Kenta bilang dia ingin mengadopsi sepasang bayi kembar, perempuan dan lelaki, karena dia iri pada Kak Johan yang punya dua adik. Kak Johan tertawa dan berjanji akan mencari tempat adopsi yang baik. Dia menepati janjinya dan sekitar setengah tahun kemudian pasangan muda yang berbahagia itu menyambut Lee Junior, atau dipanggil LJ, dan seorang bayi perempuan bernama Naoko. Dua bayi itu dengan cepat dimanjakan oleh semua orang.

Aku dan Moira tentu saja lanjut berpacaran. Moira belajar lebih banyak tentang tradisi Katolik walau sampai sekarang pun dia masih tidak yakin harus mempercayai agama tertentu atau tidak dan juga masih belum tahu bagaimana cara menguak rahasia semesta dan misteri tentang jiwa manusia.

Suatu hari Kak Kenta mengaku pada keluargaku bahwa almarhum Lee menandatangani dokumen donor organ sebelum wafat dan di perjanjian itu beliau merelakan paru-parunya untuk diberikan pada siapa pun yang memerlukan transplantasi paru-paru. Ternyata, paru-paru Lee cocok untuk aku, jadi sekarang aku hidup dengan paru-paru baru. Aku sedih penyakitku sembuh justru setelah Lee tutup usia, namun dengan aku menerima paru-paru Lee juga menjadi pengingat bagiku untuk tidak menyia-nyiakan sisa hidupku, walau pun memang dari dulu tidak pernah main-main dengan hidupku. Aku kembali beriman dan mulai lebih terlibat dengan kegiatan gerejaku. Aku juga menawarkan diri untuk berdo'a bagi orang-orang yang berjuang bertahan di tengah terpaan penyakit ganas dan aku juga menjadi sukarelawan untuk menghibur orang-orang yang tengah sekarat dan tinggal menunggu ajal. Karena aku sendiri sudah punya pengalaman hampir dijemput maut saat masih melawan penyakit pernafasan kronis, para pasien banyak yang menyukaiku.

Moira diundang menjadi sekretaris untuk Klub Kesenian di kampus dan dia menerima undangan tersebut. Sejak itu, dia sering melihat lukian-lukisan karyanya dipajang di galeri-galeri di planet Sycamore Merah dan dia bahkan iminta menjadi pembicara tamu di festival-festival kesenian sekitar kampus. Pada suatu titik, dia dan Vannie juga diundang menjadi bintang tamu untuk mengajar kesenian di suatu SMA di planet Beringin Putih, terutama topik-topik yang menyangkut hubungan antara kesenian dan gerakan hak asasi kaum disabilitas. Moira dan Vannie sama-sama mendapatkan penghargaan dari Anggrek Biru sebagai pejuang inklusivitas dan ada dua ruangan di kampus yang dinamai dengan nama mereka berdua.

Ayumi pensiun dari Anggrek Biru untuk merawat kedua orangtuanya yang bertambah tua. Deandra sudah memutus keterlibatannya dengan segala sesuatu yang bersangkutan dengan perusahaan pertambangan Milton dan kemudian mendirikan museum yang dia dedikasikan untuk para Gaburs dan sejarah panjang mereka. Turisme masih berjalan namun sekarang dikelola dengan lebih memperhatikan kesejahteraan alam sekitar, bahkan para turis sekarag diminta mengikuti seminar tentang ekosistem lokal selama mereka menginap di Bukit Emas. Ardiansyah menyerahkan tampuk kepemimpinan pada Ayumi, jadi sekarang wanita muda itu menjadi pemimpin desa yang baru dan Deandra setia mendampinginya. Kahoko masih mengurus wisma tamu keluarga mereka dan beliau juga sudah menerbitkan beberapa buku resep masakan.

Wyatt bertobat dan kembali ke jalan yang lurus dan tidak lagi menjadi orang yang melecehkan wanita. Dia terinspirasi oleh kebaikan hati Nardhia. Saat dia meminta pengampunan untuk ketiga kalinya, dia benar-benar merasa berkubang dosa dan Nardhia hanya berkata "aku tidak pernah membenci pendosa, yang aku benci hanyalah dosa yang mereka lakukan." Setelah diampuni oleh Nardhia, Wyatt mendirikan organisasi persaudaraan yang dinamai Iota Rho Sigma, sebuah organisasi yang menjunjung tinggi persatuan antar para mahasiswa yang berbeda budaya. Organisasi kebudayaan ini disponsori oleh Departemen Studi Wanita dan Feminisme. Tony menjadi salah satu ketua organisasi tersebut. Ada desas-desus di kampus bahwa Nardhia juga ingin mendirikan persaudaraan serupa khusus untuk para mahasiswi, tapi yang bersangkutan sendiri tidak mengumumkan apa pun secara resmi karena dia sibuk mendalami berbagai minatnya yang lain, maka gagasan tersebut masih sekedar gagasan. Namun demikian, aku tahu pasti Nardhia berpikiran organisasi persaudaraan khusus mahasiswi adalah ide yang baik. Di waktu luangnya, dia mencoba menjadi peragawati dan juru bicara untuk suatu perusahaan riasan wajah yang punya serangkaian produk.

Terakhir namun tidak kalah penting, Rain memberi tahu kedua orangtuanya tentang jati dirinya yang sebenarnya, bahwa dia merasa dirinya seorang perempuan dan lelaki sekaligus dan bahwa dia berpacaraan dengan Vannie. Di luar dugaan, pengakuannya diterima dengan baik. Orangtua Rain bahkan mengundang Vannie dan keluarga Reynolds untuk menginap selama beberapa hari.

Aku harus mengakhiri rekamanku di sini. Aku tidak tahu kapan aku bisa merekam lagi, tapi saat aku kembali merekam aku akan menceritakan kisah-kisah dari tahun kedua perkuliahan. Moira menjadi semakin menarik di tahun kedua, percayalah. Aku tidak ingat kapan tepatnya aku jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada dia, namun aku tahu hal-hal yang dia lakukan saat kami kuliah adalah alasan aku berani menikahinya.

Sampai di sini dulu.

[Nardho mematikan rekaman] 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro