Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4 | Sekutu atau Musuh

Halo, Semua. Mohon dukungannya untuk subscribe YouTube saya agar mencapai 1.000 subscribers pertama. Terima kasih!

***

Syarat dalam perjanjian terasa janggal, meski keselamatan kerajaan menjadi alasan. Permintaan tanpa pengecualian bisa jadi ancaman. Bagaimana jika Eresda memiliki niat lain di balik tawarannya mendukung penuh Kalea? Mengingat Baron akan dihentikan oleh keturunannya, bukankah berarti termasuk Frederick dan anak cucunya? Apalagi saat ini orang yang dapat membebaskan penjara adalah Roland. Siapa yang menjamin jika malapetaka itu terjadi di saat Frederick bertakhta?

"Dalam perjanjian, Eresda mengajukan syarat, kami harus menerima keputusan tanpa pengecualian." Akhirnya Frederick bersuara. Tatapannya datar, tetapi semua orang merasakan ketegangan dalam ucapannya. "Bagaimana jika Eresda berkhianat dan merugikan Kalea hanya alasan demi keselamatan kerajaan?"

Roland tersenyum sinis di balik topeng, seolah-olah telah mempersiapkan jawaban sejak awal. "Pengkhianatan, Pangeran Frederick, adalah jalan paling berisiko. Jika kami berkhianat, kami akan kehilangan segalanya terutama kepercayaan. Eresda tidak bodoh, keputusan mendukung Kalea adalah langkah strategis meski harus mengorbankan apa pun, tapi demi keselamatan banyak orang itu akan dianggap sebagai kepahlawanan.

"Kita saling tahu posisi masing-masing. Jika saya selamat, Anda selamat. Jika saya jatuh, saya tidak akan jatuh sendirian. Jadi, tanyakan pada diri Anda sendiri, apakah Eresda lebih cocok jadi sekutu atau musuh?" Roland jeda sejenak, matanya berkilat, napasnya mulai memburu karena terbawa suasana. "Kami telah mempersiapkan segalanya sejak awal. Menjaga penjara Baron tidaklah mudah, bahkan sampai mempertaruhkan darah kami, keturunan utama terakhir kami yang sangat berharga.

"Apa Anda tahu kondisi Baron kini? Jasad Raja Baron memang telah lama tiada, tapi energi dalam tubuhnya tidak lenyap, energi mengerikan yang termanifestasi menjadi "Baron" haus akan darah dan penuh dendam, makin lama energi tersebut siap meledak. Kondisi orang tua kami kini sedang kritis setelah memperbarui segel. Suatu hari saya dan pasangan akan memperbarui segel juga setelah anak pertama kami dewasa, itu adalah bentuk tanggung jawab. Pertanyaannya, bagaimana jika Kalea mengkhianati Eresda? Tidak hanya keturunan kami yang jadi korban, tapi seluruh kerajaan! Saya tidak bisa membayangkan seberapa gilanya keturunan utama terakhir hingga nekat membuka segel, apalagi Baron berwujud energi yang membutuhkan wadah. Jika saya egois, saya memilih mati daripada menanggung beban ini."

Bulu kuduk Frederick berdiri merasakan keseriusan dalam mata Roland. Anne yang selalu terlihat percaya diri, kini membisu dengan genang air mata. Kemudian Roland menggenggam tangan adiknya dan menaruh di atas meja.

"Kami datang kemari mewakili Raja Eresda, ingin mengadakan perjanjian untuk memastikan keselamatan, bukan menimbulkan keraguan dan permusuhan. Kami tidak menoleransi provokasi."

"Kerajaan Kalea tidak akan pernah mengkhianati hubungan ini." Harald mengambil keputusan, suaranya dipenuhi keyakinan. "Kami siap menerima apa pun keputusan Eresda demi keselamatan bersama. Kami tahu betul ancaman Baron dan kami tidak akan pernah mengambil langkah yang dapat mengabaikan keselamatan bersama. Semoga keputusan ini membawa kita menuju masa depan yang aman, meskipun berisiko."

Anne tersenyum tipis. Roland hanya menunduk sedikit, mengisyaratkan persetujuan.

Setelah pernyataan Harald, suasana dalam ruangan terasa lebih tenang, meskipun ketegangan masih menggantung. Semua pihak tahu bahwa keputusan dalam pertemuan ini akan memengaruhi masa depan kerajaan mereka. Harald berdiri dari kursinya, menyapu pandangan ke seluruh ruangan dengan tatapan hangat. "Baiklah. Saya rasa cukup untuk malam ini. Keputusan telah dibuat dan rencana telah ditetapkan. Mari kita ke aula pesta. Saya ingin semua tamu kerajaan merasa dihormati dan disambut."

Para peserta pertemuan bangkit dari kursi. Aura tegang di ruangan mulai mencair saat Harald memimpin mereka kembali ke aula besar tempat pesta berlangsung.

Frederick berjalan di samping Anne dan Roland. Malam ini belumlah selesai, pesta akan menjadi panggung yang tak kalah penting.

Saat memasuki area aula, para tamu segera memperhatikan kedatangan mereka. Semua mata kembali tertuju pada Anne dan Roland yang kehadirannya memancarkan aura misterius sekaligus memikat. Namun, Frederick juga menarik perhatian dengan caranya sendiri, terutama ketika ia berjalan di samping kedua utusan Eresda tersebut.

Di sudut lain, Anastasia dan Flint, yang masih berada di tengah pesta, memperhatikan mereka dengan ekspresi sulit dibaca. Flint menyipitkan mata, mencoba menilai situasi. Sementara Anastasia, meski terlihat tenang, tidak bisa menyembunyikan rasa bersaing dari matanya.

Frederick menatap Roland lebih lama dari seharusnya. Topeng itu sudah menjadi tradisi yang membersamai berdirinya Kalea.

Roland tampaknya menyadari perhatian Frederick padanya. Ia berbicara dengan sikap tenang, seolah-olah memahami apa yang berkecamuk dalam pikiran Pangeran Es itu.

"Saya lihat Anda memperhatikan topeng ini, Pangeran Frederick. Tradisi ini mungkin terlihat aneh bagi kerajaan lain, tapi ini adalah warisan yang tidak bisa saya abaikan."

Frederick merespons dengan sopan juga penuh kehati-hatian. "Bukan aneh, Pangeran Roland. Saya hanya memikirkan beban tanggung jawab di balik topeng Anda."

Roland tersenyum tipis. "Sebenarnya topeng ini penting tak penting. Saya mengenakannya sejak balita, jadi sudah menjadi bagian hidup saya, bahkan Anne lebih mengenali saya saat bertopeng daripada tidak. Yah, jika Anda penasaran dengan paras saya, lihat saja adik saya, kami tidak jauh berbeda. Namun, mengingat Baron hal sensitif, identitas kami juga jadi sensitif."

Frederick sedikit mengangguk, memahami makna tradisi itu.

Roland menoleh pada Anne, mengisyaratkan untuk menunggunya. Kemudian beralih pada Frederick, mengajaknya melangkah lebih jauh.

"Pangeran Frederick, Kalea dan Eresda telah lama berbagi hubungan yang mendalam. Kami percaya bahwa kerja sama ini adalah pilar penting bagi kedua kerajaan kita."

"Saya setuju, Pangeran Roland."

Roland tersenyum tipis di balik topengnya. Ia melipat kedua tangan di depan dada, seolah-olah mencoba mengukur reaksi Frederick. "Namun, hubungan antara kerajaan terkadang butuh sesuatu yang lebih kuat daripada perjanjian dan diplomasi."

Frederick menatap Roland dengan alis sedikit terangkat. Ia bisa merasakan arah percakapan ini. "Maksud Anda, Pangeran Roland?"

Roland mendekat, menurunkan suaranya agar hanya terdengar oleh Frederick. "Maksud saya adalah mungkin ada cara yang benar-benar mengikat hubungan kita, membuatnya kokoh. Hanya jika Anda mempertimbangkan ... menerima seseorang dari Eresda."

Mata Frederick menyipit, jelas memahami implikasi dari pernyataan itu.

"Adik saya adalah seseorang yang luar biasa. Ia bukan hanya simbol kekuatan Eresda, tapi juga lambang harapan bagi masa depan kita. Mungkin suatu saat Anda bisa melihat bahwa dia bukan sekadar utusan dari Eresda. Dia bisa menjadi sesuatu yang lebih bagi Kalea. Bagi Anda."

Dada Frederick berdebar keras. Ia mempertahankan ekspresi netral, meski pikirannya berputar-putar hingga darah terasa merangkak ke wajah. Ia tidak menyangka Roland akan berbicara seterbuka ini.

"Itu saran yang menarik, Pangeran Roland. Namun, hubungan antara kerajaan kita harus tetap berdiri di atas kepercayaan dan rasa saling menghormati, bukan paksaan."

Roland tersenyum lebih lebar, kali ini ada sedikit nada menggoda dalam suaranya. "Tentu saja, Pangeran Frederick. Tidak ada paksaan di sini. Saya hanya menyebutkan kemungkinan. Bagaimanapun, Anne tampaknya cukup tertarik pada Anda. Siapa tahu, mungkin Anda akan menemukan bahwa dia lebih dari sekadar cantik."

Frederick mengangguk singkat, mencoba menjaga ketenangannya. "Saya akan mempertimbangkan perkataan Anda, tapi saya yakin keputusan seperti itu membutuhkan waktu dan pertimbangan matang."

"Tentu saja, Pangeran. Tidak ada yang meminta keputusan sekarang. Saya hanya berharap Anda menyadari bahwa kadang-kadang nasib kerajaan kita tergantung pada keputusan yang terlihat kecil, tapi berdampak besar." Roland menepuk bahu Frederick ringan sebelum mundur dan berjalan ke arah Anne.

Frederick tetap berdiri di tempat, mencoba mencerna percakapan barusan. Ia tahu usulan Roland bukanlah basa-basi, hal itu bisa memengaruhi masa depan kedua kerajaan. Walau Anne terlihat cukup menarik, tetapi Frederick tak bisa bermain api. Hidupnya telah diatur, bahkan memilih pasangan harus melewati persetujuan banyak kepala.

Mendadak perutnya keroncongan, ia baru ingat belum makan malam. Ketika hendak melangkah ke prasmanan di sisi ruangan, di mana meja penuh makanan dan minuman, suara ceria dari belakang menjeda gerakannya.

"Pangeran Frederick, bolehkah saya menemani Anda sejenak?"

Frederick menoleh dan mendapati Flint berdiri di dekatnya dengan senyum lebar. Rambut tembaga anak muda itu bersinar di bawah lampu gantung kristal, mata ungunya berkilau antusias. Flint membawa dua gelas minuman. Ia menawarkan salah satunya kepada Frederick yang langsung diterima.

"Tentu. Ada yang ingin Anda bicarakan?"

Flint tersenyum simpul, sedikit ragu sebelum akhirnya berbicara, "Sebenarnya, saya ingin menyampaikan rasa belasungkawa atas kepergian orang tua Anda. Kehilangan seperti itu pasti sangat berat, saya tidak bisa membayangkan bagaimana Anda melewatinya."

Frederick mengangguk singkat, mencoba menjaga ekspresinya tetap datar meski kata-kata Flint menyentuh luka lama yang belum sepenuhnya sembuh. "Terima kasih atas perhatian Anda, Lord Flint. Kehilangan mereka tidaklah mudah, tapi sudah jadi bagian dari takdir yang harus saya jalani."

Flint menatap Frederick dengan penuh empati, tetapi dengan semangat yang tak surut. Ia berusaha mencari cara untuk lebih dekat dengan sang Pangeran Es, meskipun Frederick menjaga jarak. "Saya tahu kita baru saja bertemu, Pangeran, tapi saya berharap Anda tahu bahwa Anda tidak harus menghadapi semuanya sendirian. Kadang, memiliki seseorang untuk diajak bicara bisa membantu, walau sedikit."

Frederick menghargai usaha Flint, tetapi ada tembok besar yang selalu ia bangun di antara dirinya dan orang lain. "Saya menghargai kebaikan Anda, tapi saya terbiasa menyelesaikan banyak hal sendiri."

Flint tersenyum, meski ada sedikit kekecewaan. Ia tidak menyerah begitu saja. "Saya mengerti, tapi jika suatu saat Anda membutuhkan seseorang untuk bicara atau sekadar mendengarkan keluhan betapa rumitnya kehidupan di istana, saya ada di sini. Mungkin, jika Anda mau, kita bisa berteman."

Frederick sedikit terkejut. Teman. Sebuah konsep yang terasa jauh darinya selama ini. Ia menatap Flint, mencoba mencari tanda-tanda kepalsuan atau niat tersembunyi di balik perkataannya, tetapi yang ia temukan hanyalah ketulusan. "Teman, ya? Saya belum pernah menjalaninya karena banyak penjilat di sekeliling saya. Namun, saya akan mengingat tawaran Anda."

Senyuman Flint makin lebar. Ia tidak tersinggung, malah merasa bahwa ini langkah mencairkan hati sang Pangeran Es. Gelas terangkat, ia mencoba merayakan momen kecil ini.

"Pertimbangan Anda sudah cukup bagi saya. Semoga ke depan hal baik menghampiri kita, juga mungkin ... untuk awal persahabatan."

Frederick mengangkat gelasnya dengan anggukan singkat. Ia tidak mudah percaya pada orang lain, tetapi mungkin Flint pantas diberi kesempatan.

"Pangeran, sebenarnya ayah saya ingin berbicara dengan Anda. Jika berkenan, ayah saya sudah menunggu Anda di tempat lebih tenang." Flint menunjuk sudut aula, tampak Gilbert duduk di sofa dengan meja berisi hidangan ringan ditemani seorang pelayan membawa baki minuman.

Frederick mengikuti arah telunjuk Flint. Gilbert, reputasinya sebagai penasihat paling cerdas dan penuh strategi, juga orang terdekat Raja Harald, membuatnya menjadi salah satu individu paling berpengaruh di kerajaan. Frederick menyadari, tidak ada ruginya mendengar apa yang ingin disampaikan sang High Chancellor.

Setelah sampai di tempat pertemuan, Gilbert berdiri dan sedikit membungkuk menyambut Frederick. "Merupakan kehormatan, Pangeran berkenan meluangkan waktu kemari."

Frederick mengangguk kecil membalasnya. "Waktu saya malam ini cukup lapang, silakan bicara." Lalu keduanya duduk bersama. Selama Gilbert mengutarakan isi hati, Frederick memenuhi piring dengan kudapan, menikmatinya sambil mendengarkan.

"Pangeran, saya percaya masa depan Anda akan besar. Saya tidak mengatakan ini semata-mata menyenangkan hati Anda, tapi karena saya melihat potensi besar dalam diri Anda. Jika suatu hari Anda memiliki waktu luang, saya mengundang Anda ke kediaman saya di Lumina. Anda mungkin tertarik kondisi di sana, melihatnya lebih dekat."

Frederick menaikkan alis sedikit, menyadari undangan ini bukan ajakan biasa. Wilayah Lumina menjadi salah satu daerah penting Kalea. Hampir semua penduduk di sana memiliki energi terang, hidup dengan berkebun dan beternak, juga sekolah besar khusus penyihir baik terang maupun gelap di bawah naungan Gilbert atas kerja sama dengan Eresda. Lumina terkenal akan pelatihan militer resmi terbaik di kerajaan dengan fasilitas lengkap dan wilayah strategis, tempat individu berbakat nan berprestasi. Tidak hanya mengasah kemampuan fisik, tetapi juga mentalitas serta strategi perang. Sebagian besar prajurit Kalea lulusan dari sana.

"Saya menghargai undangan Anda, Chancellor. Tapi, saya ingin memastikan kunjungan ke Lumina bukan hanya perjalanan tanpa alasan jelas."

Gilbert tersenyum lebar, seolah-olah mengerti kecerdikan Frederick. "Saya percaya, dengan melihat Lumina, Anda akan menemukan banyak hal yang dapat membuka pikiran mengenai masa depan kita bersama. Saya ingin Anda tahu, suatu saat nanti peran Anda akan lebih besar dari perkiraan Anda. Tidak hanya sebagai pemimpin Kalea, tapi sebagai pemimpin yang mampu mengubah nasib kerajaan menjadi lebih baik."

Frederick merenungkan perkataan Gilbert. Ia tidak bisa mengabaikan fakta dukungan dari pria berpengaruh seperti Gilbert sangat penting, tetapi ia tahu ada harga yang harus dibayar untuk dukungan tersebut. "Saya akan mempertimbangkan undangan Anda, juga menghargai dukungan meski kita sama-sama tahu masa depan penuh ketidakpastian."

Gilbert membungkuk sedikit, senyumnya penuh makna.

Percakapan berakhir di sana, meninggalkan kesan mendalam bagi Frederick. Mungkin di masa depan, ia menanggapi lebih serius dukungan dari sang High Chancellor. Namun, dalam dunia politik tidak ada yang benar-benar bisa dipercaya tanpa alasan jelas.

Musik dari orkestra mengalun lembut, menandakan dimulainya acara dansa. Banyak tamu mulai beranjak, bergabung dengan pasangan mereka di lantai dansa. Meski sejak awal Frederick berusaha fokus pada pembicaraan penting, ia tetap tidak bisa mengabaikan perhatian yang terus datang dari banyak wanita muda, apalagi saat acara puncak seperti ini, binar mata mereka mencurahkan keinginan, berharap mendapat kehormatan untuk berdansa bersama.

***

25/01/2025

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro