Rela Dimadu
Hari minggu pagi kami telah bersiap di aula sebuah masjid ternama. Aku dan suami memakai seragam yang disediakan panitia pernikahan, hari ini adalah hari pernikahan sepupu suamiku.
Akad nikah berjalan dengan khidmat tanpa ganggua, dilanjutkan dengan acara makan-makan khusus keluarga besar.
Semua keluarga besar suamiku hadir. Kebanyakan sudah pernah aku temui saat acara pernikahan kami.
"Dita, kabar kamu gimana?" Bude Lina beratanya padaku setelah kami berpelukan.
"Alhamdulillah Bude, baik."
"Mana buntutnya?"
"Belum ada, Bude."
"Mau pacaran dulu ya? Jangan lama-lama pacarannya, inget umur gak usah KB."
"Nggak KB kok."
"Usahanya kurang tuh."
"Sering kok."
"Terus kok belum ada?"
"Allah belum kasih aja kali."
Pertanyaan sejenis telah disampaikan beberapa kali oleh saudara-saudara yang lain. Hati ini terasa tak enak tiap kali ada yang bicara soal keturunan.
Setelah bicara dengan bude aku mencari suamiku, rupanya ia sedang bicara dengan salah satu keluarga yang dituakan. Aku berjalan mendekati.
"Kalo istrimu gak bisa kasih keturunan, nikah lagi aja. Poligami. "
"Eyang bisa aja."
"Keturunan itu penting, jangan disepelekan."
"Tapi gak harus nikah lagi juga kan."
"Kalo istrimu mandul, emang kamu mau gak punya anak sampe tua nanti?! Anak-anak itu aset nanti di masa tua."
Kesal mendengar ucapan eyang aku memanggil suamiku, "A, dicariin ibu!" terpaksa aku berbohong.
"Saya permisi eyang mau ke ibu dulu."
Suamiku pamit pada eyang dan menghampiriku, "ibu kenapa?"
"Ayo kita hampiri ibu!" ajakku.
Awalnya aku memang berbohong tapi ternyata setelah menghampiri ibu, suamiku memang sedang dibutuhkan bantuannya.
Setelah acara bersama keluarga dilanjutkan dengan resepsi. Aku dan suami hadir sampai resepsi selesai. Selama itu pikiranku melanglang buana tentang poligami.
Sebelum tidur aku sempatkan mencari artikel tentang poligami dan seluk beluknya.
Aku berfikir selama berhari-hari. Ini mungkin menjadi solusi atas permasalahan kami. Aku memberanikan diri membicarakan hal ini dengan suami.
"A, kita udah 3 tahun nikah tapi aku belum hamil juga." tanyaku setelah makan malam.
"Terus kenapa?"
"Mm... gimana kalo Aa nikah lagi aja?
"Apa?"
"Nikah lagi, biar ada keturunan."
"Kalo aku nikah lagi terus ternyata dia gak hamil juga, gimana?"
"Mm..."
"Belum tentu dengan nikah lagi masalah kita selesai. Siapa tau masalahnya di aku bukan di kamu."
"Aku lelah A."
"Lelah dengan omongan orang? Gak sabar nunggu?"
"Iya."
"Mending kita cek ke dokter, cari tau ada masalah apa. Siapa tahu salah satu dari kita memang bermasalah."
"Kalo aku yang mandul, Aa nikah lagi aja. Aku rela dimadu." mudah aku mengucapkan ini di mulut tapu sesungguhnya hatiku sangat berat.
"Kalo aku yang mandul? Kamu mau aku cerai? Terus nikah sama yang lain?"
"Ya... enggak gitu."
"Gak usah mikir kawin lagi atau cerai saat ini. Kita pastikan dulu ke dokter!"
"Iya."
Ya Allah aku harus siap apapun yang terjadi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro