Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Hamil?


Karena kesibukan suamiku, kami belum sempat ke dokter. Ada yang aneh beberapa hari ini karena haidku tidak lancar, hanya berupa flek-flek kecoklatan saja.

"A, kayaknya aku harus ke dokter."

"Kenapa?"

"Haidku gak lancar, cuma flek. Tumben banget biasanya keluar banyak. "

"Sakit perutnya?"

"Enggak."

"Cuma gak lancar aja kali."

"Tapi aku khawatir ada apa-apa."

"Kalo gitu besok kita ke dokter. Nanti Aa izin masuk setengah hari."

Keesokan harinya, selepas Ashar aku dan suami datang ke sebuah klinik bersalin yang lokasinya tidak jauh dari rumah.

Begitu aku dipanggil,  seorang dokter kandungan sudah duduk menunggu di dalam ruang periksa.  Aku menceritakan yang terjadi selama seminggu haidku hanya berupa flek-flek saja.

Sang dokter memintaku berbaring lalu gel dingin diusapkan di perut bagian bawah. Proses USG pun dimulai.

"Bu, ibu hamil. Selamat ya!"

"Hamil dok?" tanyaku tak percaya.

"Yang bener dok?" ucap suamiku.

"Nah ini, ada kantung kehamilanya. Usianya sekitar 4 minggu." Dokter menjelaskan sambil menunjuk layar alat USGnya.

"Alhamdulillah! " aku dan suami kompak berseru.

Aku benar-benar bahagia, hal yang sudah kutunggu sejak lama kini terjadi. Ini benar-benar karunia.

"Flek-flek saya gimana dok?"

"Nanti saya beri obat penguat, ibu harus banyak istirahat ya!"

"Boleh puasa gak?"

"Sebaiknya tidak setiap hari, diselang seling saja bu dan kalau tidak kuat, berbuka saja."

"Baik, Dok."

Hatiku benar-benar berbunga-bunga. Setelah menerima obat, kami pergi ke suatu restoran untuk berbuka puasa bagi suamiku sekaligus merayakan berita baik ini.

Aku menuruti semua petunjuk dokter, aktivitas kukurangi dan obat selalu kuminum. Namun anehnya flek itu tidak juga berhenti. Aku ingin memeriksa kandunganku lagi namun hari Raya Idul Fitri sudah semakin dekat dan kami harus pulang ke kampung halaman.

Selama di kampung halaman, flek-flek ku tidak juga berhenti. Aku sangat khawatir.

Seminggu setelah Idul Fitri aku dan suami kembali mengunjungi klinik yang sama dengan dokter kandungan yang sama juga.

Aku menyampaikan keluhanku dan seperti kedatanganku yang pertama proses USG dilakukan. Berkali-kali ia menggeser alatnya di perutku, dengan wajah sedikit bingung.

"Kenapa dok?" tanyaku penasaran.

"Kantung kehamilan ibu tidak ada."

"Maksudnya?"

"Bulan lalu sudah terlihat jelas tapi saat ini justru tidak terlihat."

"Maksud dokter apa?"

"Dengan berat hati saya harus sampaikan bahwa ibu tidak lagi hamil."

"Saya nggak ngerti dok."

"Kantung kehamilan adalah tempat janin berada, setelah di USG tadi kantung kehamilan ibu tidak terlihat maka dapat disimpulkan janinnya pun tidak ada."

Penjelasan dokter seperti palu yang menghantam kepalaku. Aku tidak bisa berfikir apapun, lalu keluar tanpa bertanya apa-apa lagi. Suamiku pun terdiam, ia hanya menggenggam erat tanganku.

Sampai di rumah aku masih terdiam, kenyataan ini begitu berat terasa. Buah hati yang dinanti ternyata tiada.

"Kita ke dokter lain lagi ya?" ucap suamiku memecah keheningan diantara kami.

"Buat apa?"

"Cari second opinion. Siapa tau dokter yang tadi salah."

"Gak perlu lah."

"Kita cari rumah sakit yang lengkap alatnya dan dokter-dokter berpengalaman."

"Apa berpengaruh?"

"Kalau alatnya lebih lengkap dan dokternya lebih berpengalaman akan lebih jelas terlihat semua. Yang tadi kita datangi kan klinik bersalin."

"Gak tau deh A."

"Nanti Aa cari rumah sakit yang bagus, yang lengkap alatnya."

"Pasti mahal."

"Gak usah mikirin soal duit. Duit biar Aa yang cari. Sekarang kamu istirahat aja, Aa mau tanya temen-temen dulu."

Aku merebahkan tubuh di atas kasur, rasa lelah menerpaku namun mata ini tak kunjung terlelap.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro