Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Awal


7 tahun sebelumnya...

"Dit, kamu gak pacaran?" Ayah bertanya padaku selepas makan malam. Sebuah kebiasaan di keluarga kami adalah berbincang setelah makan malam.

"Nggak, Yah." jawabku santai.

"Nggak ada yang mau sama kamu ya?" Pertanyaan ayah begitu menggelitik.

"Dita gak mau pacaran, Yah. Nanti kalau ketemu yang cocok, langsung nikah aja."

"Gimana mau nikah kalo kamu aja gak ada yang naksir.Nanti kamu jadi perawan tua gimana?"

"Kuliah juga belum selesai yah."

Sejak SMA aku memang memutuskan untuk tidak berpacaran, menjaga hatiku untuk orang yang halal. Aku sebisa mungkin menjauhi hal-hal yang mendekatkan diri pada zina. Mungkin sebagian orang menganggap aku sok suci atau sok alim dengan prinsipku ini tapi aku tak peduli.

Namun hal ini membuat ayahku khawatir putrinya menjadi perawan tua. Padahal ada banyak teman kuliahku yang jelas-jelas menyukaiku namun aku menolaknya karena prinsipku itu. Buat apa jika hanya pacaran.

"Dit, ayah beneran takut kamu jadi perawan tua."

"Ya ampun yah. Dita masih kuliah."

"Ayah pengen kamu buru-buru nikah, seperti kakak kamu. Gak usah mikirin biaya, kuliah juga bisa tetap jalan walau udah nikah."

"Calonnya aja belum ada, Ayah."

"Kamu cari dong."

"Gimana kalo ayah yang cariin, terus kenalin ke Dita. Kalo cocok lanjut nikah."

"Kalo ayah yang cari nanti kamu gak cocok. "

"Yaudah kalo gitu."

Aku berpikir semalaman tentang keinginan ayahku. Urusan nikah aku sendiri menyerahkan pada Allah, bila saatnya tiba aku akan menerima.

Kuambil gawaiku, mengetik pesan untuk kakak laki-lakiku yang tinggal berbeda kota dengan kami.

Bapak nyuruh buru-buru nikah, gimana ya?

Keesokannya kakak laki-lakiku membalas pesanku.

Gue punya temen ikhwan, masih single. Dia juga lagi cari istri. Mau coba taaruf?

Tanpa pikir panjang aku mengiyakan tawaran kakakku.

Bismillah

_______

"Saya terima nikahnya Anandita Aprilia binti Husein dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!"

Ucap suamiku dengan lantang dan tanpa ragu. Hari ini seorang lelaki sederhana menerima tanggung jawab yang diserahkan oleh ayahku atas diriku.

Kami menikah tanpa proses pacaran. Cukup 2 bulan berkenalan lalu yakin satu sama lain dan kemudian menikah. Waktu yang cukup singkat untuk mengenal seseorang namun kami yakin dibalik keputusan kami ada Allah yang memberi keyakinan.

Awal mengenalnya, jujur saja dia bukan lelaki tipe idamanku. Dia bukan pria tampan yang bisa memikat perempuan,  penghasilannya pun pas-pasan. Namun setelah beberapa kali istikharah, hatiku menjadi yakin bahwa dialah jodohku. Begitu juga yang terjadi pada dirinya. Ya, kamu memutuskan menikah bukan sekedar karena keinginan diri tapi menyandarkan pada keputusan ilahi.

Dua minggu setelah menikah, ia meninggalkanku untuk bertugas di Malaysia. Untunglah tidak dalam waktu lama. Setiap hari kami berkomunikasi, maklum pengantin baru rindu terasa menggebu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro