3 - Netizen
Y/n berhenti di depan toko laundry yang di atasnya bertuliskan Doyoung's Laundry. Mengangkat sekantung kresek besar berisi pakaiannya dan sebuah selimut.
"Permisi~~"
Seseorang keluar,
"Ya?"
"Loh? Mas Jae?"
"Eh? Y/n?"
Keduanya terkejut.
Fyi, Jaehyun atau yang kerap dipanggil Jae ini adalah kenalan Y/n. Tak sengaja bertemu di minimarket. Saat itu Y/n belanja, tapi lupa bawa dompet. Beruntung ada Jae yang mau meminjamkan uangnya.
"Mas kerja disini?" Tanya Y/n.
"Hehe... Iya."
"Wih~ Alih profesi ya mas jadi pegawai laundry? Kenapa gak tetep jadi kuda aja mas kek di ff sebelah?"
Jaehyun buang napas, "Gak tau. Si author nya emang laknat. Kalau gak di jadiin kuda, dijadiin pegawai laundry. Apa gada profesi lain gitu ya selain kuda atau pegawai laundry? Emang muka saya jele?"
"Sabar aja mas. Siapa tau ntar mas alih profesi lagi jadi kuyang." Setelahnya, Y/n tertawa.
"Heleh heleh~~ Yaudah, sekarang mau apa kesini?"
"Mau ngelamar mas. Ya mau ngelaundry lah."
"Oh iya. Mana sini."
"Bantuin dong. Dih~ Gak gentle amat."
Jaehyun menggeleng kecil, lalu keluar dari toko untuk mengangkat kresek yang Y/n bawa. Padahal kresek nya gak berat kok.
"Oh iya mas, Mas Doy nya kemana?" Tanya Y/n saat Jaehyun sedang menimbang kresek itu.
"Ada tuh di dalem. Mau di panggilin?"
"Eh gak usah. Cuma nanya aja kok."
"Yaudah, aku pergi ya mas." Sambung Y/n.
"Eh tapi uangnya?"
"Kalau aku mah biasa bayar belakangan. Kalau gak percaya, tanya aja sama Mas Doy. Langganan kok aku."
"Oh, oke deh."
"Sip. Bye mas."
"Bye."
-----
Y/n pulang ke rumah. Bersiap-siap lagi untuk pergi ke tempat kerja.
Btw, Y/n memang punya kerja sampingan. Yaitu jadi waiters di sebuah cafe yang cukup besar. Kerja nya hanya dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore.
Sesampainya di cafe tempatnya bekerja, Y/n ganti bajunya dengan seragam. Lalu membantu yang lain untuk bersih-bersih cafe karena sebentar lagi cafe nya akan di buka.
"Kak, sini gue bantu." Kata Y/n kepada pegawai wanita yang lebih tua darinya itu, Wendy Son.
"Oh? Baru dateng?" Tanya Wendy.
"Hehe.. Iya kak. Soalnya tadi gue laundry baju dulu."
"Oh gitu. Yaudah, lo lapin meja aja. Yang ini biar gue."
"Em.. oke deh kak."
Y/n mengambil lap di dapur, lalu mengelap meja-meja itu. Samar-samar ia mendengar ada yang julid.
"Eh, si pelacur itu ngapain sih masih kerja disini? Gatau malu banget."
"Iya anjir. Dasar pelacur. Pasti udah di pake sama om-om."
"Iya ih. Duitnya banyak gegara jual diri, tapi masih kurang aja sampe nyari kerja tambahan. Matre amat."
"Weh, kalau gue yang jadi Pak Mark, langsung gue pecat tu cewek."
"Heleh~ Pak Mark mah terlalu baik. Dia pasti bilang yang enggak-enggak deh ke Pak Mark biar tetep diizinin kerja disini."
"Gatau diri emang."
"Haha, namanya juga pelacur. Ya pasti gak tau diri lah."
Y/n merotasikan matanya. Ia sudah sering mendengar cemoohan begitu. Sudah biasa.
Lagian, kenapa memangnya jika kerja di club malam? Apakah itu artinya setiap orang yang kerja disana adalah pelacur? Dan apakah jika yang mereka katakan itu benar, ia menyusahkan mereka? Tidak 'kan? Memang dasar netizen. Cuih.
"Jangan di denger. Tutup telinga aja." Kata Wendy yang tiba-tiba datang.
Y/n terlonjak kaget, kemudian menoleh.
"Kak, bikin kaget aja."
Wendy terkikik kecil, "Udah, mending lo siapin diri. Bentar lagi Pak Mark dateng. Bisa marah kalau tau cafe nya belum bersih."
"Ehe... Oke kak."
Wendy adalah satu-satunya orang yang selalu menyemangati Y/n ketika ada omongan pedas dari pegawai disini.
Y/n bekerja dengan penuh semangat. Selalu menunjukkan senyum manisnya untuk pelanggan yang datang dan melayani dengan baik.
"Heh!" Bentak Wendy ketika ada yang dengar menjelek-jelekkan Y/n di dapur.
Cewek-cewek itu agak kaget, lalu terdiam.
"Ngomong apaan lu barusan hah?! Julid aja kerjaannya!"
Mereka tak menjawab. Masih diam dengan kepala yang menunduk.
"Sana balik kerja! Gue aduin ke Pak Mark baru tau rasa!"
Dengar itu, mereka mengangguk dan cepat-cepat pergi. Sedangkan Wendy menggeleng heran. Kenapa semua pegawai disini omongannya tidak ada yang bermutu?
Mark Lee itu pemilik cafe ini. Dia datang kesini hanya untuk memantau sebentar kondisi cafenya, setelah itu pergi lagi untuk kesibukan lain. Dan yang jadi tangan kanannya itu adalah Wendy. Jadi sudah pasti Wendy sangat di percaya oleh Mark. Makanya Wendy di takuti pegawai-pegawai disini.
Waktu terus berlalu. Banyak pengunjung yang datang, membuat Y/n maupun yang lainnya sangat sibuk. Hingga akhirnya waktu untuk tutup cafe. Btw, cafe ini memang tutup jam 5 sore. Entahlah, Mark yang menerapkan kebijakan itu.
"Kak, gue pulang duluan ya." Kata Y/n ketika selesai ganti baju.
"Oh? Iya, hati-hati."
Y/n mengangguk menanggapi ucapan Wendy.
Ia pulang dengan motornya. Ia akan mandi dan bersiap untuk kerja di night club itu.
Jika ada yang bilang hidup Y/n mudah, mereka salah. Justru hidup Y/n itu penuh dengan masalah yang membuatnya hampir hilang akal.
Sesampainya di apartemen, Y/n duduk sejenak di sofa panjang yang berlanjut dengan rebahan. Karena memang hari ini melelahkan. Terlebih dengan omongan pedas yang ia dengar. Huh! Tambah panas saja kupingnya.
Ia sudah biasa mendapat omongan pedas begitu. Tak di dengar, sebab karena menurutnya tak penting. Jadi ya sudah, tutup telinga saja.
Ting!
Bel apartemennya berbunyi. Ada tamu. Siapakah yang datang?
Y/n beranjak dengan malas menuju pintu. Saat di buka, .....
"Hai?"
Kening Y/n mengerut, "Jeno?"
Jeno hanya mengulas senyum tipis.
"Lo ngapain kesini? Ada yang ketinggalan?" Tanya Y/n.
"Enggak. Gue mau ngomong sesuatu sama lo."
"Ngomong apa?"
"Em.... Gue mau kita pacaran."
"Haaaa??"
TBC
Yang ngebet banget pengen ff ini update, udah aku update ^_^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro