Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2 - Thanks

Y/n merasakan sakit di punggungnya ketika terbangun. Bagaimana tidak? Semalaman ia tidur di sofa. Padahal badan sudah sangat lelah, tapi gara-gara Jeno, ia terpaksa tidur di sofa.

Duduk sambil memijat punggung sendiri adalah hal yang dipilih oleh gadis itu. Ia tidak pernah menyesal atau mengeluh ketika memutuskan untuk membantu orang. Ia hanya kesal saja kepada orang yang telah di tolongnya. Karena Jeno memang menyebalkan.

Atensinya teralih saat mendengar suara nada dering telepon. Itu berasal dari ponsel milik Jeno yang berada di saku celana.

Didiamkan, namun yang ada malah membuat bising di pagi hari begini. Jadi harus diangkat atau di matikan.

Y/n berjalan mendekati Jeno yang masih tertidur lelap di atas kasur dengan posisi tak jelas. Perlahan mengambil ponsel itu, dan melihat siapa yang menelepon.

Huang Renjun.

Langsung Y/n angkat saja.

"Oy Jeno! Lo kemana aja sih?! Dari malem gue teleponin juga, malah gak di angkat. Kan udah gue bilang tunggu bentar, gue ada urusan sama temen gue. Eh gue balik, lo nya malah gak ada. Lo kemana sih?!"

"Nyantuy bossq. Ini Y/n, bukan Jeno."

"Eh? Kok...."

"Sini deh lo jemput temen lo itu. Ntar gue ceritain."

"Em.. Oke. Rumah lo di?"

"Di apartemen DNYL, deket night club tempat gue kerja. Kamar nomor 3012."

"Siap. Otw kesana sekarang."

Tut

"Nyusahin aja lo." Kesal Y/n sambil menatap Jeno, lalu agak melempar ponsel itu ke atas kasur. Setelahnya, ia beranjak pergi untuk mandi.




-----




Selesai mandi dan berpakaian, Y/n ke dapur untuk membuat sarapan. Tidak rumit, hanya roti dengan selai saja sudah membuat perutnya kenyang.

Saat sedang asik menyantap roti itu, tiba-tiba terdengar suara bel yang di bunyikan. Sepertinya ada orang. Segera Y/n pergi untuk melihat siapa yang berkunjung. Apakah Renjun?

Ketika pintu terbuka, tampaklah Renjun yang terlihat tampan.

"Hai." Sapa Renjun dengan lambaian kecil.

Y/n yang agak terkejut, hanya bisa tersenyum tipis dan mempersilahkan Renjun untuk masuk. Y/n pun menutup pintu setelah Renjun masuk.

"Lo lagi sarapan ya?" Tanya Renjun yang di jawab anggukan saja oleh Y/n.

"Lo mau?" Tawar Y/n sambil menyodorkan roti yang sudah ia gigit.

Renjun menggeleng dengan senyuman hangat, "Gue mau orangnya aja."

Mendengar itu, Y/n mendelik malas yang membuat Renjun terkikik kecil.

"Dimana Jeno?"

"Di kamar, masih tidur."

Renjun menggeleng heran, sedangkan Y/n berjalan menuju kamar, diikuti Renjun dari belakang.

"Astaga~~"

Itu Renjun. Ia menganga tak percaya melihat Jeno yang masih tertidur pulas di kasur milik Y/n. Lantas ia menghampiri Jeno, memukul keras pantatnya dan berteriak,

"WOY JENO!! BANGUN GAK LO!!"

Jeno terlonjak kaget. Membuka mata, lalu mendengus kesal.

"Aduh! Apasi lo! Ganggu tidur gue aja!" Kemudian, Jeno meraih bantal dan membenamkan wajahnya di bantal itu.

"Astaga Jeno! Gue bilang bangun!" Pekik Renjun yang kembali memukul pantat lelaki bermarga Lee itu dengan keras.

Tetapi Jeno tak menggubris, yang membuat Renjun semakin kesal.

"Lee Jeno! Bangun gak lo!! Bangun!!"

Y/n menahan tawanya. Karena sekarang ini Renjun terlihat seperti seorang ibu yang berusaha membangunkan anaknya.

"Aish! Sakit, bego!" Keluh Jeno.

"Makanya bangun!"

Jeno mendengus sebal, lalu bangun dengan mata yang menyipit karena ngantuk.

"Pinjem anduk dong." Pinta Renjun ke Y/n yang langsung dituruti. Ia bergegas mengambil handuk, dan kembali kesini.

"Ini." Tangannya menyerahkan handuk yang dibawanya kepada Renjun.

Renjun menerima, kemudian melemparkan handuk itu tepat ke wajah Jeno.

"Cepet mandi!"

"Nyantai kali. Gue masih ngantuk." Kata Jeno malas.

"Ini rumah orang! Lo kagak tau diri banget! Tuh liat badan lo terekspos begonoh! Beruntung ini cewek baik-baik."

"Rumah... orang?" Kening Jeno mengerut bingung.

"Iya. Ini bukan rumah lo. Ini rumah Y/n."

Jeno menatap ke sekeliling, dan berakhir ke sang pemilik rumah yang masih asik memakan rotinya. Ia diam sejenak sebelum mendengus. Ia ingat apa yang terjadi semalam. Dan hal itu cukup membuatnya malu sekaligus kesal.

"Buruan mandi!" Titah Renjun sambil menyentil kening Jeno.

"Aduh! Sakit! Biasa aja dong!"

Renjun menggeleng, "Gue tunggu di bawah. Jangan lama." Setelahnya, Renjun pergi dengan tangan yang merangkul pundak Y/n.

Fyi, apartemen yang di tempati oleh Y/n memang memiliki 2 lantai, namun bisa dibilang apartemen berukuran sedang.




-----




Renjun dan Y/n sekarang sedang duduk berdampingan di sofa depan tv. Berbincang mengenai beberapa hal, khususnya tentang Jeno yang bisa ada disini.

Y/n juga sudah menyuguhkan minuman untuk Renjun. Meski hanya sirup dingin, tapi Renjun tetap menerimanya dengan senang hati.

"Gue udah kaget banget waktu balik, Jeno nya gak ada. Gue pikir dia balik sendirian ke rumahnya. Tapi pas gue telepon, orang rumah bilang kalau Jeno belum pulang. Kan bikin gue panik." Kata Renjun.

Y/n tertawa kecil, "Sorry. Abisnya gue gak tega liat dia sendirian di halte bus lagi ngeringkuk."

"Gakpapa. Thanks ya. Kalau gak ada lo, gue gak tau apa yang bakal terjadi sama Jeno."

"Sans aja kali."

"Woy! Ayo balik! Malah pacaran!" Kata Jeno yang tiba-tiba datang.

Dia sudah rapi dengan pakaian yang semalam. Terlihat lebih segar dibanding sebelumnya.

"Apasi lu." Jawab Renjun malas.

"Kalian gakan makan dulu? Tuh ada roti di meja makan." Tawar Y/n. Sebenarnya ia hanya ingin menawarkan Renjun saja, tapi tidak enak juga pada Jeno. Nanti dikira ada udang di balik papan.

"Eng---"

"Boleh. Mana rotinya? Gue laper." Jeno memotong ucapan Renjun.

Renjun mendelik, "Malu-maluin banget sih lo."

"Gakpapa. Orang dia yang nawarin."

Tanpa permisi, Jeno mengambil roti di atas meja makan begitu saja. Kan bikin Y/n kesal.

Bukan tak suka. Tapi setidaknya Jeno harus tau malu meski sedikit. Ini kan rumah orang.

"Lo juga makan. Gakpapa kok, gakan gue suruh bayar. Lagian sayang juga kalau gak di makan rotinya. Disini kan cuma ada gue doang." Kata Y/n.

"Maaf ya jadi ngerepotin."

"Iya, santai aja."

Renjun pun segera menyusul Jeno. Mereka makan bersama. Karena tak enak, Y/n juga akhirnya ikut menyusul. Duduk di seberang Jeno dan Renjun, tapi tak ikut makan karena sudah kenyang.

Entah suka atau lapar, yang pasti roti-roti itu malah di babat habis oleh keduanya. Tak masalah sih, Y/n bisa beli lagi. Ia hanya... kaget saja.

"Y/n, thanks ya. Rotinya enak. Perut gue jadi kenyang." Kata Renjun yang dijawab anggukan oleh Y/n.

"Kuy balik."

Itu Jeno. Ia berkata begitu sambil berdiri dan beranjak pergi.

Bener-bener gak tau malu banget ya itu bocah?! Batin Y/n.

"Em... Gue balik ya Y/n." Renjun mengulas senyum. Y/n membalas dengan senyuman juga.

Kemudian, Renjun menyusul Jeno yang sedang memakai sepatunya di depan pintu.

"Gobloq! Seenggaknya lo bilang makasih kek ke Y/n. Dia udah nolongin lo, ngebiarin lo tidur di kasurnya, ngasih lo sarapan. Masa kagak ada makasih-makasih nya?" Bisik Renjun kesal.

Jeno menengadahkan kepala menatap Renjun, lalu kembali fokus pada sepatunya tanpa mau menjawab apapun. Renjun lagi-lagi menggeleng heran lihat tingkah Jeno.

"Y/n, thanks ya. Gue pamit." Ucap Renjun, lalu membuka pintu dan keluar.

Jeno mengikuti. Namun sebelum langkahnya berlanjut, ia membalikkan badan.

"Y/n,"

"Hm?"

"Thanks buat semuanya. Gue pamit pulang." Jeno mengulas senyum manis yang membuat kedua matanya membentuk bulan sabit. Kemudian ia pun pergi.





TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro