11 - Jealous
Jam 01.16 malam
Lagi dan lagi, Jeno mengekor pada Y/n yang sedang sibuk bekerja. Ayolah, ini jam nya bekerja, masa iya harus terus diikuti begitu?
"Bisa pindah ga Jen? Gue jadi ga fokus kalo lo terus ada di depan gue gini." Ujar Y/n agak kesal. Bukannya apa-apa ya, hanya saja.... Jeno itu wajahnya terlalu ganteng. Gampang banget bikin ilang fokus.
"Gamau. Nanti ada yang godain lo lagi kek waktu itu." Jawab Jeno setelah mengeluarkan asap vape dari mulutnya.
"Gaakan. Siapa juga yang mau godain cewe jelek kek gue."
"Jelek?" Jeno terkikik kecil. "Emang jelek sih." Lanjutnya sembari meminum wine dari gelasnya dengan mata yang melirik ke arah Y/n.
Gadis itu mendecak sebal, "Jelek tapi bisa bikin seorang Lee Jeno naksir."
Jeno tertawa. Tidak ada yang lucu memang, hanya saja Jeno merasa gemas dengan jawaban yang Y/n berikan.
"Kesana dulu ya sayang." Kata Jeno sambil beranjak dari kursinya.
Y/n menjawab dengan anggukan, lalu kembali melayani pesanan yang lain.
Jam segini masih kerja karena ada beberapa rekannya yang tidak masuk. Jadi, Y/n disuruh lembur untuk menggantikan mereka.
Capek? Tentu. Mau kerja full time atau part time begini, pasti capek. Dimana ada kerja yang ga capek?
Cuma.. yaa.. Harus tetap dijalani mau secapek apapun demi bertahan hidup. Terlebih lagi, Y/n ini hidup sebatang kara. Orang tuanya telah lama meninggal karena kecelakaan lalu lintas sejak Y/n masih kelas 1 SMA. Dan setelah kejadian itu, Y/n sudah dipaksa hidup mandiri tanpa didampingi orang tua.
Bayangkan saja sesulit apa hidupnya di masa lalu.
Atensi Y/n teralihkan ke arah Jeno yang tengah berkumpul bersama teman-temannya. Tampak asik mengobrol dan tertawa. Y/n tidak tau siapa saja orang-orang itu, tidak kenal. Yang ia tau hanya Renjun. Tapi, lelaki itu tidak ada disana. Tumben ya?
Tak lama kemudian, dua wanita menghampiri kerumunan teman Jeno. Cantik dan.... sexy.
Mereka saling bertegur sapa, salaman, juga cipika cipiki.
Aduh, Y/n agak gerah ya liatnya. Gemes banget pingin ngejambak rambut mereka.
Salah satu wanita tampak menggoda Jeno. Ia bahkan sampai menyentuh dagu milik Jeno yang buat Y/n makin gerah.
"Panas juga ya disini." Kesal Y/n.
Di sisi lain...
"Lo makin ganteng aja sii Jen." Wanita itu menyentuh dagu Jeno sambil tersenyum.
"Iyalah ganteng. Yang jelek kan pacar lo, Vel."
Kim Velma. Mantan pacar Jeno sewaktu di SMA.
"Idih. Cemburu kah sayang?" Tanya Velma.
"Ga lah, ngapain cemburu."
Jeno terduduk di sofa panjang yang sempat ia duduki tadi.
"Fanny, Velma, ayo duduk dulu." Teman Jeno yang lain —Jisung— mempersilakan.
Fanny mengangguk, duduk di samping Jisung, sedangkan Velma malah duduk di pangkuan Jeno.
Tentu saja Jeno kaget. Maksud Velma apa sih tiba-tiba duduk dipangkuan Jeno? Kursi masih lega padahal.
"Vel! Lo apaansi!" Kesal Jeno.
Bukannya pergi, Velma malah memiringkan posisi tubuhnya dengan satu tangan yang melingkar di belakang leher Jeno, tangan lainnya mengusap wajah Jeno.
"Pingin aja duduk dipangkuan lo Jen. Dulu kan kita sering gini."
"Astaga Velma! Itu kan dulu. Jangan disamain sama yang sekarang dong Vel. Gimana kalo..—"
Velma mencium bibir Jeno, membuat ucapan Jeno jadi terhenti. Dilumatnya bibir manis Jeno dengan lembut namun sedikit agresif, wanita itu take control.
Ingin rasanya Jeno menghentikan Velma, tapi di dalam kondisi yang dipengaruhi alkohol, juga tangan Velma yang memaksa kepalanya untuk tetap berada dalam posisi itu, membuat Jeno semakin tidak berdaya.
Jangan tanyakan reaksi orang-orang disekitarnya. Hal seperti itu biasa terjadi di tempat seperti ini.
Renjun yang baru saja datang, menganga melihat apa yang tengah terjadi. Matanya mengedip berkali-kali, tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Matanya melirik ke arah meja bar. Ada Y/n yang sedang memperhatikan ke arah Jeno. Dalam hati, Renjun berkata "Curiga bakal ada perang dunia. Jeno tolol! Lu ngapain si ajg!"
Y/n sendiri merasakan panas yang begitu hebat. Kemarahan menyelimuti dirinya. Dan juga ada rasa kecewa yang ia rasakan kepada Jeno.
Dilihat semakin sakit, tapi matanya tak mau pindah dari sana. Ia ingin terus menatap ke arah Jeno, dan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
Gue harus gimana ini ajg! Jenoooo begoooo! Batin Renjun memekik kesal.
Velma menyudahi ciumannya, lalu tersenyum manis. Sambil menarik gemas hidung mancung Jeno, ia berujar "Rasanya masih sama ya, selalu manis."
Ponsel Velma berdering singkat, setelah dilirik ia segera berdiri dari pangkuan Jeno.
"Gue duluan ya, cowo gue di depan." Pamit Velma, diikuti Fanny dari belakang.
Setelah kedua wanita itu pergi, pandangan Jeno beralih ke arah Y/n yang sudah menatapnya penuh amarah. Seketika jantung Jeno berdegup kencang. Ia lupa bahwa disini ada Y/n.
Di tatap Jeno, Y/n hanya mengacungkan ibu jarinya.
Singkat, namun berhasil membuat perasaan Jeno jadi tak karuan. Sumpah, rasanya jantung Jeno seperti akan copot dari tempatnya.
Panik? Tentu. Siapa yang tidak akan panik jika berada di posisi Jeno saat ini?
Tanpa melihat siapa-siapa, Jeno berlari menghampiri Y/n. Berharap gadisnya itu mau mendengarkan penjelasannya.
"S-Sayang, tadi..—"
"Gapapa, have fun ya." Sela Y/n, kemudian berlalu meninggalkan Jeno di meja bar.
———
Selama bekerja, Jeno terus merayu Y/n yang tak kunjung menampakkan senyum manisnya. Mulut mungilnya itu terus terlihat kesal penuh amarah, cukup membuat Jeno bergidik ngeri.
Renjun yang sedari tadi duduk di kursi bar, —samping Jeno— hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia sendiri bingung harus berbuat apa.
Tampak Jeno frustasi, buat Renjun jadi kasihan sekaligus ingin tertawa kencang. Tidak biasanya laki² bermarga Lee itu bersikap begini. Dengan perempuan lain, dia yang dikejar. Tapi dengan gadis yang sekarang, malah dia yang mengejar.
Renjun menepuk pundak Jeno, "Jen,"
"Hm." Jawab Jeno malas. Tubuhnya sedang bertumpu, memangku dagu menatap gadisnya yang masih merajuk.
"What's your plan?"
Jeno mengangkat bahu, "Gatau. Stress gue ajg."
"Dih? Lagian lo ngapain diem aja pas Velma nyium lo? Udah tau disini lagi ada Y/n."
"Gue ga inget, domba."
"Anying lu." Sedikit kesal dibilang domba, Renjun menonjok kecil bahu Jeno.
"Sayangkuu, cintaa.. Tuan putriiii yang maniisss.." Ujar Jeno ketika Y/n berdiri di depannya, untuk mengambil sesuatu di laci meja.
Tak digubris, Jeno tambah frustasi.
"Atuh sayaanngg, udahan marahnya.." Bibir Jeno mengerucut lucu.
Y/n tetap tak mau menggubris rayuan Jeno, buat Renjun bingung harus berbuat apa. Membantu Jeno? Kan memang salah Jeno juga. Lagian membantu dengan cara apa? Merayu gadis itu? Hey, Renjun itu tidak pandai merayu.
Jeno menjatuhkan kepalanya di atas meja begitu Y/n pergi.
"Stress gue ajg."
——
Jam 6 pagi..
Y/n mulai memasukkan kakinya ke dalam bathtub, lalu membiarkan tubuhnya terendam air hangat.
Bersandar dengan mata yang tertutup, pikiran melayang-layang memikirkan kejadian tadi malam di tempat kerja.
"Sebenernya cewe itu siapa si? Kok bisa-bisanya dia gitu sama Jeno?"
"Pacarnya? Mantannya? Temennya? Apa cuma cewe penghibur? Tapi perasaan gue belum pernah liat cewe itu kerja disini. Dia tamu ya? Sial! Kenapa gue kepo banget." Lanjutnya dengan kesal.
Kemudian Y/n mendengarkan musik lewat headphone yang ia ambil dari atas meja dekat wastafel. Berendam sambil mendengarkan musik adalah hal yang menyenangkan 'kan?
Yaa walaupun sekarang ini mood nya lagi hancur banget, tapi setidaknya mandi bisa sedikit meringankan beban pikiran.
Tak lama setelah itu, Y/n merasakan ada yang ikut masuk ke dalam bathtub. Matanya terbuka, dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati Jeno ada di depannya.
"Ajg! Lo ngapain disini?!" Kaget Y/n sekaligus kesal.
Melihat mata Jeno yang tampak merah, membuat Y/n yakin bahwa Jeno berada dibawah pengaruh alkohol.
"Lo mabok? Kok bisa masuk ke apartemen gue?" Tanya Y/n sembari menyingkirkan headphone dari telinganya.
Begitu sadar dengan keadaan yang sekarang, Y/n menutup dadanya dengan tangan yang menyilang. Beruntung bathtub ini dipenuhi dengan busa.
"Maafin gue." Ucap Jeno yang ikut duduk di dalam bathtub itu, membuat celana dan setengah bajunya jadi basah.
"I-Iya tapi ga dengan lo masuk kesini juga Jeennn.. Mana gue lagi mandi. Kan bisa tunggu gue beres mandi."
"Gapapa, mandi bareng kan bisa."
"Gila lo."
Jeno mendekatkan tubuhnya ke Y/n yang buat gadis itu kaget, "Lo... Lo mau ngapain?" Tanyanya sambil menahan bahu Jeno.
"Lupain kejadian tadi." Ucap Jeno.
"Ga.. Ga m—"
"Gue tetep punya lo doang. Selamanya akan tetap begitu."
"T-Tap—"
"Ini perintah, bukan permintaan. Maafin gue dan anggap kejadian tadi sebagai ilusi."
"Ha? Ilusi?"
Jeno mengangguk, kedua tangan disimpan diantara kepala Y/n, menahan tubuhnya.
"Itu bukan ilusi! Lo ga mikirin perasaan gue? Lo ciuman sama cewe di depan gue? Terus seenaknya lo nyuruh gue lupain kejadian tadi? ajg lo!"
Salah satu alis Jeno terangkat, "Semakin lo ngeyel, semakin gue pingin makan lo hari ini, nona."
———
Halo? Gimana kabarnya? Ada yang nungguin gaa???
Btw next chapter kayaknya bakal ada adegan hot nya, hmm...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro