10 - Baper
Hai? Udah berapa lama gak update?ಥ‿ಥ
Maaf banget, gak maksud gantungin kok. Cuma emang belakangan ini suka gamood nulis, gatau kenapa T_T
Masih hiatus book yang ini sama yang lainnya (kecuali SBD). Tapi aku usahain update sesekali kalau ada draftnya yaa..
Enjoy!
-----
Renjun, Nascha, dan Mark sibuk ngobrol di ruangan pribadi Mark. Sedangkan Jeno sudah keluar dari ruangan itu. Alasannya apa lagi kalau bukan untuk curpan ke Y/n?
"Hai,"
Y/n yang baru saja keluar dari toilet, terkejut lihat Jeno disitu, sedang bersandar di tembok samping toilet.
"E buset! Ngagetin aje lo." Kata Y/n, sedikit kesal.
Jeno terkikik pelan, sementara Y/n mulai berjalan menjauh dari toilet itu setelah merotasikan matanya dengan sebal.
Jeno mengikuti pastinya. Ia berusaha menyamakan langkahnya dengan langkah Y/n. Berjalan sejajar.
"Pulangnya mampir yok ke rumah gue?" Tawar Jeno.
Tanpa berpikir, Y/n menggeleng. Buat Jeno mengerutkan keningnya bingung.
"Lah? Napa?"
"Karena gue orang sibuk."
"Em.... Kalau gue maksa?"
Y/n menghentikan langkahnya yang otomatis buat langkah Jeno juga jadi terhenti.
Ia menoleh menatap Jeno, "Tetep gak bisa. Lagian lo bukan siapa-siapanya gue. Gak ada hak buat larang gue ini itu. Ngerti?"
"Bukan siapa-siapa? Hey, lo masih muda udah pikun. Gue ini 'kan pacar lo."
"Haaaaaa?? Sejak kapan?" Tanyanya dengan ekspresi wajah yang terlihat menyebalkan, kemudian lanjut jalan.
Jeno mengikuti lagi tentunya, terus menjawab, "Sejak tadi di apartemen lo. Belum duapuluhempat jam loh ini, masa udah lupa?"
Y/n menghela napas panjang. Heran dengan tingkah laku Jeno yang aneh. Kerasukan apa sih?
"Orang lain kalau kelupaan tuh ya lupa naro kunci, hp, iket rambut. Lah ini lupa sama pacarnya. Kumaha ini teh? Meni lieur da."
Tiba-tiba ganti bahasa. Cuma Jeno doang emang.
Kira-kira artinya gini ; Ini tuh gimana sih? Pusing bener dah.
Y/n menyikut pelan perut Jeno sebagai respon. Yang disikut meringis kecil.
"Udah deh Jen, ampun. Berhenti gangguin gue dan berhenti godain gue. Oke?" Pinta Y/n, agak memaksa.
Jeno berbalas, "Jadi.... bagi lo gue ini seorang pengganggu?"
"Iya."
Sangat singkat.
Sebenarnya Y/n merasa tidak enak hati karena telah berkata begitu yang dirasanya terlalu kejam.
Padahal jika dipikir ulang, sejauh ini Jeno tidak pernah berbuat hal macam-macam ke Y/n, apalagi sampai bertindak tidak senonoh.
"Maaf.."
Tuh 'kan, Y/n jadi makin tidak enak. Rasany—
"... tapi gue gak ngerasa kalau gue seorang pengganggu."
Menyebalkan. Ternyata "maaf"-nya Jeno barusan bukan karena merasa bersalah tapi malah—
"Maka dari itu, gue gak mau nyerah. I'll always fight for you." Setelahnya, Jeno tersenyum manis. Sangat manis sampai-sampai pipi Y/n jadi merona merah.
Langkah keduanya terhenti, lalu berbalik badan, saling berhadapan satu sama lain.
Ingin bertanya apa alasannya, tapi mulut tak mampu berkata-kata. Tiba-tiba jadi kaku, membeku seperti es batu.
Jeno sedikit membungkukkan badannya. Mata menatap ke dalam retina Y/n, senyum tak pernah luntur.
Tangan terangkat untuk mencubit halus salah satu pipi Y/n sambil berkata, "I'm promise, my queen."
-----
Gara-gara Jeno, sekarang Y/n jadi susah fokus di jam kerja. Customer yang pesan americano, malah dikasih kentang goreng. Pesan beef burger, dikasih tiramisu cake. Dan masih banyak lagi.
Alhasil, Y/n dapat complain dari sang customer. Berakhir dipanggil ke ruangan si bos besar, yaitu Mark Lee.
"Astaga Y/n~ Kamu kenapa jadi gak fokus gini sih?" Ujar Mark sambil memijit pelipisnya.
Omong-omong, disini hanya ada Y/n dan Mark saja. Yang lain disuruh keluar.
Y/n yang sedang duduk di kursi seberang, hanya bisa diam ketika atasannya sedang menceramahi begitu.
Ia juga mengakui bahwa disini ia yang salah karena hilang fokus saat melayani customer.
"Maaf pak." Gumam Y/n sambil terus menundukkan kepalanya.
Mark menghela napas, "Apa yang buat kamu jadi ilang fokus, Y/n? Apa kamu lagi ada masalah?"
Menggelengkan kepala sebagai jawaban, Y/n lakukan.
"Terus kenapa? Gak biasanya kamu bersikap aneh gini. Apa ini gara-gara Jeno?"
Y/n diam, ragu menjawab.
Apakah ia harus berkata jujur?
-----
"Loh? Kalian kok diluar? Kenapa gak di dalem?" Tanya Jeno ke Renjun, ekspresi bingung.
Ia baru kembali dari toilet.
"Em.... Mark tadi lagi ada perlu sama Y/n. Kayaknya sih gara-gara yang tadi."
"Hah? Yang tadi yang mana?"
"Itu looooo yang dia gak fokus, terus malah dapet complain dari customer."
Jeno agak memiringkan kepalanya, pertanda berpikir. Beberapa detik kemudian, dia baru ngeh kejadian mana yang Renjun maksud.
Tanpa berkata apa-apa, Jeno langsung pergi dari sana menuju ruangan Mark.
Tidak mengetuk pintu, ujug-ujug masuk saja ke dalam.
Dilihatnya Y/n yang memang tengah berbincang dengan Mark.
Y/n maupun Mark menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara pintu yang dibuka.
Kening Y/n mengerut, "Jeno?"
Cepat-cepat Jeno masuk dan menutup pintu. Ia menghampiri keduanya. Ekspresinya..... bisa dibilang datar namun sedikit terdapat sebuah kecemasan yang dicampur dengan amarah.
Pokoknya ekspresi Jeno itu campur aduk lah, kek gado-gado.
"Mark, ...." Jeno menatap Mark.
Mark yang paham apa maksud Jeno, segera membuka suara, "Calm down, brother. I didn't scold her."
Tidak membalas, Jeno hanya melipat kedua tangan depan dada. Ekspresi dipertahankan dengan kedua rahang yang menegas dan kepala yang dinaikkan.
Mark sangat tau jika Jeno sudah memposisikan dirinya seperti ini, berarti Jeno tengah menahan kesal dan tengah mengintimidasi.
"I'm serious about this. Kalau gue marahin Y/n, pasti sekarang dia udah nangis. Tuh liat, dia gak nangis sama sekali. Dia malah diem aja, bahkan kedua pipinya jadi merah gitu kek tomat."
Pandangan Jeno beralih ke Y/n. Dan benar saja, gadis itu sedang melihat ke dirinya dengan ekspresi yang menggemaskan.
Jeno akui, it's his favorite expression.
Sekarang, pipi Jeno juga ikut bersemu. Begitu juga dengan Y/n yang merasakan pipinya makin panas.
Cepat-cepat keduanya mengalihkan pandangan ke arah lain.
Y/n menutup wajah, sedangkan Jeno berdeham. Satu kancing bagian atas dibuka karena sedikit gerah, padahal ruangan Mark ini ber-AC. Hm.. Jeno ada-ada aja deh.
"Napa Jen?" Tanya Mark.
"Gerah." Jawab Jeno singkat.
Mark menahan tawa. Gemas dengan sahabatnya yang satu ini, gemas juga dengan Y/n yang tampak malu-malu begitu.
Omong-omong, tadi sebelum Jeno datang, Y/n memang menceritakan apa yang membuatnya jadi tidak fokus. Mark jadi paham setelah dijelaskan begitu.
Jujur saja, jika Mark terlahir sebagai cewek dan berada di posisinya Y/n, ia pun pasti akan merasakan apa yang Y/n rasakan. Terlebih lagi orang yang telah berkata begitu adalah seorang Lee Jeno. Siapa yang tidak meleleh?
Eh enggak enggak, Mark bukannya tidak bersyukur karena terlahir sebagai cowok. Dia suka kok dilahirkan sebagai seorang cowok begini. Ya.... Yang tadi 'kan hanya perumpamaan saja.
Seandainya gue punya kisah yang uwu beginiಥ_ಥ Batin Mark.
Salah satu kekurangan Mark, yaitu ia masih belum punya pasangan. Adakah yang mau jadi pacarnya Mark?
Oh kasihan~ oh kasihan~ aduh kasihan~
TBC
Liat vote. Kalau yang votenya lebih dari 400, aku ubah jadi ON GOING..
Typonya maaf, dan makasii vomennya~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro