Bab 27
Yuka menjatuhkan bola-bola apinya dengan satu kali jentikkan. Posenya santai sekali, duduk menyamping dengan satu kaki dilipat. Jika yang ditumpangi itu sapu biasa, Yuka sudah terjengkang dari tadi. Dia tertawa kesenangan saat bola apinya mengenai orang-orang di bawah.
"Ayo lari! Lari!" ujar Yuka tertawa bahagia. Dia sampai bertepuk tangan karena melihat semua orang berteriak kencang. Matanya cokelat terangnya semakin bersinar ketika masih ada yang selamat.
Yuka mengeluarkan lebih banyak bola api. Dia terbang memutari gedung-gedung. Memberikan serangan yang sama seperti sebelumnya. "Kalian payah! Masa membunuh ibuku bisa, tapi menghindari serangannya tidak bisa," ejeknya lalu menguap.
"Dia gila!" Shysi sudah keluar. Bergabung dengan MAC yang menyingkir ke depan gedung serbaguna. Beberapa yang lain keluar gedung untuk membantu MAC yang terkena bola api milik Yuka.
"Hei! Mau ke mana?" seruan itu tidak membuat Shysi berhenti. Dia menarik Iron untuk bergabung dengan Shino dan teman-temannya. Aiko berada di sana lebih dulu.
"Kita harus tangkap Yuka dulu," perintah Shino pada teman-temannya. Mereka lalu terbang dengan sapu sihirnya. Mengumpulkan kekuatan menjadi satu untuk membuat jaring-jaring anti sihir. Beberapa yang lain mengeluarkan mantra pengunci.
Yuka ceria kembali karena dikepung. "Kalian akan menyesal membunuh ibuku!" teriaknya marah. Meski semuanya bertanya-tanya pada yang terjadi padanya, mereka tetap fokus untuk menangkap Yuka.
Yuka menghindari serangan-serangan itu dengan menepisnya saja. Wajah bosannya malah membuat semua MAC jengkel setengah mati. Seolah-olah serangan mereka bukan masalah besar.
"Dia tidak bisa diserang."
"Pertahanannya bagus sekali."
Semua jadi kacau dengan pikiran masing-masing. Shino meminta semuanya fokus dan melakukan serangan terus menerus. Tidak peduli itu berhasil atau tidak. Kepala sekolah dan Ryu datang untuk membantu.
Kepala sekolah mengeluarkan tiga elemen kebanggaannya. Menjadikan sebuah kekuatan yang sulit dibayangkan. Lantas melemparnya ke arah Yuka. Sedikit dipelesetkan agar melumpuhkannya saja.
Sapu Yuka bergeser sendiri. Yuka bahkan tidak perlu menoleh ke mana serangan itu ditujukan. Dia malah menatap jari-jemarinya. Mengabaikan semua orang yang ingin melumpuhkannya. Kepala sekolah sampai tercengang.
"Lho, sudah, ya? Gitu aja?" tanya Yuka pura-lura terkejut. Dia mengangguk-angguk saat semua orang menatapnya penuh amarah.
"Yuka. Sadarlah! Ini kepala sekolah!" teriak Shino dengan kabur-kabut yang siap mengikat Yuka kapan saja.
Yuka menoleh sekilas lalu mengabaikannya seperti sebelumnya.
Kepala sekolah menahan Shino. "Dia tidak sadarkan diri," ujarnya menenangkan semua orang, meski sedikit.
Shysi yang bersikeras ikut mulai geram. Dia berada di belakang Iron. Cewek itu terbang untuk bergabung dengan Shino. Iron melarangnya berkali-kali tetapi tidak digubris. Tekad Shysi untuk membuat Yuka jera kuat sekali.
"Kamu nggak sadar apa yang kamu lakukan!" teriak Shysi melempar bola api berdiameter tiga puluh senti. Dia harus puas karena mengenai ujung sapu Yuka sedikit. Hanya sedikit.
"Sudah dibilang jangan lakuin apa pun," teriak Ryu marah. Matanya menusuk pada Shysi yang sudah merah padam. Dia menahan air matanya yang hampir pecah. Semakin geram hanya gara-gara menyerang Yuka, Ryu marah padanya.
Yuka menatap ujung sapunya yang berasap. Tidak terima sapunya terkena serangan. "Kalian memang tidak pernah jera," ujarnya menahan geram. Dari tangannya, keluar air yang menjilat-jilatkan api. "Dasar penyihir rendahan!"
Untuk kali ini, semua MAC hanya bisa takjub pada kekuatan yang ditunjukkan Yuka. Dan, rasa ketakutan mereka keluar kala Yuka tertawa meremehkan.
Ryu memutar otaknya. Terakhir kali menenangkan Yuka dengan bisikan. Dia harus di belakangnya secara diam-diam.
"Mundur!" teriak Shino membuat semuanya mundur. Yang berada di bawah segera masuk ke dalam gedung. Menonton pertarungan itu dengan rasa penasaran tinggi.
Ryu mengambil kesempatan itu untuk terbang mendekati Yuka.
"Kalian pantas mati," uajr Yuka. Setelah itu air keluar dari tangannya. Menggapai apa saja yang diraihnya. Mengikatnya kemudian memberikan rasa panas karena terbakar. Beberapa MAc berjatuhan.
Shysi malah mendekati Yuka. Seolah menantangnya untuk bertarung satu lawan satu. Tanpa aba-aba langsung menyerang dengan membabi-buta. Tidak peduli lagi kalau beberapa MAC terbang untuk menghentikan.
Yuka menanggapi serangan itu dengan santai. Lantas, ketika serangannya berhenti, Yuka menjentikkan jari. Serangan-serangan tadi berbalik ke arah Shysi lagi. Senjata makan tuan. Sialnya, Kakinya terkena bola apinya sendiri. Dia hampir jatuh sebelum Iron menangkapnya.
Yuka terbang menjauh. "Di sini tidak seru." Bibirnya merngerucur lucu. Dia butuh yang lebih menantang lagi. Sebelum dia benar-benar pergi, dia berhenti sejenak untuk melembabkan tangan. "Selamat bertarung!"
Kepala sekolah mengengkat tangannya. Semua orang yang menyerang Yuka berhenti. Mereka bertanya-tanya apa lagi yang bakalan terjadi.
Kening Ryu berlipat. Sial sekali Yuka pergi sebelum dia sempat mendekat. Sesuatu yang panas di belakangnya menjawab ucapan selamat tinggal Yuka. Roh-roh tadi terbang keluar. Memenuhi langit-langit Academy dengan suara geramannya.
Semuanya sibuk melawan pasukan roh. Ryu terbang mengikuti Yuka. Sampai di gerbang depan, dia harus menahan kesal karena masih tersegel. Satu-satunya jalan adalah terbang ke atasnya. Tenaganya mulai terkuras habis. Pandangannya berkunang-kunang.
"Aku tidak boleh sekarat dulu," tekadnya lalu mempercepat terbangnya. Dia tidak ingin sesuatu yang lebih buruk menghadang cewek itu. Firasatnya semakin tidak nyaman saat tidak ditemukannya keberadaan Yuka. "Dia cepat sekali."
Tentu saja cepat. Bukankah dia pemilik empat elemen itu? Dan, Ryu pemilik dua elemen tidak bisa melawan Yuka.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro