Pertemuan Mantan Kekasih
Gaun formal dengan desain leher V dan panjang lengan tiga per empat itu melekat sempurna di tubuh Viona. Gradasi warna hitam dan putih dipermanis dengan sebuah ring belt, membuat tampilan wanita berparas ayu itu semakin mempesona.
Tampak beberapa kali wanita bernetra indah itu mengagumi dirinya di cermin. Bagaimana tidak? Penampilannya hari ini sungguh luar biasa, bibir ranum yang membingkai wajahnya diberi polesan lipstik berwarna peach. Segar dan cerah, secerah hatinya saat ini. Bukan tanpa alasan Viona berdandan, hal itu dilakukan khusus untuk menemui klien rahasianya.
"Bagus, semua tampak sempurna! Eh, di mana tasku?"
Wanita itu menoleh ke arah nakas, di sana ia menemukan barang yang dicari. Sebuah cluth bag berwarna keperakan tergeletak tak berdaya. Viona segera menyambar tas mungil yang menjadi trend saat ini. Tanpa membuang waktu, ia segera memacu kendaraan besinya.
"Benar ini bukan, ya?" Viona menurunkan kaca mobilnya perlahan.
Wanita itu mengamati sekeliling, di hadapannya tengah berdiri sebuah gedung yang lumayan megah. Viona membaca tulisan yang tertera di papan nama "Relife Publisher".
"Sepertinya benar, bukankah ini juga percetakan? Baiklah, aku akan memarkir mobil dahulu," oceh Viona dengan pantulan dirinya di kaca spion dalam.
"Mohon maaf Anda hendak ke mana?" tanya seorang petugas keamanan yang kala itu berjaga.
"Saya ingin memarkir kendaraan dan menemui owner perusahaan ini."
Petugas itu mengangguk-angguk. "Apakah Anda sudah membuat janji?"
"Sudah."
"Baiklah. Silakan masuk, Nona!"
Wanita itu segera memasuki area parkir yang luas, jajaran kendaraan besi mulai roda dua hingga empat berbaris rapi. Tampaknya pemilik perusahaan ini perfecsionis, sampai-sampai parkiran saja ditata sedemikian rupa.
Viona melangkah santai menuju lobby, pesonanya tak pernah memudar. Di mana pun wanita itu berada selalu menjadi pusat perhatian. Bahkan saat ini, ketika ia berdiri di depan reseptionis. Karyawan itu terperanjat dan malah bengong.
"Selamat pagi, bisakah saya bertemu dengan pemilik perusahaan ini," sapa Viona dengan senyum mengembang.
Namun, pemuda yang mungkin baru saja magang di sana itu hanya menatap takjub. Seakan-akan ia bertemu seorang bidadari. Bukannya menjawab pertanyaan Viona, ia malah mengamati wanita itu dengan berbinar.
"Maaf, bisakah saya bertemu dengan pemilik perusahaan ini? Kami sudah membuat janji," tanya Viona sekali lagi, kali ini dengan mengibas-kibaskan tangan.
Resepsionis itu tersentak dan pipinya bersemu. "Ah, ma--maaf. Bisa, tentu bisa! Sebentar saya akan menghubungi ruangan beliau."
"Hallo, selamat pagi. Saya ingin menginformasikan bahwa ada seorang wanita yang ingin bertemu dengan Anda. Beliau kini sedang menunggu di bawah," ucap pemuda itu dengan tata bahasa yang rancu.
"Apakah ia tampak begitu sempurna? Maksudku cantik." tanya seseorang di seberang sana seakan tengah menantikan sosok masa lalunya kembali datang.
"Ehmm, iya sangat luar biasa."
"Baiklah, suruh dia menunggu sebentar. Sekretarisku akan segera menemuinya," jawabnya dengan suara penuh suka cita.
"Baik, terima kasih."
Resepsionis itu menutup gagang telepon dengan gemetar, sepertinya ia benar-benar karyawan baru. Jika dilihat dari caranya berbicara yang masih tampak kaku.
"Nona, silakan duduk. Sebentar lagi sekretaris Bapak akan datang," ucap pemuda itu kikuk, mungkin ia masih merasa malu.
Viona mengambil posisi duduk di salah satu kursi besi panjang yang terdapat di area tersebut. Manik matanya mengamati sekeliling, desain interior perusahaan itu tidaklah buruk. Malah cukup mewah untuk sebuah perusahaan percetakan.
Sementara itu di ruangannya, Racka menutup panggilan dengan senyum bahagia. Akhirnya saat ini tiba, wanita yang selalu ia idam-idamkan muncul kembali di hadapannya. Kali ini, ia akan memberikan sebuah kejutan untuk Viona.
"Ellen, setelah ini akan ada rekan bisnis baru kita, bawa dia ke ruangan meeting untuk menandatangani perjanjian kerja sama. Aku ada kepentingan di luar sebentar. Tolong handle, ya!" titah Racka kepada sekretarisnya.
Wanita bersurai sebahu itu mengangguk patuh. "Baik, Pak. Berkasnya sudah saya persiapkan kemarin, mohon dicek dahulu."
Racka membolak-balik beberapa lembar kertas di dalam map hijau itu. Tatapan matanya serius dan memperhatikan setiap detail huruf yang tertulis di sana. Kemudian, ia menutup perlahan dokumen tersebut.
"Bagus, semua sesuai dengan yang kuinginkan. Aku pergi sebentar dan jemput klien kita sekarang di bawah."
"Baik, Pak."
Wanita itu bergegas melaksanakan tugas negaranya untuk menjemput Viona. Ia menghampiri kliennya itu dengan senyuman manis.
"Selamat pagi, apakah Anda Viona Roseandra dari VRC Recording?"
Sekretaris itu mengetahui nama lengkap Viona dari surat perjanjian yang ia ketik kemarin. Sehingga tak heran jika ia menyebutkannya sekarang.
"Selamat pagi. Benar, saya Viona."
"Maaf membuat Anda menunggu, mari ikut saya ke ruangan lain!" ajak sekretaris Racka itu dengan santun.
"Baik." Viona beranjak dari posisinya dan mengekor wanita yang bahkan belum memperkenalkan namanya itu.
Mereka memasuki sebuah ruangan berdimensi sekitar empat kali enam meter. Di dalam ruangan itu terdapat sebuah meja berbentuk persegi panjang berukuran besar. Beberapa buah kursi tertata rapi dan di bagian depan tergantung layar projector raksasa.
"Silakan duduk, Nona Viona!"
"Terima kasih, di mana pemilik perusahaan ini?" tanya Viona sembari duduk di salah satu kursi.
"Mohon maaf, owner kami sedang ada kepentingan di luar. Sehingga saya menggantikan beliau untuk menyerahkan dokumen ini," jelas Ellen mengikuti perintah atasannya.
Ellen mengulurkan beberapa berkas yang perlu Viona tanda tangani sebagai salah satu bentuk syarat sahnya suatu perjanjian.
"Sesuai peraturan yang berlaku, Anda harus menandatangani surat perjanjian ini sebagai tanda bahwa Anda menerima kerja sama dengan kami," papar sekretaris itu panjang lebar.
Viona mendengarkan dengan seksama dan mengangguk setuju. Ketika sekretaris itu menyodorkan dokumen yang dibawanya sedari tadi. Tanpa menaruh curiga, ia langsung saja menandatangani berkas itu.
Samar-samar terdengar derap langkah, suaranya semakin mendekati ruangan tempat Viona berada. Namun, itu tak dipedulikan olehnya. Mungkin hanya karyawan lain yang sedang lewat.
"Silakan, Pak. Klien sudah menunggu Anda di dalam," ucap sekretaris yang saat itu memang berada di ambang pintu.
Racka melangkah masuk, meskipun dari samping ia dapat melihat jelas paras Viona yang tak lekang oleh waktu. Tetap cantik dan membuat darahnya berdesir.
"Selamat pagi, Nona Viona," sapa Racka sembari mengambil posisi duduk di hadapan wanita itu.
Wanita pemilik netra sebening aquamarine itu mendongakkan wajah. Viona terperangah, manik matanya membulat sempurna ketika tatapan mereka bertemu. Rasanya seluruh dunia akan runtuh ketika Viona kembali bersitatap dengan pemilik manik mata hitam legam itu. Sorot mata yang mampu meluluhlantahkan jiwa dan raganya selama ini.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro