Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1# Keluarga

"Semua keluarga punya ceritanya masing-masing.."


***

Pagi ini seharusnya Halilintar dan enam saudaranya pergi bersekolah.

Namun baru saja ia melangkahkan kakinya turun dari kasur, suara hujan lebat sudah terdengar bergerus di atap rumahnya. Rintik hujan pun sudah lama menghiasi kaca jendelanya. Melihat itu membuat rasa kantuknya kembali lebih dari 50% . Ia rasanya tidak ingin bangun, dan hanya ingin kembali masuk kedalam selimut tebalnya. 

Lembab, sejuk, berisik. Itulah yang dikeluhkan Halilintar setiap kali hujan turun. Seperti ada dendam terselubung , ia benci hujan. 

Ia tidak akan bangun dari kasurnya pagi itu jika saja adik terkecilnya, Solar tidak naik ke kamarnya dan menimpuknya dengan selembar roti tawar. Ya, kau tidak salah dengar. Benar benar roti tawar. Keluarga ini memang agak absurd, terutama tujuh anak yang nanti akan diceritakan. 

"kau nggak ketularan Ice kan?" 

Suara cempreng Solar adalah suara yang pertama kali didengar Halilintar pagi itu. Mendengarnya saja membuat Halilintar berdecak malas, ia lantas semakin mengungkung dirinya dalam selimut persis seperti kepompong. 

"orientasi kampus, bang-- " Solar nyaris saja mengutuk namun buru-buru ditahannya. 

"Orientasi kampus cuk- jangan menolak tua deh lo"

Geram mendengar cibiran adiknya yang kurang akhlak itu, roti tawar yang tadi dilempar Solar pun dilemparkannya balik kepada pemiliknya. Untung Solar sempat menghindar sebelum wajah tampannya terkena remahan roti. 

"masih pagi, mo--" 

"--nica" 

Tak berbeda dari Solar, Halilintar juga nyaris saja mengutuk. Untung cepat-cepat ditahannya. 

Mengingat hari raya Idul Fitri sudah dekat dan besok sudah memasuki bulan puasa, keluarga mereka bersepakat untuk menghapus seluruh kata kata kasar dan perkataan-perkataan kotor yang biasanya sulit sekali untuk tidak diucapkan oleh tujuh anak itu. 

"emang mulai jem berapa tu orientasi?" tanya Solar. 

"siang" Halilintar menjawab singkat. 

"gue nanya jem berapa cuk-" 

Halilintar mendengus kemudian mengangkat dirinya bangun dari kasur "santai ege! jem 10! napa??" 

"hoo- pas banget. Boleh lah lo anterin gue ngedate sama-"

"G" 

Solar mendelik begitu Halilintar tau-tau memotong kalimatnya. Udah nyautnya cuma satu huruf doang lagi. Hal itu karena Halilintar tau apa yang akan dikatakan oleh Solar. Pasti dia mau ngedate sama cewek, yang jelas ceweknya beda sama yang kemarin. Dan karena Solar ga modal, dia selalu nebeng sama saudara-saudaranya yang bawa motor.

Halilintar langsung berlari turun disusul Solar yang berteriak memanggil namanya. Tertawa tanpa dosa, ia segera menyambar handuk yang ada di gantungan baju dan berlari menuju kamar mandi. 

Blam!

Kejaran Solar pun terhenti saat Halilintar tau-tau sudah menutup pintu kamar mandi dengan cukup keras di depan muka Solar. Untung Solar tepat waktu ngerem, kalo nggak kayaknya muka tampan yang dibangga-banggakannya itu bakal jadi kue apem karena ketubruk pintu. 

"grrhh- awas aja kau Hali!!"

Ya, begitulah suasana pagi hari di rumah. Tak pernah sekalipun pagi mereka dimulai dengan kalem dan adem ayem, tapi justru suasana itulah yang membuat hubungan antar keluarga begitu dekat dan utuh. 

Yahh..setidaknya begitu sebelum Gempa yang ternyata ikut mendukung Solar menunggui Halilintar di depan pintu kamar mandi sehingga begitu sosok Halilintar yang masih berbalut handuk keluar dari kamar mandi, ia langsung disambut dengan jeweran telinga dari Gempa dan geplakan sudip plastik dari Solar. 

Setelah kericuhan dan keriweuh-an yang terjadi di senin pagi itu, mereka bertiga akhirnya turun dari lantai dua menuju ruang makan yang ada di paling bawah. 

Ketiganya turun dengan wajah kusut kayak kain pel baru habis dipakai. Halilintar sudah bersiap dengan kemeja putih dan dasinya, tapi rambutnya masih acak-acakan. Gempa dengan kaos coklat dan celemek yang masih dipakainya karena membantu mama menyiapkan sarapan, dan Solar dengan gaya khas nya yang sok kegantengan itu.

"nah- bangun juga akhirnya pangeran kita yang hari ini masuk Universitas!" mama yang sedang menata makanan di meja tersengih melihat Halilintar yang baru turun. 

"bangun juga lo kak, kirain masih betah cosplay jadi tokek mati- hadeuh!" 

Mama yang ada di sebelah Taufan lantas menggeplak bahunya. 

"kan udah janji gak ngomong kasar?" 

Taufan meringis "nggak kasar atuh mak- kan emang bener! kak Hali kalo tidur uda persis kayak kayu. Gempa bumi aja dia ga bakal bangun kayaknya!" 

"hahaha ni bocah-" Halilintar mendesis lantas mengambil sudip kayu yang digunakan mama untuk membalik telur dan berjalan menghampiri Taufan. 

Sebenarnya Halilintar berjalan biasa saja, namun memang dasar Taufan si anak penuh drama yang udah ketakutan duluan lantas kabur dan bersembunyi di balik punggung papa yang tengah membaca koran di ruang tengah. 

"kenapa lagi ni bocah??" bapak bertanya heran, tanpa menengok sedikitpun dari deretan kalimat yang dibacanya. 

"kak Hali mau gebug upan!" lapornya. 

"jih- fitnah! orang mau bantuin mama goreng telor! met pagi mama~" 

Seperti biasa, Halilintar menyapa orang kesayangannya di rumah itu dengan gembira. Ia lantas menghampiri mama dan memberinya kecupan di pipi, seperti yang selalu ia lakukan. 

"ngomong ngomong, telor lo mau digoreng sekalian ga, pan? mayan kan tambahan protein" Halilintar melirik Taufan dan yang dilirik pun langsung memegangi selangkangannya dengan wajah yang sudah berkeringat dingin. Ia lantas menggeleng hebat, masih bersembunyi di balik tubuh papa. 

"selamat pagiiii wahaiii dunia tipu tipuu!!" 

Suasana rumah langsung heboh saat Thorn  yang baru saja selesai mandi turun dari lantai dua, diikuti Blaze yang tengah menyeret kerah piyama Ice yang berwajah beler dan masih setia memeluk boneka paus kesayangannya. 

"selamat pagii mamaku sayang~ mama masak apa pagi inii hummm harummm wangi cantik berserii~" 

Halilintar dan yang lainnya lantas dibuat keheranan dengan tingkah Thorn yang absurd di pagi hari. Sebenarnya sudah bukan hal yang baru, namun tetap saja rasanya lucu. Thorn adalah cerminan murid TK yang menjelma menjadi siswa SMA. 

Sementara Thorn berputar putar, Blaze menyeret Ice untuk duduk di meja makan. Begitu bokongnya mendarat, kepala Ice langsung tertunduk dan akhirnya rebah di meja makan. Mama yang melihatnya menggeleng geleng.

"Astaga hei hei hei!" Gempa yang masih memegang sudip untuk menggoreng ayam pun akhirnya meledak dan dengan satu cengkraman ia berhasil menyeret Thorn yang nyaris saja menubruk punggungnya.

"Daripada muter muter! Mending bantuin aku! Potong nih tahu!"

Menyeret tubuh Thorn yang lebih kecil ke depan talenan, Gempa menyodorkan sebuah pisau yang tak terlalu tajam pada anak itu. Sementara yang lain geleng geleng melihat bagaimana Gempa mengomeli Thorn. Benar benar mirip mama. Rasanya seperti memiliki dua mama dalam satu rumah.

Keluarga Halilintar sebenarnya hanyalah satu keluarga sederhana dengan satu ibu, satu ayah, dan tujuh orang anak. Gak salah denger kok, memang tujuh. Dan kalau ditanya, suasana rumahnya itu benar benar seperti pasar tiap harinya. Rame banget sampai sang ayah harus beli meja makan baru berukuran besar untuk menampung tujuh anak absurd yang bisa-bisa gelud kalo duduknya dempetan. 

Tapi walaupun begitu, tidak ada satupun dari tujuh anak itu yang merupakan anak kandung dari papa dan mama. Lebih tepatnya, mereka diadopsi saat mereka masih kecil. Mereka dasarnya juga bukan anak kembar, makanya marga dan wajah mereka semuanya berbeda. Namun yang menyamakan adalah mereka semua seumuran kecuali Halilintar yang setahun lebih tua dibanding yang lainnya. 

Jadi, Si anak pertama itu Halilintar Thunderstorm. Dipanggilnya Halilintar, Hali, Lili , yaa suka suka yang manggil ajalah. Dia setahun lebih tua dibanding yang lainnya, dan itu menjadikannya kakak. Tahun ini, dia akhirnya mendapatkan beasiswa di kampus yang selama ini diidam-idamkannya. Sejak dulu ia memang bermimpi untuk dapat kuliah di bagian IT dan belajar tentang teknologi. Tepatnya hari ini, akhirnya ia resmi menjadi mahasiswa baru di kampus impiannya. 

Anak yang kedua namanya Taufan, Taufan Alvino tepatnya. Di rumah, ada tiga anak yang paling keliatan bobroknya dan suka bikin ulah. Mereka dikenal sebagai Trio Troublemaker yang beranggotakan Taufan, Blaze, dan Thorn yang akan diceritakan nanti. Sebagai anggota tertua di kumpulan perusuh itu, kelakuan Taufan sama aja kayak adik-adiknya yang lain. Mereka seolah menolak tua dan memilih untuk mempertahankan sifat kekanak-kanakannya. Tapi walaupun begitu, ia masih memiliki sedikit sikap dewasa dan sering melindungi adik-adiknya saat pulang sekolah. Dikarenakan dia yang paling tua yang masih duduk di SMA yang sama, biasanya Taufan dan lima adiknya akan berjalan pulang bersama beriringan seperti anak ayam. 

Oke, cukup soal Taufan. Berpindah pada anak nomor tiga alias Adhinata Gempa Syahri si emak kedua, pengganti mama saat mama dan papa ada urusan keluar kota. Oh ya, sebenarnya pekerjaan papa itu memang diplomat, makanya papa sering keluar kota ditemani mama. Dan disaat itulah kehadiran Gempa ini sangat dibutuhkan untuk mengurus enam anak absurd yang kalau dirumah kerjaannya berantem kayak bocah SD. Tahun ini Gempa dan Taufan sama sama duduk di kelas 12.

Diantara mereka bertujuh, Gempa itu terbukti yang paling dewasa. Walaupun bukan anak kandung, tapi sifat mama benar benar terpatri dalam dirinya. Ia sangat dewasa, suka kebersihan dan kerapihan, ia jago memasak, dan kalau dilihat kamarnya.. wow. Isinya buku-buku yang sebagian besar resep masakan dan suasana kamarnya super duper rapi sampai debu sekecil apapun ga bisa masuk. Halilintar bertaruh kalau Gempa bisa bisa jadi chef bintang lima atau pengurus rumah saat ia selesai kuliah nanti. 

Baiklah, pembahasan dilanjutkan ke anak nomor empat dan lima. Kenapa dibahas sekaligus? Karena diantara mereka bertujuh, anak nomor empat dan lima ini benar benar memiliki umur yang paling sama. Bayangkan saja, tanggal lahirnya jatuh di hari yang sama, di bulan dan tahun yang sama. Namanya Blaze Adhnan dan Ice Frost. Tahun ini mereka duduk di kelas 11. Seperti namanya, kelakuan mereka sangat berlawanan seperti api dan air. Jika Blaze adalah anak hiperaktif yang penuh energi, Ice adalah anak kalem tukang molor yang bisa tidur 20 jam sehari. Kalau ditanya kenapa 20 jam, ya karena hampir seluruh waktu di kelas dihabiskan Ice dengan tidur. Dan hebatnya, waktu tidurnya gak pernah terusik sedikitpun karena dia punya 1001 cara untuk tidur di kelas yang tidak bisa dijelaskan.

Lanjut ke anak mama yang ke enam, namanya Thorn Rolland. Keren banget ya namanya, kayak artis.. kalau kata mama. Tapi kelakuan anak satu ini gak artis sama sekali. Menurut rumor yang dulu beredar di panti asuhan tempat mereka di adopsi dulu, saat Thorn dulu dipungut sama panti asuhan, mereka sempet bingung sama jenis kelamin Thorn. Anak satu ini memang berwajah cantik plus imut. Saking cantiknya, sampe-sampe dulu panti asuhan ngira Thorn ini perempuan dan selalu didandani seperti perempuan. Hingga Thorn membesar dan pisangnya tumbuh, barulah pihak panti menyadari kesalahan mereka dan sadar bahwa anak ini berjenis kelamin laki laki. 

Beruntungnya, sifat Thorn tidak mencerminkan seorang perempuan. Dia masih memiliki sisi gentle dan macho, walaupun sedikit banget gara-gara ketutupan sama bobroknya dia. Tahun ini Thorn dan Solar sama-sama duduk di kelas 11, hanya saja beda kelas dengan Blaze dan Ice. 

Dan ngomong-ngomong soal Solar, walaupun statusnya sebagai anak terakhir tapi sebenarnya umurnya sama dengan Thorn. Hanya berbeda beberapa hari tanggal kelahiran, kalau tak salah. Diantara enam saudaranya yang lain, Solar Light orangnya paling narsis. Solar sebenarnya kalem, dan nggak banyak tingkah. Tapi semenjak masuk SMA, mendadak popularitasnya meningkat bak roket walaupun masih kalah dengan kakaknya, Halilintar. Namun karena Halilintar sudah lulus, jadilah popularitas semua menjadi miliknya.

Dibalik sifat narsisnya, Solar itu sebenernya pinter banget. Dia menyukai pelajaran kimia dan sering bereksperimen, namun hobinya itu seringkali membuat jantung mama dag dig dug karena udah berkali kali dia hampir meledakan kamarnya sendiri. Walaupun begitu, kepintarannya juga membuatnya meraih prestasi demi prestasi, terakhir ia berhasil menyabet Nobel Prize in Chemistry atas penemuan terakhir yang ia buat dua bulan lalu. 

Kalau ngomongin keluarga ini gak akan ada habisnya, terlalu menyenangkan dan terlalu seru untuk dikuak. 










"keluarga yang aneh, keluarga yang menyenangkan, dan selalu kurindukan setiap waktu" begitu ucap Halilintar. 





To be continued.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro