Two
Gadis itu menarik kopernya kepayahan. Bibir peach-nya yang manis terus saja mencibir kesal. Ini semua gara-gara ibunya, ia harus pindah kemari. Jujur saja, ia tak suka dipaksa-paksa.
Menunggu kereta sampai di peron, gadis itu duduk di kursi besi panjang. Dikeluarkannya ponsel dengan gantungan teru-teru bouzu berpita merah. Mengusir kebosanan, ia hanya melihat-lihat galeri ponselnya.
"Kamu temani kakakmu di kota ya..." suara Ibu membuatnya kaget.
Gadis itu langsung menyanggah, "Tapi, Bu, buat apa? Bukankah ngga aman kalau aku jauh-jauh dari rumah?"
"Mafu..." panggil sang ayah. Membuat gadis itu kini mengalihkan pandangan dari ibunya. "Justru karena itulah. Yang membuatkan jimat itu 'kan kakakmu. Kalau ada masalah dengan jimatmu atau harus buat yang baru lagi, kan, repot. Kasian kalau kakamu itu harus bolak-balik datang kemari..." terang sang Ayah.
Gadis bernama Mafu itu hanya bisa menghela napas berat. Kalau begini, mau tak mau dia harus menuruti keinginan orangtuanya.
"Dan lagi..." Ayahnya kembali bicara, "Kamu bilang ingin lihat Nighthawk, 'kan?"
Kereta tujuannya sudah sampai di peron itu. Mafu kembali mengangkat kopernya, kali ini dia naik ke salah satu gerbong. Sesampainya di dalam, ia celingukan.
Beberapa waktu yang lalu, kakak laki-lakinya yang paling menyebalkan itu mengirimi dia pesan kalau dia sudah mengutus seseorang untuk menjemputnya dalam kereta. Gadis itu mengernyitkan dahi, di dalam kereta? Apa maksudnya si kakak mengirimkan shikigami-nya?
Beberapa waktu mencari, kereta mulai berjalan. Gadis bersurai putih itu menghela napas. Ia menyerah. Akhirnya ia memilih untuk duduk saja. Melihat sekeliling, ia tak sengaja menangkap bayang-bayang beberapa sosok yang berwujud tak lazim. Ada yang menggantung di jendela, meringkuk di bawah kursi kereta, ada juga yang menggelayuti penumpang lain. Semuanya hanya Mafu yang melihat, setidaknya itulah yang ia pikirkan.
Ada dua jenis makhluk 'bukan manusia' yang sudah tercantum dalam peraturan perundang-undangan pemerintah. Atau yang biasa disebut sebagai ayakashi*. Meskipun itu hanya segelintir orang yang tahu. Masyarakat awam tak mungkin menyentuh undang-undang tersebut.
Note: Ayakashi sebenarnya berarti 'hantu yang muncul di laut'. Merujuk pada makhluk mistis yang biasa terlihat di laut dan memiliki tubuh tidak terlalu besar namun sangat panjang. Tetapi pada perkembangannya ayakashi diartikan secara umum sebagai 'phantom' atau bayangan. Merujuk pada makhluk non-manusia atau hewan yang secara umum tak kasat mata.
Kedua makhluk itu ialah youkai* dan makhluk mitologi*. Keduanya berbeda meskipun sama-sama makhluk mistis. Youkai tidak dapat dilihat oleh manusia biasa. Hanya manusia dengan kemampuan spesial yang bisa melihat mereka. Lain halnya dengan makhluk mitologi. Mereka bisa dilihat oleh orang biasa secara kasat mata. Makhluk mitologi juga lebih kuat dibandingkan youkai.
Note:
*youkai merupakan sebutan umum untuk 'makhluk tak kasat mata' makhluk ini bisa berupa spirit, yuurei, obake, oni, akuma, bahkan dewa/kami.
*sedangkan makhluk mitologi (shinpi-tekina ikimono) berbeda dengan youkai. Sepintas memang sama, tetapi makhluk mitologi bisa dijumpai dengan mata telanjang alias bisa dilihat oleh manusia biasa, sedangkan youkai hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu. Makhluk mitologi juga biasanya 'mantan' manusia, tetapi tidak semuanya. Istilahnya kek siluman, lah. Gampangannya, semua makhluk mitologi itu termasuk youkai, tetapi tidak semua youkai termasuk makhluk mitologi.
Pemerintah dewasa ini telah mengurus mengenai makhluk-makhluk itu. Hal ini karena banyaknya makhluk mitologi yang sudah membaur bersama manusia biasa. Perundang-undangan tentang para pembasmi juga sudah lama diresmikan.
Ada berbagai macam aturan yang dibahas, mulai dari pengendalian populasi ayakashi tertentu, tata cara dan tindakan tertentu serta batasan-batasan dalam 'mengurus' para ayakashi tersebut, bahkan peraturan mengenai pemusnahan suatu golongan ayakashi tertentu yang dianggap mengganggu keselamatan. Ada juga peraturan tentang perlindungan terhadap ayakashi yang 'terancam punah'.
Klan keluarga Mafu merupakan salah satu klan pembasmi ayakashi terkuat. Sejak turun temurun leluhurnya mempelajari tentang yin dan yang. Mengurus roh jahat yang menghantui masyarakat, menyegel ayakashi tertentu, juga mengadakan misi 'melindungi' populasi ayakashi tertentu yang ditetapkan terancam punah oleh peraturan pemerintah.
Biasaya, seorang yang memiliki kemampuan seperti pembasmi ayakashi memiliki semacam kekkai* yang menjaga dirinya dari makhluk yang punya niat jahat merasuki atau mencelakai orang tersebut. Tetapi Mafu berbeda...
Note: *kekkai = pelindung. Biasanya digunakan agar tubuh tidak dirasuki oleh youkai.
Terlalu asyik melamun, ia tak sadar beberapa orang pria berpenampilan berandal berdiri di sekitar tempat ia duduk. Keringat dingin menuruni pelipis Mafu, ia baru sadar hanya dirinya seorang dan pria-pria ini dalam gerbong itu.
Pikirannya semakin tidak tenang, apalagi ketika orang-orang itu kini semakin mendekatinya, mengepungnya. Tubuhnya gemetaran. Ia ingin berteriak minta tolong,tetapi ia yakin usaha itu bakal sia-sia saja.
"Hei, Nona cantik... mau bermain dengan kami?" goda salah seorang berandalan itu. Mafu berusaha terlihat biasa saja. Tetapi nahas, kakinya tak mau berhenti gemetar. Hanya sukses membuat berandalan itu semakin tergoda untuk mengganggunya.
Mafu hampir saja ditarik paksa jika saja sebuah suara tak menginterupsi mereka.
"Oi, lepaskan tangannya dasar kalian om-om mesum!"
Semuanya menoleh ke arah sumber suara, tak terkecuali Mafu. Seorang pemuda kelam berdiri menatap mereka dengan airmuka datar. Kedua tangan dimasukkan ke kantung jaket. Rambut ikalnya berwarna hitam kebiruan dan ia mengenakan jaket hitam panjang menjuntai hingga sebatas lutut. Meski berwajah datar, sorot matanya tajam, berwarna biru gelap. Mata itu tampak seperti berpendar ketika kereta masuk ke terowongan.
"Hah? Lu siapa? Berani-beraninya nggangguin kami! Cari mati, lu?" seorang berandalan itu mendekatinya sambil menarik kerah jaket pemuda itu. Pemuda bermata biru itu melemparkan tatapan tajam yang nyalang, lantas membuat orang itu refleks menjauh darinya dengan perasaan takut.
Pada akhirnya setelah melihat rekannya kicep, mereka langsung pergi dari hadapan Mafu dan pemuda itu. Mafu menghela napas lega, ia menoleh menatap pemuda yang baru menolongnya. "A-anu... terimakasih, ya."
Pemuda tadi berbalik, bersiap meninggalkan Mafu. "Lain kali hati-hatilah!" pesannya dingin sebelum benar-benar berjalan pergi meninggalkan Mafu.
***
"Lho, kamu kembali sendirian, Soraru?" seorang pemuda tinggi berambut coklat bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer. "Mana adikku?"
Pemuda raven berjaket kelam itu mendengus kesal, "Sudah kucari kemana-mana tapi tidak menemukannya. Kau yakin dia tak ketinggalan kereta?"
Tiba-tiba ponsel pemuda coklat itu berdering. Ia segera mengecek pesan yang baru masuk itu.
Mafu
Luz-Nii, aku tidak bertemu orang yang kau bilang akan menjemputku.
Pemuda bersurai coklat bernama Luz itu segera membalas pesan dari adiknya.
Luz
Kau sudah di kereta?
Mafu
Sudah
Luz
Ya sudah, nanti kujemput.
Luz menghela napas. Ingin ia merutuki bocah raven itu yang tidak melakukan tugasnya dengan baik. Penyakit 'malas' dan 'penghematan energi' itu memang sudah menjadi titel yang lumrah disandang Soraru sejak lama.
Luz kemudian bangkit, mengambil jaketnya, lalu bersiap di pintu depan. "Pokoknya, sekarang aku mau jemput adikku dulu. Kau jaga rumah baik-baik! Oke?" pamitnya.
Soraru berdecak kesal, "Sifatmu itu benar-benar mirip sekali dengan Neru-san!" pintu terbuka, Luz sudah mengenakan sepatu dan syalnya, "Ya iyalah, dia 'kan kakakku. Sudahlah, aku tak mau buang waktu. Pokoknya, jaga rumah!"
"Aku mau tidur," balas Soraru datar. Luz segera membalas, "TERSERAH!"
Blam!
Soraru diam sejenak di tempatnya, kemudian pemuda itu masuk ke dalam sebuah kamar dan menutup pintunya rapat-rapat.
Mobil Luz melaju dengan kecepatan konstan di jalan yang sepi. Maklumlah ini sudah lewat pukul sepuluh malam. Sembari menyetir, pemuda itu merenung sendiri, membuka lagi tirai masa lalunya.
"Luz, ini Soraru, dia satu-satunya yang masih tersisa," pemuda bersurai coklat yang berusia lebih tua itu menepuk pelan punggung bocah bersurai raven yang masih tak sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit.
Luz menunduk, "Gara-gara aku, kan? Mereka semua jadi tidak selamat? Gara-gara aku anak itu kehilangan keluarga dan teamn-temannya. Neru-aniki, aku ngga bisa diandalkan, kan? Aku hanya memperlambat kalian. Kalau malam tadi aku ngga ikut, pasti..."
Rambutnya serasa dibelai. Luz kini mendongak, menatap sang kakak. "Jangan berkata begitu, kau sudah melakukan yang terbaik. Kamu masih tahap awal latihan, kan? Jadi wajar saja. Lagipula kalau bukan karena kamu, aku tidak mungkin menemukan anak ini."
Luz tersenyum kecil. Cahaya pada matanya yang semula redup kini mulai cerah kembali. "Aku janji, aku bakal melindungi Soraru. Aku juga akan melindungi Aniki! Pasti!" tekadnya mantap.
Sosok di hadapannya kembali tersenyum, "Luz, kamu hebat, kamu kuat."
Luz memijat jembatan hidungnya, pening. Lampu merah di hadapannya tak kunjung berubah hijau juga. Menghela napas dalam, kemudian maniknya menerawang.
Pada akhirnya aku tidak bisa menyelamatkan siapapun, Aniki. Baik Soraru maupun kau.
-
-
-
Gadis bersurai putih itu menunggu di pintu masuk stasiun. Penglihatannya menangkap mobil hitam yang melaju kemudian berhenti di hadapannya. Kaca mobil itu terbuka perlahan, menampakkan sang kakak yang duduk di kursi pengemudi.
"Kau lama!" gerutu Mafu sambil berkacak pinggang. Luz mendengus kesal, "Berisik! Sekarang cepat naik!" Mafu menurut meskipun masih bersungut-sungut. Ia segera membuka pintu dan duduk di jok belakang. Setelah itu, mobil kembali melaju.
Tadinya suasana hening, hingga Luz membuka pembicaraan. "Mulai besok kamu akan langsung masuk ke sekolah. Tahun ajaran kedua, kan?" Mafu membalasnya dengan anggukan.
"Kalau begitu kau sebaya dengan Soraru," balas Luz tanpa menoleh. Mafu agak tersentak, "Soraru itu... maksudmu... yang itu? Yang dibicarakan Ayah?" Luz mengangguk. "Dia pasti sudah tidur sekarang. Dasar! Tadinya dia kusuruh menjemputmu tetapi bilang tidak bertemu denganmu."
Sesampainya di apartemen Luz, gadis itu segera masuk ke kamar yang sudah disiapkan Luz untuknya. Persetan dengan beres-beres, saat ini tubuhnya lelah sekali. Ia langsung ambruk ke tempat tidur dan terlelap, menanti hari esok.
***
Huah... Ini juga kelar...
Maaf bila ada yg bikin ngga mudeng, njelimet, atau sejenisnya, yaa... Mungkin juga penempatan istilah di sini agak kurang pas. Karena memang versi cerita ini.
Nah, ke depannya juga sama. Bakal banyak hal-hal berbau hal tak kasat mata atau berkaitan dengan hal mistis.
Makasih banyak yg udah berbaik hati mau vote, coment, dan baca cerita ini. Kafka seneng.... Banget!
See ya!! 😊
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro