Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Nine

Mafu sering merasa kesal pada Soraru. Mengapa pemuda itu bisa dengan enaknya tidur di setiap waktu? Bahkan pada saat pelajaran oleh guru paling killer seantero sekolah. Kembali mendengus, kini gadis itu mengetuk-ngetuk kepala Soraru dengan telunjuknya.

"Soraru-san, selanjutnya pelajaran Shima-sensei, loh! Jangan sampai tidur!"

Sebenarnya guru bernama Shima-sensei ini tidak galak, tetapi kebiasaannya meledek secara terselubung dan memberi tugas aneh-aneh pada siswa yang tidak tertib di kelas cukup membuat siapapun merinding.

Seperti bermuka dua. Shima-sensei selalu tersenyum bahkan ketika 'menegur' siswanya yang tidak tertib. Berasa pingin nampol tapi dia lebih tua. Harus hormat.

Soraru hanya menanggapi dengan melenguh pelan. Ditepisnya tangan Mafu lalu dibenamkan wajahnya semakin dalam pada lipatan tangannya.

Mafu hanya bisa menghela napas pasrah. Baiklah, setidaknya ia sudah mencoba. Bukan urusannya nanti jika Soraru harus begadang membuat tugas aneh dari Shima-sensei.

Tak lama pintu kelas terbuka. Seorang laki-laki dengan tahilalat di bawah matanya memasuki ruang kelas. Anak-anak berdiri dan menyalami sang guru. Pelajaran dimulai.

Tadinya memang begitu, jika saja indera penglihatan sang guru tidak menangkap sosok Soraru yang masih asyik terlelap. Shima-sensei berdehem sekali. Semua anak meneteskan keringat dingin.

"Sepertinya ada anak yang baru saja bertransformasi menjadi seekor koala di sini..." baiklah, guru itu memulai aksinya.

Semua mata tertuju pada bangku di belakang Mafu. Soraru masih tak bergeming. Bahkan ketika Shima-sensei berjalan mendekatinya, ia seperti sudah tak bernyawa.

Shima-sensei tersenyum sendiri, setelah itu ia menghentakkan kakinya ke lantai. Secara ajaib Soraru seperti terlempar ke atas. Untung saja ia kembali memijak tanah dengan selamat. Mafu terlonjak kaget, begitu juga dengan murid-murid yang lain.

Soraru membuka matanya perlahan. Mengerjap beberapa kali, kemudian menatap mata Shima-sensei sayu.

"Kau tidak tidur semalaman?" tanya Shima-sensei. Hanya hening yang menyelimuti sebelum Soraru mengangguk pelan dengan ekspresi bodoh.

Senyum simpul menghiasi bibir sang guru. Bagi Mafu itu sebuah pertanda buruk. "Baiklah, kau bisa lanjutkan tidurmu---"

Oh? Tumben baik

"--- Di depan kelas. Sekarang berdiri di depan sambil mengangkat satu kakimu, oke?"

Oh, ternyata kalimatnya belum selesai.

Dengan polosnya Soraru mengangguk. Sepertinya dia masih setengah sadar. Dengan polos pemuda itu maju ke depan kelas lalu berdiri sambil mengangkat satu kakinya, masih mengantuk.

Shima-sensei menggelengkan kepalanya. Setelah itu beliau kembali ke depan papan tulis. "Yasudah kita biarkan saja dia. Sekarang kita mulai pelajarannya."

Dan sepanjang pelajaran, Soraru benar-benar tidur sambil berdiri di depan mengangkat satu kakinya.

-

-

-

Waktu istirahat tiba. Tiga orang itu kini berkumpul bersama di kantin sekolah.

"Nee, Ama-chan," panggil Mafu. Yang dipanggil menoleh, masih dengan roti melon bertengger di mulutnya.

Setelah mendapatkan sinyal bahwa Ama siap mendengarkan, Mafu melanjutkan kalimatnya, "Apa menurutmu Shima-sensei aneh?" tanya Mafu.

Amatsuki mengernyitkan dahi, "Aneh? Aneh apanya?"

Kali ini Mafu mengubah posisinya menghadap Amatsuki. "Habisnya, tadi ketika membangunkan Soraru-san beliau bisa melakukan hal itu. Itu aneh, kan?" terang Mafu.

Amatsuki menelan potongan roti melon yang sejak tadi ia kunyah. Kemudian gadis itu tertawa. "Iya, kau sepertinya belum tahu. Shima-sensei itu seorang onmyouji juga. Luz-sama sering bekerja sama dengan beliau..."

Mafu ber-oh ria. Ia tak mengetahui hal itu. Ternyata ada juga guru yang merupakan seorang onmyouji?

"Apa Shima-sensei tahu kalau Soraru-san adalah nighthawk?" Mafu kembali bertanya sambil melirik Soraru yang hendak melahap makanannya tanpa minat. Pemuda itu menghentikan kegiatannya.

"Hah? Beliau tahu, kok," jawab Soraru sekenanya. Mafu terbelalak, "Hee?? Jadi beliau tahu?"

Tak mau ambil pusing, Soraru hanya mengedikkan bahunya lalu lanjut menyantap makanannya. Ama menatap laki-laki itu datar sebelum memilih untuk mengabaikannya dan bicara dengan Mafu.

"Tenang saja. Shima-sensei merupakan seorang pakar makhluk mitologi. Ia juga menjaga kawasan hutan lindung berisi youkai yang hampir punah. Perlu kau tahu, Soraru rajin memeriksakan kesehatannya di klinik Shima-sensei. Tempatnya tak jauh dari rumah, kok!"

"Wah, jadi Soraru-san juga rajin kontrol kesehatan?" sambar Mafu tak percaya. "Tentu saja. Kau pikir aku dalam keadaan sehat? Aku harus sering kontrol dan minum obat karena kejadian yang pernah aku alami dulu. Lagipula fasilitas yang dimiliki Shima-sensei itu sangat lengkap." Soraru menukas.

Mafu mengangguk paham. Ia tahu, fasilitas yang dibutuhkan makhluk mitologi yang sudah terancam punah belum tentu ada di klinik biasa. Mereka butuh semacam penanganan khusus.

"Petang nanti Soraru ada jadwal kontrol. Kau mau ikut dengan kami, Mafu?" tawar Amatsuki beberapa saat kemudian. Mata Mafu berbinar dan ia mengangguk.

"Un! Aku mau ikut!"

***

Rumah bercat putih keabu-abuan itu berdiri dekat dengan kawasan hutan lindung. Bahkan batas pagar belakangnya sudah masuk ke kawasan hutan lindung itu.

Luz yang memimpin jalan menekan bel sekali. Terdengar jawaban dari dalam. Tak lama setelahnya pintu depan itu terbuka, menampakkan sang dokter yang menyambut mereka dengan senyum hangat.

"Oh, akhirnya kalian datang juga..." sapa Shima-sensei sambil berkacak pinggang. Beliau mempersilakan mereka masuk, setelah itu pintu kembali ditutup.

Mereka diantar ke sebuah ruangan yang bernuansa putih. Luz, Kashitaro, Amatsuki, dan Mafu duduk di sebaris kursi dekat pintu masuk. Sementara itu Shima-sensei meminta Soraru berbaring diatas sebuah tempat tidur.

"Aku tahu nighthawk itu nokturnal, tetapi bukan berarti kau boleh tidur di kelasku, Soraru-kun..." masih sempatnya guru itu mengomel. Soraru menghela napas. Sebelum berbaring, ia melepaskan baju atasannya terlebih dahulu.

Shima-sensei mulai bekerja. Dengan alat-alat khusus ia memeriksa setiap inci bagian tubuh Soraru. "Kau tak memakai darahmu untuk melakukan hal aneh lagi kan minggu ini?" tanya beliau penuh selidik.

Soraru tetap kalem, "Entahlah, aku tak yakin..."

"Dasar bandel," cibir Shima-sensei sambil tetap fokus pada pekerjaannya.

Selesai pemeriksaan, Shima duduk di meja kerjanya tak jauh dari tempat tidur. Orang itu mengambil kacamatanya, menyeret pensil serta bolpoin kemudian mulai menulis sesuatu. Soraru duduk lalu mengenakan pakaiannya.

"Hmm... sejauh ini semua baik. Tak perlu khawatir, tak ada tambahan obat khusus untuk kali ini. Tapi saranku lain kali berhati-hatilah apalagi dalam menggunakan darahmu. Tak sedikit youkai yang bisa mengendus baunya dari jarak jauh." Papar Shima tanpa mengalihkan fokusnya.

Tiba-tiba pintu diketuk. Shima lantas memperbolehkan orang di luar sana untuk masuk. Jadi masuklah ia, yang mengetuk pintu itu. Seorang pemuda bersurai cokelat dengan mata kehijauan. Soraru terbelalak.

"Lho, kau kan... Urata-san? Sedang apa kau di sini?" kata Soraru. Pemuda itu menoleh lalu tersenyum ramah, "Oh, Soraru-san? Kau juga di sini?"

Shima tertawa mendengarnya. "Ah, Soraru-kun mungkin kau belum tahu. Perkenalkan dia adalah shikigami-ku, namanya Urata. Dia adalah Tanuki*"

Note: tanuki ialah youkai berwujud anjing rakun (Rakun dalam bahasa Jepang disebut tanuki). Sering disebut juga bakedanuki, mujina, atau mami di beberapa daerah. Tanuki mirip dengan kitsune dalam kemampuan luar biasa mereka untuk mengubah bentuk. Tanuki memiliki sifat riang dan agak usil pada manusia. Karena itu ada istilah 'tipuan rubah' yang mengacu pada kitsune dan juga tanuki.

Oh, jadi begitu. Urata adalah tanuki yang menjadi shikigami milik Shima.

"Bagaimana kalau kita minum teh dulu? Senra-san sudah membuatkan teh untuk kalian semua," tawar Urata dengan riang.

Mereka semua berkumpul di ruang tengah. Ada meja yang sudah lengkap dengan berbagai macam makanan di sana. Mereka duduk melingkar. Tak lama, seorang wanita berambut pirang dengan pakaian tradisional datang membawakan beberapa cangkir teh.

"Seperti biasa istrimu baik," kata Luz sembari menerima cangkir dari wanita itu. "Hentikan itu, kau selalu saja menggodaku," gerutu Shima. Wanita tadi meletakkan cangkir terakhir di hadapan Shima, kemudian berlalu ke dapur.

Mereka mulai menyantap suguhan yang ada. Di tengah acara itu, pandangan Mafu tak sengaja menangkap sosok yang berjalan terlihat dari ambang pintu. Gadis itu jadi penasaran dibuatnya. Segeralah ia pamit undur diri sejenak.

Langkah terus menuntunnya meski ia tak tahu kemana orang tadi pergi. Sampailah ia di sebuah pintu yang sepertinya mengarah ke halaman samping.

Dibukanya pintu itu. Tampak halaman luas ditumbuhi tanaman mawar kuning. Tumbuhan itu begitu lebat tumbuh hingga membentuk hamparan semak mawar. Angin berhembus sejuk membuat rambut putih Mafu melambai.

Di tengah hamparan mawar itu, seorang gadis berkuncir dua berdiri membelakanginya. Terdengar ia tengah bersenandung. Perlahan Mafu mendekat. Setelah jarak mereka tidak begitu jauh, Mafu menyadari sesuatu. Ia merasa familiar dengan wujud itu.

"...Sakatan?" gadis itu memastikan.

Gadis di hadapannya tersentak. Kemudian perlahan berbalik menatap orang yang memanggilnya. Mafu semakin yakin. Surai merah itu tak mungkin menipunya.

Mata gadis itu berkaca-kaca. Ia sungguh tak percaya, ternyata benar itu sosok yang ia kenal. Sementara gadis bernama Sakata itu terbelalak, ia juga kaget mendapati Mafu di sana.

"Mafu...chan?"

Angin hutan berhembus pelan, menerpa keduanya yang sama-sama terdiam.

***

Wah, Sa... Ngapain lu di situ? Aduh... Bukan maling kan?  /plak!

Hohoho... Sepertinya ada semacam reuni di sini. Geheh! Baiklah, kita sambung saja di chapter selanjutnya!

Byebye!!! 👋👋👋

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro