Bab 4
Selamat Membaca
Bohong jika Kristal mengatakan, kalau dirinya tidak merasa gugup. Meski dalam kegelapan ruangan, yang tidak memberi akses indera penglihatan Kristal untuk bisa melihat wajah Juna dengan jelas. Tapi, Kristal bisa merasakan, kalau Juna bukanlah pria dengan wajah buruk rupa. Hal itu bisa diyakinkan, dengan ujung hidung mancung Juna yang menyentuh ujung hidung Kristal.
Hembusan - hembusan hangat yang tidak pernah Kristal rasakan, kini entah sejak kapan hembusan hangat dari napas Juna mulai menerpa wajah Kristal. Menarik pikiran logis wanita itu, untuk mulai terbuai dengan rayuan pria itu. Oh apa itu sudah bisa disebut dengan rayuan? Padahal Juna saja belum mengatakan apa pun.
"Tatap mataku, istriku. Apa kau tidak ingin melihat wajah suamimu ini?" lirih Juna, dengan suara berat namun juga serak.
Dada Kristal berdesir tatkala mendengar pria di hadapannya, memanggilnya istri. Sampai tanpa bisa dicegah, mata gelap yang begitu dipuja oleh Juna itu, perlahan mulai menatap ke arah sepasang mata emas milik Juna. Sorot mata yang begitu tajam, yang menghipnotis Kristal untuk fokus pada Juna.
Dua orang itu, saling bertatapan, menyelami keindahan masing - masing warna mata lawannya. Kristal baru tau, kalau menatap mata seorang pria, bisa membuat dia berani untuk mengikis jarak di antara wajah mereka. Bahkan, Kristal sampai tidak menyadari, kalau bibir merah yang dihasilkan dari lipstik Yves Saint Laurent itu, sudah bersentuhan dengan bibir dingin Juna.
CUP.
Hanya kecupan saja, demi tuhan ini hanya kulit bibir yang bertemu dengan kulit bibir lain. Tapi kenapa bisa disetiap aliran darah dalam diri Kristal, seperti berdesir menciptakan gejolak yang belum pernah sekalipun wanita itu rasakan. Dan memang benar, ini adalah kecupan pertama bagi Kristal.
Namun, meskipun ini adalah pertama kalinya. Kristal merasa seperti menjadi wanita serakah, yang memilih untuk membuka mulut kecilnya, meraup habis bibir dingin Juna yang masih tertutup, ingin tau hal apa yang akan dia rasakan berikutnya. Sampai ketika lidah polosnya, tanpa sengaja bertemu dengan lidah milik Juna.
Hambar?
Apa ini adalah rasa pertama, yang akan dirasakan oleh orang yang pertama kali melakukan ciuman?
Saat pikiran Kristal masih menjadi jawaban atas pertanyaa, yang tiba - tiba mengganggu kegiatan mereka. Juna seperti tidak sabar dengan apa yang mereka lakukan, hingga dia pun memilih untuk memainkan lidah kejamnya, menarik lidah Kristal dalam gerakan tarian yang begitu intens.
Dua orang yang baru bertemu beberapa menit ini, terus saja membiarkan lidah mereka bersatu, mengirim cairan saliva mereka untuk bertukar singgasana, terus mengalir melewati kerongkongan mereka, mengusir rasa dahaga yang mengganggu. Bersamaan dengan itu, kedua tangan Kristal mengalung pada leher kokoh Juna, menarik pria itu agar semakin memperdalam ciuman mereka.
Meski ini bukan ciuman pertama bagi Juna, tapi pria itu merasa semakin kurang dan kurang. Pria itu menginginkan lebih dari sekedar ciuman ini, sampai tangannya merayap ke arah punggung Kristal, menarik resleting gaun putih gading yang sialannya masih Kristal gunakan. Jari tengah Juna menyusup menyentuh kulit mulus Kristal, bersamaan dengan resleting yang terus turun.
Ahhh.
Desahan itu muluncur begitu saja,bersamaan dengan tubuh Kristal yang terangkat dalam gendongan tangan kokoh Juna. Secara otomatis, kedua tangan Kristal langsung mengeratkan pengganggannya pada leher Juna.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Kristal.
"Membawa pengantinku ke atas ranjang kita," jawab Juna santai.
"Kita?"
"Iya. Aku dan kamu, sayang," ucap Juna.
Tepat setelah mengatakan itu, Kristal menarik wajah Juna, membawa pria itu dalam ciuman yang lebih dalam. Berbeda dari sebelumnya yang terasa kaku, kali ini Kristal seperti sudah berhasil mempelajari pengalaman pertamanya. Wanita itu membiarkan lidah mereka kembali bersatu dalam tarian yang begitu intens.
Juna yang merasakan itu, ketika sampai di atas ranjang mereka. Tubuh Kristal di rebahkan tempat nyaman itu, tanpa melepas ciuman di antara mereka. Kemudian, tangan besar pria itu menarik gaun putih yang sudah longgar. Hal itu membuat tangan Juna bisa menemukan sepasang gundukan yang padat dan juga berisi. Hingga membuat Juna langsung meremasnya.
Ahhh.
Lagi. Kristal tidak bisa menahan desahan miliknya, ketika tangan Juna dengan nakalnya meremas gundukan sepasang gundukan miliknya. Bukan hanya itu saja, bahkan Kristal bisa merasakan puncuk miliknya diapit dengan jari telunjuk dan jari jempol pria itu, dan kemudian ditariknya.
Pikiran Kristal merasa kosong, dia tidak tau lagi harus bersikap seperti apa. Karena sepertinya, tubuhnya yang seharusnya merasa dingin karena terkena udara dingin AC. Kini justru terasa seperti terbakar, dengan kecupan - kecupan bibir Juna yang menjalar dari leher rapuhnya. Pria itu terus bergerak turun, mengecup setiap titik yang dilaluinya, sampai ....
Ahhh.
Lidah itu. Iya! Lidah kejam milik Juna dengan lancangnya, menjilat gerbang paling luar yang merupakan pintu masuk menuju istana mungil Kristal. Kristal pun mengangkat kepalanya, mencoba melihat wajah Juna yang tersamar dalam kegelapan ruangan.
"Wet, and very taste, Luv," puji Juna.
Hah? Taste?
"Jangan bilang seperti itu, Sir. Dan jauhkan wajahmu dari sana," pinta Kristal yang malu dengan posisi ini.
"Kenapa? It's look beautiful, Luv. Kamu harus melihatnya nanti, betapa indah istanamu ini," ucap Juna, yang sekali lagi semakin membuat Kristal merasa malu.
Melihat Kristal yang tidak berani menatap balas pada Juna, sudah Juna pastikan kalau pengantin kecilnya ini sedang merasa malu. Benar - benar virgin yang sangat Juna cari. Pria itu bergerak menjauhi Kristal, menurunkan celana hitamnya, dan melemparnya ke sembarang arah.
Kristal yang melihat celana terlempar ke lantai, wajahnya mulai bergerak menatap ke arah Juna. Dia penasaran dengan ukuran milik pria yang akan segera mendobrak gerbang rapat miliknya. Tapi, Juna seperti tidak mengetahui rencana Kristal, karena wajah pria itu sudah berada di depan wajah Kristal, membuat Kristal tidak bisa melihat ukuran kebanggaan seorang pria milik Juna.
"Jangan mencoba melihatnya, sayang. Karena aku tidak mau kau kabur sekarang," ungkap Juna.
"Kab-- ahhh,"
Bagian bawah Kristal yang disentuh dengan sesuatu yang begitu membara itu, membuat Kristal menarik leher Juna, dan menyelamkan lidahnya ke dalam mulut Juna. Juna sendiri masih membiarkan kebanggaan seorang pria yang dia miliki, sengaja dia gesekkan lebih dulu pada gerbang paling luar milik Kristal.
Di setiap gerakan naik turun itu, semakin lama semakin membuat istana mungil Kristal semakin lembab, dan sangat basah. Tentu saja hal itu, seharusnya membuat Kristal merasa risih, tapi anehnya justru Kristal seperti kecanduan. Kristal menginginkan lebih, bukan hanya gesekan yang membuat pikirannya semakin kacau seperti ini.
"Emmh, rasanya aneh, Sir."
"Aneh seperti apa?"
"Rasanya aku ingin menggaruk bagian bawahku, ini benar - benar tidak nyaman," racau Kristal.
Ucapan itu, tentu saja membuat Juna tau, kalau milik Kristal akan segera keluar. Dan sudah saatnya, Juna memasukkan kebanggaan seorang pria miliknya ke dalam istana milik Kristal. Tepat setelah itu, ujung kebanggaan itu menyentuh gerbang istana Kristal, dan...
EEERRRGGGG
Bersambung.
Btw. Siapa tuhhh mengerang???
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro