10
Di sisi lain, suara motor sport itu memasuki area perumahan. Ia berhenti dan masuk ke tempat yang bertuliskan ‘Klinik Kesehatan Umum’. Tempat yang cukup gelap setelah matahari terbenam.
Ana meletakkan motornya di garasi. Melepas helm serta jaket dan menaruhnya di atas motor, kemudian masuk. Ia melewati ruang tunggu klinik, berjalan dengan lurus, sambil berbelok ke lorong sebelah kanan.
Tempat ini pada hari Sabtu dan Minggu akan tutup, karena itu Ana melakukan tugas lapang walau biasanya Dika atau Dyakso yang bertugas. Tetapi karena keadaan yang di luar menjadi terlihat brutal, Ana diturunkan ke lapangan agar tidak terbuka kedok yang ada di tempat ini.
Dia pun mengetuk pintu ruangan dokter.
“Masuk,” kata seseorang yang ada di dalam ruangan itu. Ana pun masuk, seperti biasa, tempat tersebut gelap dan suram.
“Pak, sudah saya bilang. Jangan gelap-gelap. Akan tidak baik untuk kesehatan Bapak.” Ana mengomel dari pintu masuk. Dia berjalan menuju saklar lampu yang berada empat langkah di sebelah kanan.
“Stop!” seru laki-laki itu, “Dika sudah menghubungimu?” tanyanya.
Ana berhenti, tangannya sudah memegang saklar tersebut tapi belum ditekan. “Belum, sama sekali belum,” jawabnya, “Kakak anda di mana? Katanya dia sedang menungguku.”
“Sebentar lagi juga datang,” jawab laki-laki botak itu.
Ana pun menekan saklar tersebut dan cahaya pun muncul dari lampu yang ada di langit-langit.
“Aargh! Ana!” keluhnya. Kepala botaknya bersinar sangat terang. Badannya yang jangkung dan duduk jongkok di kursi menjadi lebih menciut. Mata panda yang mulai melebar dari hari ke hari.
“Nanti kalau kakak anda datang dan berbentuk seperti itu, dia akan marah besar, Pak,” kata Ana.
Dia tidak menghiraukan saran dari Ana. Dia masih berada pada singgahsana. Bermain dengan kucingnya.
Lalu, suara mobil pun mendekat dan tiba di depan klinik. Pria botak itu bingung dan kalang kabut dari tempatnya. Mengganti pakaiannya dan mencuci muka.
Seseorang menggunakan kemeja merah, celana kain hitam, dan tas jinjing berisikan laptop itu keluar dari mobilnya. Menutup dan mengunci gerbang klinik, lalu ia masuk ke klinik yang tutup itu. Dia berhenti sejenak di depan pintu dan melihat motor sport di garasi.
“Hoo, sepertinya dia sudah sampai,” kata laki-laki gundul itu. Dia pun membuka pintu klinik depan dan masuk. Saat memasuki klinik itu terlihat kenyamanan kursi tunggu yang berjejer rapi dan aroma wewangian melati di ruangan pertama setelah membuka pintu. Tanaman hijau pun menghiasi sekeliling pojok-pojok tempat.
Laki-laki jangkung itu langsung lurus dan belok ke kanan di lorong kecil. Lalu membuka pintu ruangan.
Ana yang melihat kehadiran orang itu langsung menyambutnya. “Selamat datang, Pak.”
Orang tersebut membalas dengan melambaikan tangannya. “Mana Mulry?” tanyanya pada Ana. Dia berjalan ke tempat duduk yang tadi digunakan oleh Mulry.
“Di kamar mandi, Pak,” jawabnya. Lalu Ana teringat pesan master tadi waktu di telepon. “Oh, iya pak. Master Dyaksoo tadi bilang, Bapak menunggu laporan dariku?” tanyanya. Ia mencari kursi untuk duduk.
Pria bergundul itu melepas kacamata bulatnya. Dia membersihkan kacamata itu dengan pembersih lensa. Berulang kali dia menghembuskan napas besar. Ana juga hanya duduk di sana tidak berani mengucap satu kata pun.
“Maaf sudah merepotkanmu untuk turun lapang. Seharusnya sudah jadi tugas Dika dan Dyaksoo, tapi,” dia meletakkan kembali kacamata yang sudah bersih itu, “Dika sepertinya ingin kabur dari keputusan yang sudah dia buat sendiri,” lanjutnya.
Ana menutup mulutnya. Ia menampakkan wajah terkejut bercampur kebingungan. “Dia mengungkap sedikit informasi kita pada kepolisian,” katanya.
“Sedikit informasi?” tanya Ana kebingungan.
“Ya, kamu masih ingat sama Agen Clown?”
Ana mengangguk.
“Bukankah Dyaksoo yang membunuhnya?”
Ana menganggukkan kepalanya sekali lagi.
“Sebelum dia membunuh agen itu, Dyaksoo menelepon Dika untuk membantunya membunuh agen Clown yang memiliki informasi saat agen itu kembali ke markasnya. Tapi, ternyata Dyaksoo sendiri mampu membunuh agen dengan tangannya sendiri sebelum ia kembali,” jelasnya.
“Lalu bagaimana Dika mengungkap sedikit informasi yang anda maksud, Pak?” tanya Ana, ia semakin bingung.
“Seluruh orang yang menggunakan aplikasi Melty, microphone milik mereka akan otomatis menyala. Yang terpenting ponsel milik mereka juga menyala dan dekat dengan pemiliknya,” ungkapnya. Dia mengambil laptop yang ada di tas jinjing miliknya.
“Dalam percakapan selama itu, aku mendengar Dyaksoo telah membunuh agen itu terlebih dahulu sambil kegirangan. Lalu, beberapa menit kemudian, Dika membuat sebuah kode palsu yang ia buat sendiri dan melaporkannya pada detektif-detektif itu,” katanya. Dia log in pada laptopnya itu dan membuka sebuah software aplikasi Melty Controller.
Melty Controller adalah perangkat lunak yang digunakan untuk mengakses dan mengontrol seluruh tindakan-tindakan seseorang melalui lagu. Selain itu, Melty Controller sendiri juga merekam seluruh percakapan melalui ponsel mereka yang memiliki aplikasi Melty. Jutaan manusia sudah terdaftar melalui aplikasi itu dan ratusan tersebut sudah mulai terbunuh dari berbagai tempat karena menggunakan aplikasi itu.
Seseorang pun keluar dari kamar mandi kantor konsultasi itu. Laki-laki yang di depan laptop itu menghela napas berulang kali lagi. “Mulry. Mulry. Sudah aku bilang, jangan pernah keluar dari kandangmu! Lihat apa yang kau perbuat sekarang?!” Amukannya sangat berontak. Urat-urat itu muncul dari kulitnya yang tipis.
Mulry yang tidak tahu apapun itu hanya berdiam diri. Ia juga hanya mengucapkan, “Maaf, kak Jyana.”
“Rencanaku mulai berantakan. Sepertinya detektif-detektif itu akan mulai mencarimu. Duduk diam dan tak usah banyak bicara jika memang mereka mencarimu. Lakukan seperti biasanya,” ketus Jyana pada adiknya. Ana tak bisa ikut campur dalam urusan keluarga itu.
“Lalu, bagaimana keadaan CV Melodia TechApp?” Ana mencoba mengalihkan perhatian agar ia tidak mengikuti pertengkaran keluarga itu.
“Setelah perilisan itu, hanya aku yang mengontrol semua kendali. Orang-orang yang pernah menjadi partisipasi sudah lepas dari CV itu. Miji, Maria, dan yang lainya mulai menyusul satu per satu, hahaha,” Jyana tertawa dengan sangat keras. Suaranya menyeluruh di dalam ruangan.
“Dunia semakin penuh sesak dengan keberadaan mereka, aku akan membantu mereka agar tidak merusak tatanan kehidupan,” kata Jyana yang mulai asyik melihat-lihat Melty Controller.
***
Tengah malam sudah menyapa, Sammy memasuki kantor polisi itu melalui pintu belakang. Ia sudah menghafal lokasi cctv yang ada di kantor polisi, dia pun melewati ruangan demi ruangan dengan mulus. Pintu timur masih tertutup rapat, dan dua polisi masih aktif menjaga kantor. Satu berada fokus di depan layar administrasi dan satunya duduk di kursi tunggu.
Posisi mereka lumayan jauh dari Sammy, beberapa sekat meja yang lumayan. Sammy berjalan jinjit supaya tidak membuat gaduh setempat.
“Loh? Sammy?” Suara seorang perempuan mengalihkan perhatiannya. Sammy mengenal suara itu. Dia yang berjalan pun menghentikan langkah dan membetulkan posisi badannya.
“Oh, hai, Ocha.” Sammy membalasnya dan membalikkan badannya pada Ocha yang ada di belakangnya. “Habis dari mana?” tanyanya.
“Oh,”-Ocha menodongkan secangkir kopi padanya- “dari dapur, bikin kopi. Kamu sendiri ngapain di sini?” Ocha balas bertanya. Dia tidak menaruh curiga pada Ren, tetapi pandangannya itu menyorot penuh rasa penasaran.
“Aku disuruh Ren buat ke sini, mau cari beberapa file yang ketinggalan,” kata Sammy dengan sangat jelas dalam kepura-puraan.
Ocha menyeduh kopinya, “Oh,” Ocha berjalan menuju ruangan Ren yang beberapa meter dari tempat mereka berdiri. Sammy pun mengikuti langkah Ocha yang juga menuju ke ruangan Ren, dengan pengawasan dari orang-orang yang masih menatapnya.
“Hei-hei, kenapa kalian menatap terus ke kita. Kerja sana!” perintah Ocha pada dua orang yang melihatnya. Mereka pun menuruti kalimat Ocha.
Ocha, salah satu polwan yang berusia 25 tahun, lumayan menarik karena juga masih lajang sudah mendapat brigadir polisi satu. Karena dia yang memiliki jabatan lumayan tinggi itu makannya dia mampu memberi amanah pada kedua orang itu.
Klik!
Suara ruangan di tempat kerja Ren dibuka oleh Ocha. “Sini, masuk,” katanya. Sammy mengikuti perkataannya. Ocha masih berdiri di depan pintu mengikutinya dan duduk di kursi dekat dengan sebelah pintu, sedangkan Sammy menuju ke komputer yang ada di seberang pintu.
“File apa yang kamu cari?” tanya Ocha padanya.
Sammy duduk di kursi depan komputer. Aroma kayu manis yang ada di ruangan tercium oleh mereka berdua. “Dokumen orang yang ada di sini, Ren menyuruhku untuk mencari dan melakukan konfirmasi ke dia,” katanya. Sammy berbohong tentang hal itu dan berperan agar tidak tampak mencurigakan di depan Ocha.
Komputer tersebut dinyalakan oleh Sammy. Melihat Ocha yang berada di balik layar komputer, ia masih duduk manis dan menikmati secangkir kopi miliknya. Layar desktop yang ada pada monitor tersebut kosong. Tidak ada menu start, taskbar, atau satu pun icon di layarnya. Dia lupa menanyakan bagaimana memunculkan seluruh icon yang ada pada komputernya.
Ocha melirik dan melihat wajah Sammy, dia menghembuskan napas pendek.
Sammy mendengar napas itu seolah-olah Ocha sedang mengejeknya.
“Komputer itu terkunci, kamu tidak akan bisa membukanya hanya dengan menyalakannya,” ucap Ocha sambil meletakkan cangkir tersebut di atas meja kecil dengan dengan tempatnya duduk. Dia menapakkan kaki dan mendekatkan diri pada Sammy.
“Aku akan membantumu membuka agar layar tersebut tidak seperti pekarangan kosong. Tapi, beritahu aku dulu, apa yang akan kamu selidiki sendiri tanpa campur tangan Ren?” Ocha menyandarkan tubuhnya di meja komputer itu.
Sammy tidak memiliki pilihan lain selain menggantungkan diri pada Ocha yang saat menawarkan dirinya agar bisa mengakses beberapa informasi data negara. Sammy menceritakan beberapa hal penting saja yang menurutnya cukup untuk membuat Ocha percaya dan mau membantunya.
“Melty kasus yang aku dan Ren tangani, tercampur dengan bau-bau kasus bunuh diri yang terjadi akhir-akhir ini. Melty membuat orang-orang bunuh diri dan melakukan tindak kriminal. Kita belum tahu apa maksud dan tujuan dari mereka. Makanya aku ke sini, ada satu nama yang harus aku selidiki sebelum aku berangkat dan melangkah lebih lanjut.”
Sekali lagi Ocha menghembuskan napas, tetapi dengan nada yang berat. “Heeh, kamu selalu saja mengambil kasus-kasus yang berada di luar kemampuanmu. Kali ini saja aku akan membantumu,” ucapnya sambil mendorong Sammy supaya ia sedikit menjauh dari layar.
Ocha mengetik pada keyboard itu dengan kecepata yang lumayan tinggi. Sammy tidak bisa menangkap apa pun yang ia ketik. Background layar yang biru itu juga tidak menampakkan apa saja yang di ketik oleh Ocha dan ia akhiri dengan enter.
Pekarangan kosong pada layar itu berubah menjadi lahan yang penuh dengan icon.
“Apa Ren akan bertanggung jawab atas keputusanmu ini?” tanya Ocha dengan mundur perlahan. Sammy kembali pada posisi duduk di depan layar. Dia menggelengkan kepalanya.
“Okelah, itu urusan kalian, aku tidak akan berkata apa-apa,” katanya. Ocha pun berjalan dan mengambil cangkirnya lagi. “Carilah info sepuasmu, aku akan mengurus bocah-bocah yang ada di depan itu,”dia berlalu dan keluar dari kantor Ren. Sekarang Sammy sendirian, dia membuka shortcut yang ada pada layarnya bernama ‘country access’.
Sebuah aktivasi berbentuk kolom username dan password muncul. Dia mengingat username milik Ren. Lalu dia menginputnya pada kolom yang kosong.
Username : Agen Taurus
Password : 2918
Saat menekan tombol enter, kata sandi salah. Sammy memiliki dua kali kesempatan lagi untuk login, jika terjadi kesalahan hingga tiga kali berturut-turut. Akan terjadi pelacakan untuk penggunaan username oleh hal yang tidak diinginkan.
Dia mencoba sekali lagi dengan tambahan tulisan.
Password : 29April18Agustus
Kata sandi masih belum cocok. Mencoba merangkai kata sandi yang cocok. Lalu ia teringat ucapan Ren.
‘Tanggal lahirku dan istriku’
Betapa bodohnya Sammy. Dia mengingat saat Sammy masih menjadi detektif magang, Ren menanyakan tanggal dan bulan lahir Sammy, dia tidak mengenakan kata untuk bulan. Ia mengetik lagi angka beserta bulan dengan menggunakan angka.
Password : 29041808
Akun tersebut berhasil terakses oleh Sammy.
___________
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro