Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

09. Yang Baik Hati

Jieun duduk, menatap cokelat panas di dalam mug yang dia biarkan tergeletak setelah diseruput beberapa kali. Sementara ponselnya dibiarkan tergeletak di sisi samping terus saja mengeluarkan bunyi dan getaran dari notifikasi yang beruntun masuk tidak henti sejak dihidupkan setengah jam lalu. Lee Jieun menghela napas, kemudian mengambil benda pipih tersebut dan mulai membukanya, menampilkan ruang obrolan yang beranggotakan teman-teman kantornya yang berisik di sana, membahas semuanya, paling banyak menanyakan kenapa Lee Jieun cuti sampai dua hari dan menghilang tanpa kabar secara tiba-tiba. Belum selesai, kemudian sebuah telepon masuk.

"Ada apa?"

"Astaga anak ini! Akhirnya kau mengangkat teleponku juga bajingan! Ke mana saja, sih, kau, Ji?! Menghilang sok misterius begitu bahkan tidak memberitahuku? Aku pergi ke rumah bibimu tapi kau tidak ada di sana. Ke mana kau sebenarnya, hah?! Hari ini apa kau akan tidak masuk lagi? Bolos?"

Jieun terkekeh di tempatnya. "Tidak, tidak. Aku akan masuk bekerja, kok, hari ini. Tenang saja, aku tidak akan melarikan diri dari negara ini. Tabunganku belum cukup," jawabnya sambil tertawa. Namun, sekilas kemudian tawa itu menghilang dan terganti raut menerawang.

"Yak! Tidak lucu tahu! Di mana kau sekarang biar kujemput?!"

Jieun mengulum bibirnya. Setidaknya, masih ada orang-orang yang peduli padanya di dunia ini, mengkhawatirkannya. Hong Yuchi memang bukan yang sempurna, tapi dalam beberapa hal, bagi Lee Jieun, Hong Yuchi adalah yang terbaik. Sejak mereka berkenalan di bangku sekolah menengah atas, hingga mulai berteman, dan berakhir tidak terpisahkan hingga kini, Yuchi tidak pernah sekali pun meninggalkannya. Bahkan, saat gadis itu mengetahui kejahatan apa yang sudah Jieun lakukan pada Jeon Jungkook dan pergi bersama Min Yoongi, sebelum akhirnya ikut hancur juga karena penghianatan yang sama dengan yang dia lakukan.

Jieun menerima karma begitu cepat. Dia benar-benar merasa hancur dan berdosa di saat bersamaan waktu itu. Namun, meski Yuchi mengetahui bagaimana cerita yang sesungguhnya, gadis itu tidak serta merta menyalahkan Jieun. Dia yang memeluk Jieun di saat Jieun sendiri berpikir jika dia tidak pantas mendapat pelukan atau penghiburan saat itu. Hong Yuchi tetap diam, menenangkan Jieun, dan menemaninya melewati masa terburuk dalam dunia percintaannya tanpa menghakimi Jieun dan mengatakan dengan jelas jika semua ini adalah hasil dari apa yang sudah ia tabur. Alih-alih begitu, Hong Yuchi hanya merangkulnya, menepuki punggungnya lembut sambil mengatakan, "Kita ini cuma manusia, Ji. Tidak bisa dengan tepat memutuskan sesuatu itu benar-benar baik atau buruk. Kita hanya melakukan penilaian dari apa yang kita lihat, lalu simpulkan sendiri. Jadi, wajar jika suatu saat kita melakukan kesalahan. Yang terpenting adalah bagaimana kita melewati semuanya, memperbaikinya, bertahan dan membuktikan pada dunia jika kita akan baik-baik saja. Tidak usah menangisi pria brengsek itu. Kau cantik dan baik, dan kau bisa mendapatkan yang jauh lebih baik."

Lee Jieun terkekeh pelan mengingat saat itu. Satu-satunya orang yang mengatakan jika Jieun adalah orang baik hanya Yuchi padahal Jieun sudah menyelingkuhi pacarnya, kemudian membuangnya dengan jahat.

"Tidak usah, Hong Yuchi. Aku bisa pergi sendiri. Aku tidak mungkin bolos lagi jika tidak ingin dipecat. Bagaimanapun aku masih butuh pekerjaan itu tahu."

Ada suara helaan napas lega di seberang sana. "Sukurlah jika kau masih menyadari seberapa pentingnya uang, Ji. Aku lega," ujar gadis di seberang sana. "Jadi, mengapa kau bolos dua hari ini? Ada sesuatu?"

Jieun hanya diam. Dia tahu mereka akan sampai di titik pembahasan ini sejauh apa pun Jieun mencoba mengalihkannya.

"Ji? Ada apa, sih? Apa ... karena Jeon Jungkook?"

Yuchi jelas satu-satunya yang tahu jika pimpinan divisi mereka yang baru adalah Jeon Jungkook, jadi tidak heran jika sekarang gadis itu menyebut namanya. Meski berat, tapi Jieun tahu dia butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya, jadi dia hanya menghela napas sebelum mengatakan. "Tidak. Bukan hanya dia. Min Yoongi ... dia--kembali."

"APA?!"

Jieun menjauhkan ponselnya ketika suara teriakan keras itu menggema melewati speaker ponsel kecilnya.

"Apa lagi yang diinginkan pria brengsek itu, hah?!" Dari suaranya, Hong Yuchi terdengar sangat marah. "Kenapa pula dia muncul lagi! Yaampun, demi apa aku ingin menghajar pria itu sekarang. Kenapa tidak bilang padaku dari kemarin-kemarin, hah?! Jadi, apa yang dilakukannya padamu, Ji?"

"Dia mengajakku balikan lagi-"

"APA?! WAAH BENAR-BENAR BRENGSEK SATU INI."

Jieun tertawa mendengar serapahan Yuchi. "Tenang saja, Hong. Aku bukan gadis bodoh yang akan termakan bujukannya, kok."

Dan akhirnya pagi buta Jieun berakhir mendengar sumpah serapah Hong Yuchi untuk Min Yoongi. Bahkan, kalau saja Jieun tidak meyakinkan Yuchi, mungkin gadis itu sekarang sudah berada di apartmen Yoongi dan membuat keributan besar. Untunglah Hong Yuchi itu meski bersumbu pendek, tetapi juga mudah ditenangkan asal, iming-imingi dia dengan traktiran makan siang selama sepekan.

Jieun baru saja sampai di lobi kantornya, melewati koridor untuk menuju lift. Namun, seseorang tiba-tiba menghalanginya dengan tangan terbentang lebar. "Pagii! Ah, akhirnya kita bertemu juga. Kau tahu betapa aku tersiksa karena merindukanmu selama dua--nyaris tiga hari tidak bertemu denganmu, Ji?"

Lee Jieun tidak menunggu untuk berpikir, rautnya langsung berubah keruh. Ah, kenapa pula dia harus bertemu Min Yoongi lagi pagi ini padahal dia baru saja menguatkan mental seandainya bertemu Jeon Jungkook nanti. Kenapa Min Yoongi bisa ada di sini lagi, hah?!

"Bisa hentikan? Aku ingin bekerja dengan tenang."

Min Yoongi merengut, kemudian menyipitkan matanya. "Jangan bersikap dingin begitu dong, Ji," katanya, "mau sarapan bersama? Ayo. Aku yang traktir."

Lalu, tanpa permisi tangan pria itu meraih pergelangan tangan Jieun, yang tentu saja secara refleks Jieun langsung menarik tangannya kuat. "KUBILANG JANGAN GANGGU AKU LAGI, SIALAN!" dan tanpa sadar, Jieun membentak Yoongi dengan mata yang menyorot pria itu tajam. "Sudah cukup semuanya, aku tidak ingin ada hubungan apa-apa lagi denganmu. Tidak bisakah kau berpikir jika semua hal yang sudah kau lakukan padaku itu menyakitkan, hah?! Tidakkah kau sadar perbuatanmu di masa lalu itu sangat jahat? Kenapa kau bisa kembali seolah-olah kau tidak pernah melakukan kesalahan. Seolah-olah tidak ada yang terluka karena perbuatanmu. Tolong, Min. Aku hanya ingin hidup dengan damai. Aku tidak ingin lagi merasa bersalah atau merasa sakit hati karenamu lagi. Jadi berhenti menggangguku. Aku tidak mencintaimu, aku membencimu. Sangat."

Dan orang-orang mulai menatap ke arah mereka lagi, mulai berbisik, menatap prihatin, menatap sinis, ada juga yang berdecih jijik kemudian berlalu. Tapi peduli amat. Yang Lee Jieun tahu, dia sudah benar-benar merasa muak dengan hal-hal yang terjadi padanya.

"Ji?" Min Yoongi terdiam di tempatnya, menatap Jieun getir. "Ji, aku ... aku hanya--"

"Hanya apa?! Hanya ingin mengungkit masa lalu menyakitkan, membuatku merasa bersalah pada seseorang, lalu menyesal berkepanjangan?! Aku capek, Min. Aku tidak ingin mengulang semuanya lagi. Jadi ... pergilah."

Min Yoongi tersenyum tipis, kemudian memasukkan tangannya ke dalam saku. "Tidak. Aku tidak akan pergi. Aku akan berjuang sampai kembali ke tempatku semula di hatimu. Aku tahu, kau hanya merasa gengsi untuk mengaku masih mencintaiku. Aku akan menunggu, Ji."

Astaga. Jieun terhenyak di tempat, kebingungan sendiri. Sampai-sampai tidak tahu caranya berpikir. Kenapa, sih, di dunia ini harus ada orang dengan tingkat kepercayadirian setinggi Min Yoongi? Apa Jieun terlalu berbelit-belit saat mengatakan maksudnya tadi atau memang Min Yoongi yang terlalu apatis untuk memahami maksud ucapannya?

"Kau--" Jieun menghela napas, dia bahkan tidak tahu harus mengatakan apalagi.

"Ji, kau tahu, harus berapa kali kubilang? Aku ... mencintaimu. Awalnya aku berniat mencarimu, tapi siapa sangka kantor kita berada di gedung yang sama. Lihat, kita memang ditakdirkan, Ji. Tuhan membukakan jalan, dan semesta mendukung, jadi butuh apalagi untuk dua insan yang saling mencintai agar bersatu?"

Jieun mengusak rambutnya yang sudah susah payah ditatanya sejak pagi itu dengan kasar. Agaknya, lama-lama Jieun memang akan stres bila berada di sini dengan Min Yoongi untuk waktu yang lama. Jieun bahkan sempat heran kenapa dulu ia bisa sebuta itu karena Min Yoongi dan bahkan memilih meninggalkan Jeon Jungkook yang baik hati. Kenapa dia baru bisa menilai Min Yoongi secara objektif saat sekarang? Dan akhirnya, hanya desahan berat yang keluar dari mulutnya menandakan Jieun terlalu lelah untuk melawan. Bahkan jam kerjanya belum dimulai, tetapi dia sudah merasa malas duluan. Memang ... sebaiknya dia bolos saja hari ini. Masa bodoh dengan surat peringatan. Masa bodoh dipecat, yang terpenting tidak bertemu Min Yoongi.

Jieun masih sibuk dengan pikirannya yang berkecamuk ketika seseorang tiba-tiba menelusupkan tangannya ke sela jari-jemari kiri Jieun, lalu menggenggamnya erat. "Ayo kita pergi, sebentar lagi jam kerja dimulai," katanya sambil tersenyum lembut pada Jieun. Senyum lembut yang memiliki daya magis sampai-sampai Lee Jieun tersihir di tempat, menatapnya terpana kemudian dengan kerja otak yang melambat, Jieun hanya berjalan mengikuti langkah pria tersebut; Jeon Jungkook ...

yang baik hati. [ ]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro