Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

08. Tanpa Rasa Berdosa


Maaf saya lama update. Ada beberapa kendala kemarin, terimakasih masih setia menunggu, baca, vote, dan komen.

*
Happy Reading

*

Lee Jieun masih tidak mengerti. Benar-benar tidak mengerti. Tentang kenapa akhir-akhir ini dia selalu bertemu Min Yoongi. Tentang dia yang tidak sengaja membuat ikatan dengan pria itu melalui baju yang terbawa pulang. Tentang mengapa Min Yoongi muncul padahal dia baru saja mulai mencairkan keadaan bersama Jeon Jungkook.

Tidak, maksudnya kenapa, sih, Min Yoongi ini harus muncul di saat Jieun sedang bersama Jungkook? Seolah-olah pertemuannya dan Jeon Jungkook sama sekali tidak boleh berakhir baik lagi. Padahal, kali ini Jieun tidak berharap dia dan Jungkook akan kembali menjalin hubungan seperti yang sudah-sudah, kembali berjalan di atas jalan yang sama lagi, atau setidaknya minum cola segelas berdua lagi. Jieun hanya ingin tetap berkomunikasi baik dengan Jeon Jungkook. Mendengarnya bicara, melihat raut antusiasnya, dan menyaksikan pria itu tertawa. Jieun tidak mengharapkan apa-apa lagi, hanya itu saja sudah cukup. Tapi kemudian belum sempat hal itu terwujud, semuanya kembali hancur bahkan sebelum Lee Jieun memulainya. Dan untuk semua kekacauan ini, Min Yoongi-lah penyebabnya.

Jieun yakin setengah ribu persen kalau Jeon Jungkook akan berpikir jika dia masih bersama Min Yoongi saat ini. Jieun berkali-kali lipat yakin jika Jeon Jungkook akan mengabaikannya setelah ini, berpikiran buruk tentangnya, dan menjauhi Jieun lagi.

"Ah, kau ini sebenarnya mau apa sih, Min?!"

Lee Jieun mendesah berat, menatap Yoongi tidak mengerti. Sementara pria itu hanya tersenyum, kemudian mengerutkan kening pura-pura tidak mengerti.

"Apa? Aku hanya ingin menyapamu. Menagih bajuku yang kau pinjam."

Jieun mendecih. "Berhenti pura-pura bodoh, Brengsek."

Min Yoongi menyeringai di tempatnya, kemudian memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana lalu mengangkat bahu. "Kalau kukatan keinginanku yang sebenarnya apa yang akan kau lakukan?" tanyanya kemudian terkekeh pelan, menunggu Jieun memberi jawaban. Ketika menyadari Jieun tetap diam dan hanya menatapnya datar tanda menunggu, Min Yoongi ikut memasang wajah serius.

Kali ini benar-benar serius. Tatapannya berubah meredup melihat ke dalam manik Jieun, menyelam di sana hingga menemukan titik yang ia cari. Sesaat, terlihat pria itu berusaha keras untuk mengucapkan kalimatnya, terbukti dengan beberapa kali Min Yoongi kedapatan meneguk saliva. Seolah-olah baru saja ada duri gaib yang menyangkut ke tenggorokannya.

"Ji, aku ... bisakah kita kembali? Seperti semula. Aku ... masih menyayangimu, Ji."

"Hah!" Jieun terperangah di tempat, bercampur dengan raut terkejut. Setelahnya gadis itu mendecih dan berbalik segera meninggalkan Min Tidak Waras Yoongi. Jieun yakin, jika Min Yoongi ini memang benar-benar sudah tidak waras.

Ah, benar-benar.

Pria itu memang tidak waras. Bisa-bisanya bicara begitu di tengah-tengah keramaian. Membuat malu saja.

Jieun tentu saja langsung pergi ketika menyadari atmosfernya mulai berubah, belum lagi orang-orang yang tadi mendengar ucapan Yoongi masih saja menatap ke arahnya.

"Ji!"

"Lee Jieun! Tunggu aku! Hey, dengarkan aku dulu!"

Jieun tidak menoleh, segera berjalan bahkan rasanya dia mulai berlari sekarang, melewati pintu keluar dan berlari ke arah parkiran. Dia harus pulang sekarang.

"Ji!"

Jieun tersentak ketika Min Yoongi berhasil menyambar tangannya dan mencengkramnya erat.

"Apalagi, Yoon?! Bukannya sudah jelas aku menolakmu, hah!" Jieun berusaha menarik tangannya, tetapi cengkraman Yoongi sangat kuat.

"Dengarkan aku dulu."

"Aku tidak akan mendengarkanmu, Brengsek. Bisa-bisanya kau dengan wajah tanpa malu mengajakku untuk balikan. Kau kira aku ini apa?! Aku manusia Min Yoongi. Kau pikir setelah disakiti aku akan kembali padamu lagi dengan senang hati ketika kau mengatakan masih menyayangiku? Lagian kenapa, sih, kau kembali ke Korea lagi, hah?! Hidup bahagia saja dengan istrimu di sana!" Jieun menatap Min Yoongi berapi-api. Marah. Tentu saja Lee Jieun sangat marah saat ini dan entah bagaimana caranya dia harus mengendalikan diri saat ini. Ada api yang menggelegak di dalam otaknya saat ini sampai-sampai rasanya kepalanya ingin terbakar saja.

Jieun benar-benar tidak habis pikir kenapa Min Yoongi bisa dengan percaya diri menyatakan perasaannya lagi padanya. Apa pria itu sudah lupa apa yang dilakukannya pada Jieun? Bagaimana dia dengan wajah tanpa dosanya membiarkan Jieun hancur berkeping-keping, membiarkannya berlari dengan hati remuk dan tidak pernah datang mengejarnya, membiarkan Jieun lebur ditumbuk berita pria yang dia percaya dan cinta akan segera menikah dan pindah ke Australia.

Masalahnya, saat itu jika Jieun hanya mendengar laki-laki yang ia jadikan pilihan akan menikah dengan gadis lain dan pindah ke luar negeri, mungkin Jieun tidak akan sehancur ini. Tapi keadaannya berbeda. Saat itu, bukan hanya dia yang terluka. Ada gadis lain yang duduk di hadapan Min Yoongi, dengan raut terkejut dan marah seperti milik Jieun yang berdiri mematung agak jauh sementara si pria brengsek ini dengan santai mengaku bahwa dia akan segera menikah dan pindah ke luar negeri bersama istrinya. Bedanya, gadis di hadapan Yoongi segera mengambil minuman dan menyiramkannya ke wajah pria itu, sementara Jieun hanya menangis kemudian berlari pergi setelah Min Yoongi tidak sengaja melihat eksistensinya.

Memang Jieun akui dia bodoh saat itu. Bukannya menghampiri kemudian memukulinya dengan vas bunga besar di sudut kafe, dia malah menangis hilang akal dan pergi. Setelah Jieun pergi dan merenung sehabis menangis gila sendiri, dia jadi berpikir dia ini sebenarnya apa buat Min Yoongi? Jika wanita di hadapannya yang marah dan menyiramkan air itu juga pacarnya, lalu Jieun apa? Jika yang akan dia nikahi dan pindah ke Australia itu juga kekasihnya, lantas Jieun ini siapa? Jieun yang awalnya tidak pernah meragukan Min Yoongi, mempercayai pria itu sepenuh hati, mulai berpikir ada berapa banyak sebenarnya wanita dalam hidup pria itu? Dan ... Jieun di sini hanya salah satu sampah yang dipungut kemudian dibuang.

Lalu, setelah membuatnya hancur dan jatuh dengan perasaan tak berbentuk seperti itu, pria ini malah datang dan menyatakan perasaan dengan wajah tanpa dosa.

"Ji, dengarkan aku dulu. Saat itu bahkan kau tidak memberiku waktu untuk menjelaskan!"

"Saat itu bahkan kau tidak mengejarku dan berusaha menjelaskan. Lalu apa lagi sekarang, Min Yoongi?!"

Yoongi mengusap wajahnya kasar. "Okey, itu kesalahanku, aku akui. Maaf. Tapi, Ji, aku tidak punya waktu saat itu."

Apinya terasa mulai menjalar ke ubun-ubun dan segenap tubuh Lee Jieun. Bisa-bisanya pria ini dengan santai mengatakan tidak ada waktu saat itu. "Dan aku juga tidak punya waktu saat ini, Brengsek!" bentak Lee Jieun. "Tinggalkan aku dan urus istrimu. Dasar laki-laki tidak tahu diri, sudah beristri masih saja mengganggu orang lain!"

Min Yoongi hanya menatap Jieun memohon, membiarkan gadis itu melampiaskan amarahnya. Memang, dia akui semua ini memang salahnya. Tapi ... "Sekarang aku sudah bercerai dengan wanita itu, Ji. Aku sudah bebas. Kita bisa kembali bersama. Asal kau tahu, aku terpaksa menikah dengannya. Aku melakukannya karena ibuku, karena bisnis, karena warisan, dan sekarang semuanya sudah selesai. Sudah tidak ada lagi penghalang, Ji. Aku hanya mencintaimu, hanya kau satu-satunya, Lee Jieun."

"Bullshit, Brengsek!" Jieun menyentak tangannya kuat, menatap Min Yoongi tajam. Kenapa ... pria ini tidak merasa bersalah atas semua kalimat yang baru saja diucapkannya? "Lalu wanita yang di hadapanmu saat itu siapa? Tidak hanya dua, Min. Tapi tiga. Oh, atau ada yang lain lagi? Lebih banyak?"

Min Yoongi mengangkat tangannya, masih berusaha meyakinkan Lee  Jieun. "Dia bukan siapa-siapa. Kau tahu, dia hanya pelampiasan saat aku bosan. Kau ... segalanya, Ji. Sumpah."

Jieun menarik napas berat sambil memejamkan mata. Min Yoongi dan segala ketidaktahudiriannya ini benar-benar sudah melewati batas kesabarannya. "Brengsek! Mati saja kau!" umpatnya kemudian mencopot sepatunya dan memukuli Yoongi membabi buta.

"Ji! Aw—Ak—Ji!"

Setelahnya, Jieun segera mencari mobilnya, masuk ke dalam, meninggalkan Min Yoongi yang masih meringis sambil menyilangkan tangan di depan kepala.

"Ji! Lee Jieun!" Yoongi sadar Jieun sudah tidak di depannya dan berusaha memukuli lagi ketika suara mesin mobil gadis itu menderu pergi. "Jiiiii! AKU TIDAK AKAN MENYERAH! AKU PASTIKAN AKAN MENDAPATKANMU LAGI!" soraknya. [ ]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro