Prolog
"Hey! Kemana sekretarismu yang sebelumnya, Teme? Kenapa aku malah menemukanmu sendirian?" tanya lelaki berambut pirang seraya menatap sahabatnya yang sedang membubuhkan stempel di atas salah satu dokumen yang membutuhkan persetujuannya.
Sasuke tak memalingkan wajah sedetikpun dari dokumen yang sedang diurusnya dan ia menyahut sekedarnya, "Aku memecatnya kemarin, Dobe."
Naruto mengernyitkan dahi. Ini adalah kali kelima lelaki itu memecat sekretaris setelah menjabat posisi CEO menggantikan ayahnya yang memutuskan pensiun serta memilih untuk menjadi anggota dewan direksi serta menjadi pengawas sekaligus penasihat.
"Lagi?"
"Hn."
Sebetulnya Naruto tak perlu bertanya untuk mengetahui alasan sahabatnya memecat sekretarisnya yang bahkan belum bekerja selama satu bulan. Namun ia memutuskan bertanya untuk memastikan jika alasan kali ini memang sama dengan sebelumnya.
"Biar kutebak, sekretarismu kali ini berkencan dengan ayahmu?"
Sasuke meletakkan berkas yang baru distempelnya ke salah satu sisi dan mengambil berkas lain yang membutuhkan persetujuannya di tumpukan berbeda serta membaca isinya untuk menyimpulkan secara garis besar dan memutuskan untuk menstempelnya atau menolaknya.
"Begitulah."
"Kali ini kau benar-benar menyaksikannya dengan mata kepalamu sendiri, kan?"
Sasuke merasa keberadaan Naruto sedikit menganggunya. Sejujurnya sekretarisnya cukup kompeten, namun ia tak memiliki pilihan selain memecatnya setelah terang-terangan menyaksikan ayahnya berkencan layaknya pasangan kekasih dengan sekretarisnya di salah satu pusat perbelanjaan ketika ia berniat makan malam di salah satu restoran.
Selama ini ia berusaha bersikap rasional dengan berusaha memandang ayahnya yang mendukungnya secara terpisah dengan ayahnya yang gemar bergonta-ganti pasangan. Menurutnya, kehidupan pribadi sang ayah bukanlah urusannya. Namun sebetulnya ia tidak suka menyaksikannya dan memilih langsung menghapus wanita manapun yang bersama ayahnya dari kehidupannya, baik secara personal maupun profesional.
"Sabtu sore aku menyaksikan mereka berkencan. Dan kemarin aku langsung memecatnya. Dia berkilah kalau ayahku memaksanya, namun aku tidak peduli ketika dia bisa saja menolak," jelas Sasuke dengan harapan Naruto tak bertanya lebih lanjut sesudahnya.
Naruto mengangguk. Ia sudah mengenal Sasuke dan segala sifatnya selama lebih dari dua dekade. Mereka berdua dulunya adalah rival sebelum memilih jalan masing-masing saat dewasa dan menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
"Sepertinya pekerjaanmu banyak, kurasa kau harus segera mencari sekretaris baru, Teme."
Sasuke mendesah lelah. Ia sudah membayangkan dirinya akan menghadapi situasi yang sama lagi dan lagi. Semua perempuan sama saja menurutnya, mereka semua hanya mengejar uang seorang pria dan akan pergi seandainya pria itu tak memiliki uang.
"Tidak bisakah aku mencari sekretaris pria saja, Dobe?"
Naruto menggeleng, "Jaman sekarang, jangankan sekretaris pria, sekretaris wanita saja sudah jarang. Kenalanku bekerja di akademi sekretari dan mengeluhkan soal sedikitnya peminat."
Sasuke menyadari jika ia tak akan bisa mengerjakan semua pekerjaannya sendirian. Ia akan kesulitan mengatur waktu antara menyusun jadwal dan menyelesaikan pekerjaan sehingga membutuhkan sekretaris. Namun di saat yang sama ia malas berurusan dengan hal yang sama.
"Aku akan mencari sekretaris wanita berpenampilan maskulin."
Naruto segera menyuarakan ketidaksetujuannya, "Hah? Kau gila? Seorang perempuan tidak seharusnya kau paksa untuk berpenampilan seperti pria."
"Itu peraturanku. Kalau tidak suka bisa bekerja di tempat lain."
"Tapi-"
Sasuke memutus ucapan Naruto, "Aku tidak ingin membuang waktu berurusan dengan hal yang sama terus menerus dan tidak memberikan keuntungan apapun untukku."
Naruto mengerti jika sahabatnya adalah seorang lelaki pragmatis dan cenderung memakai logika serta terkesan dingin di permukaan, berbeda dengan dirinya. Mereka berdua sebetulnya hampir berbeda seratus delapan puluh derajat meski memiliki kesamaan dan berbagi hobi yang sama.
"Akan kubuatkan lowongan kerja. Hari ini aku juga akan menjadi sekretarismu selama satu hari. Bagaimana?"
Sasuke melirik Naruto sesaat. Lelaki itu memang konyol dan berisik, namun bisa diandalkan dalam hal tertentu.
"Kalau begitu buatkan kopi hitam tanpa gula untukku."
Naruto segera menyesali tawarannya seketika dan berjalan menuju mesin kopi yang berada di dalam ruangan seraya bersungut-sungut dalam hati.
.
.
Wanita berambut merah muda itu melirik lowongan kerja yang berada di situs lowongan kerja dan membaca persyaratannya.
Dua hari lagi ia akan wisuda dan ia masih belum juga mendapat pekerjaan entah kenapa meski IPKnya nyaris sempurna. Tampaknya perusahaan tidak tertarik merekrutnya karena ia sama sekali tidak memiliki pengalaman organisasi ketika ia sibuk bekerja sambilan demi membiayai kuliahnya.
Lowongan pekerjaan itu adalah lowongan sebagai sekretaris dan ia berniat melewatinya. Ia sendiri bukan lulusan akademi sekretari dan sebetulnya image seorang sekretaris cenderung negatif.
Ia merasa ngeri membayangkan harus bekerja di bawah bos atau atasan mesum dan menjadikan dirinya sebagai target. Ia membayangkan dirinya mungkin terlibat masalah jika sampai melakukan kekerasan fisik dan memutuskan melewati iklan itu sebelum tatapannya terpaku pada logo perusahaan.
U&C Company
Seketika ia menghentikkan gerakan jarinya dan membaca kriteria lowongan tersebut untuk kali kedua. Lowongan pekerjaan di U&C Company belum tentu bisa ia temukan lagi di kemudian hari sehingga ia tertarik, terlebih dengan kisaran gaji yang ditawarkan dua kali lipat dari gaji sekretaris pada umumnya.
U&C Company saat ini adalah perusahaan terbesar di Jepang yang bergerak di berbagai bidang dan bahkan menyumbang lebih dari satu persen dari keseluruhan total pajak nasional melalui pajak yang dibayarkan oleh induk perusahaan, anak perusahaan dan perusahaan afiliasi.
Wanita itu berpikir jika ia harus melakukan yang terbaik agar bisa mendapat pekerjaan di perusahaan yang baik demi bisa keluar dari rumah yang membuatnya sangat tidak nyaman. Ia segera mengubah sedikit CV yang dikirimnya ke berbagai perusahaan sebelumnya dan memutuskan mengirimkan lamaran kerja dan berharap agar setidaknya lolos ke tahap interview.
-TBC-
--------------------------
Author's Note :
--------------------------
Sebetulnya pernah ada karya lain yang di-publish dengan judul yang sama, namun aku memutuskan unpublish dan mengubah ide keseluruhan cerita setelah membuat karya lain yang temanya sedikit mirip.
Berbeda dengan karyaku yang Irreversible, kali ini aku tidak akan membahas lebih dalam soal penyakit mental, melainkan lebih berfokus soal kehidupan riil di masyarakat.
Kalau kalian pernah bermain Mystic Messenger, mungkin merasa familiar dengan kepribadian Sasuke maupun scene di awal cerita. Sebetulnya karakter Sasuke di sini terinspirasi dari karakter Jumin Han di game tersebut.
Aku sendiri menyukai penampilan Jumin Han dan seleranya yang elegan, namun tidak suka dengan kepribadiannya yang cenderung overprotektif. Namun setelah memainkan rute 707 maupun V, aku menyadari jika ada alasan dibalik kepribadiannya dan mulai menyukai karakter itu sehingga aku memutuskan menjadikan inspirasi untuk karyaku ini.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro