Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3

"Pesta perayaan karyawan baru lagi? Ya ampun," keluh Kakashi, seorang manajer penjualan berumur tiga puluhan berambut perak.

Lelaki itu merasa lelah karena bulan ini adalah kali ketiga mereka mengadakan pesta penyambutan karyawan baru, semuanya untuk sekretaris sang direktur. Dalam hati ia merasa heran, apakah perusahaannya begitu kaya hingga mengadakan pesta tiga kali sebulan?

Ia sendiri sudah mendengar isu mengenai ayah sang direktur yang kerap menggoda wanita dan para sekretaris yang dipecat setelah berkencan dengan sang pemilik perusahaan. Ia berharap semoga tidak perlu menghadiri pesta penyambutan karyawan baru yang keempat bulan ini.

"Kau mau taruhan berapa lama kita akan menghadiri pesta penyambutan karyawan baru bagi sekretaris sang direktur?" tanya Kurenai, rekan sesama manajer di divisi lain.

"Aku bertaruh sepuluh ribu yen, paling lama tiga bulan," sahut Asuma, lelaki berumur tiga puluhan di divisi keuangan.

"Pokoknya aku ingin pulang dan tidur," ujar Kakashi dengan lemas. Ia benar-benar malas harus menghadiri pesta ketika seharusnya ia bisa bersantai sepulang kerja. Namun ia tak enak hati untuk tidak datang ketika rekan-rekannya menghadiri pesta.

"Biasanya sekretaris sang direktur pasti cantik. Kau tidak mau melihat perempuan cantik?" Tanya Kurenai seraya melirik Asuma --kekasihnya-- dan menyeringai. Ia paham bagaimana tabiat Kakashi yang bersemangat jika terkait perempuan cantik.

Kakashi mulai ragu. Ia merasa penasaran secantik apa perempuan yang kini menggantikan posisi sekretaris yang lama.

"Benar juga. Aku jadi penasaran seperti apa wajah sekretaris baru kali ini."

Kurenai tersenyum maklum. Sesungguhnya ia sendiri pun merasa penasaran dengan sosok sang sekretaris baru.

.

.

Sakura benar-benar tak habis pikir dengan pemikiran bosnya yang satu ini. Lelaki itu memintanya untuk mereservasi restoran untuk 157 karyawan pukul enam sore. Maka satu-satunya opsi yang masuk akal adalah restoran hotel bintang lima yang menyediakan buffet.

Namun sudah tiga restoran yang menolak dengan alasan mereka tidak bisa menampung karena sudah ada booking lain atau harus reservasi minimal seminggu sebelumnya.

Sakura membuka situs pencarian restoran dan memutuskan untuk menghubungi restoran keempat. Kali ini ia berharap agar restoran keempat bersedia menerima pesanannya.

Sakura baru saja akan menelpon ketika mendadak terdengar suara ketukan di pintu dan ia segera menoleh. Pintu terbuka dan terlihat seorang wanita berambut hitam memasuki ruangan.

Ia segera berdiri dengan terburu-buru dan menundukkan kepala, "Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?"

"Wah, kau sekretaris baru?" Tanya wanita itu seraya tersenyum.

Sakura menganggukan kepala seraya mengulurkan tangan, "Ya. Saya Haruno Sakura. Senang bertemu denganmu."

Wanita itu tersenyum dan berjabat tangan, "Shizune. Sekretaris dari COO. Senang bertemu denganmu."

Shizune melepaskan jabatan tangan terlebih dulu dan berkata, "Ini laporan dan surat yang hendak diberikan pada Tuan Uchiha Sasuke."

"Oh, oke."

Sakura berpikir kalau wanita itu akan memberikan langsung pada yang bersangkutan. Namun wanita itu langsung berbalik dan berkata, "Kalau begitu saya permisi dulu."

Ia begitu terkejut dan hanya mengiyakan saja. Di dalam hati ia merasa heran. Padahal Sasuke berada di dalam ruangan. Kenapa tidak menyerahkan langsung kepada yang bersangkutan?

Pasti perempuan itu malas. Ya tidak salah juga, sih. Siapa yang merasa nyaman berada di dekat lelaki yang terlihat mengintimidasi dengan sorot mata tajam? Kalau tatapan bisa membunuh, maka ia pasti sudah mati di detik pertama ia bertemu pandang dengan lelaki itu.

Sakura segera berjalan menuju meja Sasuke yang berada di dalam ruangan yang terpisah dengan pintu kaca transparan. Ia masuk ke dalam dan mendapati lelaki itu sedang duduk di mejanya seraya menatap layar monitor.

"Sekretaris Tuan COO memberikan laporan untuk anda," ujar Sakura seraya meletakkan laporan berbentuk fisik di atas meja.

"Hn."

Sakura merasa heran karena di jaman modern masih ada orang yang membuat laporan versi cetak. Padahal biasanya laporan dikirim via email.

"Kau sudah menemukan restorannya?"

Sakura segera menggelengkan kepala, "Belum. Sudah tiga restoran yang menolak. Ada yang mengatakan harus reservasi seminggu sebelumnya."

Sasuke berdecak pelan dan bertanya, "Berapa jumlah karyawan perusahaan kita?"

Sakura hampir meringis, namun cepat-cepat membuat reaksi datar, "157, Pak."

Sasuke mengeluarkan ponselnya dan menempelkan jempolnya di layar dan memberikannya pada Sakura, "Telepon Hyuuga Neji untukku. Mataku sakit terlalu banyak melihat layar."

Sakura baru tahu jika menjadi sekretaris berarti juga melakukan hal seperti ini. Ia bertanya-tanya dalam hati, apakah lelaki itu tidak merasa takut jika ia melihat-lihat data pribadi di ponsel sang bos?

"Serius? Saya benar tidak apa-apa memegang ponsel anda?"

Sasuke menatap wanita itu dengan jengkel. Kalau ponsel itu berisi data pribadi yang tidak boleh dilihat sekretarisnya, tentu saja ia tidak akan menyerahkan ponsel itu sembarangan. Namun ia tak pernah menyimpan data yang bersifat pribadi di ponselnya.

"Hn."

Sakura mengambil ponsel itu dan sedikit tergoda untuk melihat isinya. Namun ia mengurungkan niat dan menyadari jika ponsel itu sama seperti pemiliknya, membosankan.

Ponsel itu berwarna hitam yang diatur dengan dark mode dan wallpaper serta lock screen berwarna abu-abu gelap tanpa objek apapun. Kira-kira, lelaki seperti Uchiha Sasuke juga menyimpan video mesum di ponselnya tidak, ya? Atau justru malah tidak menyimpan karena jika menginginkan seks tinggal menyewa wanita saja tanpa harus menonton video semacam itu dan melayani dirinya sendiri.

"Stempelkan semua dokumen yang sudah kutandatangani di meja."

"Oke."

Sakura segera menghubungi kontak bernama Hyuuga Neji itu dan segera memberikannya pada Sasuke begitu ponsel tersambung.

Sesudah itu ia segera menghampiri meja itu, mengambil stempel dan memastikan bahwa stempel itu tidak terbalik.

Lelaki ini pasti malas sekali hingga meminta seseorang menggunakan stempel pribadinya.

.
.

"Saya ingin memperkenalkan Nona Haruno Sakura, sekretaris baru saya."

Ucapan Sasuke melalui pengeras suara membuat perhatian seluruh karyawan tertuju padanya seketika.

Sakura merasa terkejut. Padahal sebelumnya di meja lain cukup ribut karena para karyawan sibuk mengobrol satu sama lain. Ia sendiri berada di meja jajaran direksi yang berdampingan demgan sekretaris mereka.

Sakura tidak menyangka jika Sasuke bisa mendapatkan tempat di hotel bintang lima hanya dengan menelpon beberapa menit. Tampaknya lelaki bernama Hyuuga Neji itu merupakan pemilik hotel, dan entah bagaimana menyediakan hall yang sebetulnya digunakan untuk acara pernikahan dan bahkan menyediakan aneka buffet di sana.

Ia cepat-cepat menundukkan kepala begitu semua tatapan tertuju padanya dan meraih mic yang ditujukan padanya dan berkata dengan intonasi setenang mungkin meski sebetulnya ia merasa gugup setengah mati.

"Senang bertemu dengan anda semua. Saya Haruno Sakura. Mohon bantuannya."

Sesudahnya ia mengembalikan mic dan cepat-cepat duduk tanpa menatap siapapun. Ia merasa terlalu gugup. Saat ini saja ia sudah merasa tidak nyaman duduk di antara para direktur.

Si wanita berambut hitam pendek yang tadi siang dijumpainya tersenyum ke arahnya dan ia membalas dengan senyuman simpul. Setidaknya reaksi bersahabat perempuan itu membantunya tetap berada di tempatnya saat ini.

"Silahkan nikmati hidangan kalian sampai jam sepuluh malam. Besok kalian tetap masuk kerja. Alkohol disediakan di setiap meja," ucap Sasuke sebelum mengakhiri penyambutan.

Tatapan gadis merah itu tertuju pada sang direktur. Lelaki itu benar-benar to the point. Tidak ada basa-basi sedikitpun dan langsung pada intinya.  Rasanya jika dihitung total ucapan lelaki itu tidak sampai satu menit.

Dan ketika para karyawan bertepuk tangan, Sakura ikut bertepuk tangan meski sebenarnya heran dengan alasan mereka bertepuk tangan. Menjadi seorang direktur benar-benar keren, hanya dengan berbicara beberapa kata yang sebenarnya bisa diucapkan karyawan manapun saja bisa mendapat reaksi seperti ini. Setidaknya begitu pikir Sakura.

Sakura menengok ke arah para sekretaris lainnya, mayoritas dari mereka menawarkan diri mengambilkan makanan bagi para direktur yang merupakan bos.mereka. Ia merasa bingung, haruskah ia mengikuti mereka? Bukankah ini di luar jam kantor?

"Pak Sasuke, apakah anda ingin diambilkan makanan?" tanya Sakura dengan hati-hati.

Sasuke menatapnya sekilas dan mendadak berbicara dengan suara yang cukup keras untuk dapat didengar oleh direktur yang duduk di samping kiri dan kanannya, "Aku akan ambil sendiri."

Ucapan Sasuke membuat para direktur lain merasa canggung. Mayoritas dari mereka meminta sekretaris masing-masing untuk mengambilkan makanan.

Sesudahnya Sasuke segera bangkit berdiri dan berjalan menuju salah satu stall makanan China dan membuat para direktur yang terdiam di tempatnya semakin tifak nyaman.

"Sudahlah, aku ambil sendiri saja," ucap salah seorang direktur yang mendadak merasa canggung pada sekretarisnya.

Sakura merasa heran di dalam hati. Apa maksud Sasuke bersikap begitu? Apakah kebetulan saja suaranya agak keras sehingga terdengar direktur lain?

Namun ini benar-benar aneh. Lelaki itu orang malas yang bahkan meminta orang lain memencetkan telpon untuknya, mengapa kali ini malah ingin mengambil sendiri?

Hah ... rasanya malas sekali berpikir terlalu banyak soal orang itu. Dasar lelaki aneh, begitu pikir Sakura yang berusaha mengenyahkan Sasuke dari pikirannya.

"Salam kenal, aku Shizune," ucap wanita berambut hitam yang duduk di sampingnya.

"Aku Ino," ujar wanita berambut pirang.

Dua wanita lainnya memperkenalkan diri dan Sakura balas memperkenalkan diri, kali ini dengan lebih informal. Tatapannya tertuju pada ponsel Ino yang duduk di sampingnya dan mendadak ia berujar, "Xiao Zhan."

Ino segera menoleh dan berkata, "Lho? Kau tahu juga?"

Sakura mengangguk. Tentu saja, bagaimana mungkin ia tidak tahu aktor di serial China favoritnya.

"Tentu saja. Aku kan menonton Mo Dao Zhu Shi. Kau juga?"

"Astaga!" pekik Ino seraya memeluk Sakura dengan antusias, membuat Sakura merasa canggung. "Akhirnya aku bertemu sesama fangirl."

Shizune berdecak, "Hey jangan lupakan aku yang juga sudah kau racuni."

Sakura merasa terkejut karena situasi yang semula formal menjadi informal secara mendadak begitu direktur yang mereka layani pergi. Mereka bahkan tak peduli dengan kedua direktur yang masih berada di meja, menunggu makanan mereka diantarkan oleh para sekretaris.

Sakura merasa tidak enak hati dan sedikit menundukkan kepala. Mungkin kedua direktur itu akan mengeluhkan sikap mereka nanti.

"Maaf," ucap Sakura dengan pelan, entah terdengar atau tidak.

Sebetulnya Sakura merasa lapar dan berpikir untuk mengambil sushi dan sashimi di stall makanan Jepang. Ia mengajak kedua wanita itu dan memutuskan untuk segera mengantri.

Sakura memutuskan mengambil tuna dan salmon sashimi yang segar dan bertekstur lembut ketika digigit. Kemudian ia mengambil wasabi di mangkuk kecil dan mencampurnya dengan kecap asin.

"Ambil kue, yuk," ajak Ino yang diiyakan oleh Sakura dan Shizune.

Sakura baru saja akan mengantri ketika seorang wanita berambut hitam yang tampaknya berusia tiga puluhan menepuk bahunya.

"Kau sekretaris baru itu? Aku Kurenai."

Sakura kembali memperkenalkan dirinya dan ia segera mengambil piring dengan satu tangan serta meletakkan piring berisi sashiminya di samping meja.

Kue-kue itu terdiri lebih dari sepuluh jenis, mulai dari kue tradisional hingga kue ala Barat. Sakura memutuskan mengambil sepotong blueberry cheese cake, tiramisu dan opera cake.

Ia sendiri adalah penggemar makanan manis dan berpikir untuk segera mengambil kue sebelum kehabisan. Biasanya ia selalu mengincar kue ketika pergi ke pesta pernikahan, karena umumnya tidak ditambahkan lagi oleh pihak hotel.

Ia kembali ke meja dan mendapati Sasuke sudah berada di mejanya, tengah menikmati beberapa potong dimsum.

Cara makan lelaki itu membuat Sakura merasa gugup hingga nafsu makannya menguap seketika. Ia.khawatir jika cara makannya akan dianggap kasar dan memalukan di mata lelaki itu.

Suasana pun terasa lebih berat seketika begitu para direktut kembali ke meja masing-masing. Baik Sakura maupun para sekretaris lainnya tidak lagi berbincang.

Sakura memotong kuenya dengan sangat perlahan, berusaha memasukkan benda manis itu dengan cara seelok mungkin.

Ia berharap agar alkohol cepat-cepat dihidangkan sehingga ia bisa mengalihkan atensi pada gelas bosnya yang kosong.

.
.

Sasuke melirik wanita merah muda di hadapannya sekilas. Sebetulnya ia tak begitu peduli, namun ia agak terganggu ketika perempuan itu terlihat tidak nyaman hingga makan dengan sangat pelan.

Bahkan Sakura juga memakan dessert terlebih dulu, padahal jelas-jelas itu pencuci mulut.

Pada akhirnya ia memutuskan mengabaikannya dan memilih mengambil makanan serta menikmati beberala gelas alkohol yang cukup untuk membuatnya lebih rileks namun tidak sampai mabuk. Toh hari ini ia juga tidak mengemudi.

"Pak!" seru sekretaris wanita berambut pirang yang ia ketahui bernama Ino tepat ketika direktur yang dilayaninya hampir terjatuh ketika ia membopongnya.

Sasuke hanya diam saja, tak berniat membantu direktur itu. Ia tak berniat menahan rasa jijik jika pakaiannya sampai terkena muntahan.

"Berat! Bantu ak ... ah, maaf," Ino menoleh ke samping dengan tatapan bersalah. Ia merasa tidak enak meminta bantuan pada direktur lainnya.

Tanpa diduga, Sakura melesat dengan cepat dan membantu Ino sebelum orang lain sempat bereaksi.

"Terima kasih. Aku tidak kuat, nih. Bantu antar ke mobilnya saja, ya. Akan kucoba menelpon supirnya,' ucap Ino.

Sakura menoleh ke arah Sasuke dengan tatapan meminta persetujuan  dan segera berkata, "Maaf, Pak. Saya bantu mengantar ke mobil, ya. Bolehkah saya pulang sesudahnya?"

Sasuke sedikit terkejut akan reaksi tak terduga wanita itu. Ia segera mengatakan sesuatu yang keliar begitu saja, membuat dirinya terkejut sesudahnya.

"Hati-hati di jalan."

Sakura berpikir kalau ia baru saja berhalusinasi.atau salah mendengar. Lelaki itu menyuruhnya berhati-hati. Ini tidak mungkin, kan?

-TBC-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro