Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 11

Sakura menatap Sasuke yang tengah mengambil sepotong crispy chicken dengan jari. Lelaki itu terlihat risih saat memegang ujung ayam.

"Ini ... harus dimakan begini? Pakai tangan?" Sasuke menatap jarinya sendiri dengan ragu. Ia tak terbiasa menyentuh makanan dengan tangan secara langsung dan merasa kotor. Sejak tadi ia menahan diri untuk tidak mengembalikan ayam ke dalam bucket, kemudian mengambil piring, pisau dan garpu.

"Biasanya begitu. Kalau tidak nyaman, Bapak bisa pakai sarung tangan plastik."

"Restonya tidak memberi sarung tangan plastik?"

Sakura segera menggelengkan kepala sambil memberikan kertas coklat kemasan pada lelaki di hadapannyaz "Nih. Di dalam kemasannya tidak ada."

Sasuke memaksakan diri menggigit ayam yang dipegangnya dengan rangan secara langsung. Partikel minyak dan tepung yang lengket membuatnya merasa risih. Namun ekspresi wajahnya berubah seketika saat ayam yang renyah itu memasuki indra pengecapnya.

"Mau pakai saus?" tawar Sakura seraya menyerahkan kemasan plastik berisi krim keju.

Sasuke segera meraih kemasan plastik itu dan menuangkannya ke atas ayamnya. Namun ketika ia akan meletakkan wadah, sebagian dari krim itu jatuh dan mengenai celananya.

"Ya ampun," seru Sakura. Ia secara refleks mengambil tisu dan mengambil krim itu. Ia bahkan tidak menyadari kalau tumpahan saus itu berada di paha Sasuke meski sudah terbalut celana.

Sasuke benar-benar terkejut hingga ia tak sanggup berkata apapun. Ia bahkan tak bisa merasa marah ketika Sakura seenaknya menyentuh pahanya.

"Kau ... ngapain?" tanya Sasuke pada akhirnya, setelah keterkejutan mulai sirna dan ia menyadari apa yang terjadi.

"Aku membersih--" jeda sejenak sebelum Sakura menyadari apa yang terjadi dan seketika ia berseru.

"Astaga! Maaf! Saya refleks membersihkan saus!" Sakura berseru seketika. Ia meraaa benar-benar panik menyadari bahwa ia menyentuh seorang pria dewasa di area yang sedikit sensitif.

Wajah Sasuke sedikit memerah dan ia merasa gugup. Meski tangan Sakura tak lagi menyentuh pahanya, namun ia tak bisa melupakan sensasi sentuhan perempuan itu. Padahal ia tak memikirkan hal semacam itu, namun entah kenapa tubuhnya sedikit menegang.

Sasuke cepat-cepat memperbaiki posisi duduknya dan segera menggigit saus pada ayam. Perpaduan kulit ayam bertepung yang renyah dengan saus keju yang creamy memasuki indra pengecapnya dan berhasil membuat pikirannya sedikit teralih.

"Enak."

"Memang! Bapak belum pernah mencoba ini?"

Suara Sakura sedikit meninggi karena antusias. Ia merasa senang, seolah baru memberikan informasi yang berguna bagi seseorang.

Sasuke tak sanggup menyembunyikan seulas senyum. Ia bahkan tak begitu sadar bahwa kedua sudut bibirnya sedikit tertarik.

"Belum."

"Ah, kalau begitu Bapak harus makan yang banyak."

Sasuke merasa tidak tahan lagi dengan sensasi tidak nyaman di jarinya. Ia segera meletakkan ayam di atas tisu kemudian bangkit berdiri, "Mau piring?"

Sakura merasa sedikit terhormat, bagaimanapun juga seorang bos menawarkan untuk mengambilkan piring untuknya. Ia sebenarnya terbiasa memakan menggunakan tangan, namun ia mengiyakan saja.

Lelaki itu sepertinya risih memakan dengan tangan dan ia khawatir lelaki itu juga risih kalau seseorang di hadapannya memakan dengan tangan.

"Boleh. Terima kasih."

Sasuke tak menyahut dan segera berjalan menuju dapur. Ia sedikit mempercepat langkahnya dan berjalan menuju wastafel, serta mencuci tangannya yang terasa lengket dengan sabun beraroma perpaduan lavender dan rosemary.

Ia menggosok tangannya jauh lebih lama ketimbang biasanya, sedikit terlarut dalam benaknya. Suara air yang mengalir membuat pikirannya sedikit terlarut.

Mengapa ia bereaksi begini? Apakah ia bergairah pada perempuan itu? Ia merasa dirinya begitu rendah bereaksi hanya karena situasi semacam itu.

Tidak, pasti tidak begitu. Barangkali cuaca sedikit dingin atau ia merasa risih sehingga gugup dan bulu kuduknya meremang hingga sekujur tubuhnya menegang.

Sasuke cepat-cepat mematikan kran dan mengibaskan tangannya sendiri  beberapa kali lalu mengeringkannya dengan kain pengering tangan. Ia kemudian mengambil dua pasang pisau dan garpu serta dua buah piring yang belum dipindahkan ke lemari.

Ia kembali dan mendapati Sakura sudah menunggunya. Tatapan perempuan itu terlihat tidak sabar, menunggu agar bisa segera menikmati ayamnya.

Ini bukan kali pertama Sasuke menikmati ayam goreng semacam ini. Rasanya dulu Naruto pernah membawanya, namun kenapa ayam goreng ini terasa lebih enak? Apa crispy chicken memang seenak ini?

Sasuke segera duduk dan mengambil secarik tisu, lalu mulai mengelap piring. Ia kemudian mengambil tisu dan mulai mengelap permukaan garpu dan pisau.

Sakura hanya mengamati lelaki di hadapannya mengelap peralatan makan. Ia pikir lelaki itu sedikit berlebihan.

"Piringmu."

Sakura terkejut ketika menyadari Sasuke bahkan memberikan piring yag sudah dibersihkan terlebih dulu untuknya. Ia merasa ini adalah kesempatan langka di mana seorang bos melayaninya.

"Terima kasih."

Ucapan 'terima kasih' yang terdengar biasa saja membuat Sasuke sedikit tersanjung. Entah kenapa ia senang mendengar ucapan itu dari Sakura.

"Eh, pakai yang ini saja. Punyaku tidak usah dilap," ucap Sakura seraya menyodorkan piring yang baru diberikan padanya.

Sasuke mengernyitkan dahi dan menyahut, "Itu kotor."

"Kotor apanya? Kan di rumah Bapak."

"Aku mengambilnya dari rak pengering, bukan lemari. Sudah kontak dengan udara--"

Sakura memotong ucapan Sasuke, "Tidak masalah, Pak. Sayang tisunya."

Sasuke sedikit meringis. Kenapa harus sayang dengan tisu yang harganya murah?

"Murah, kok."

"Aku merasa sayang menghabiskan 6 lembar tisu. Soalnya ...."

Sakura seketika memutus ucapannya. Ia merasa tidak enak karena tanpa sadar hampir menceritakan pengalaman pribadinya. Bagaimanaun juga, Sasuke ini atasannya, bukan teman.

"Apa?"

Sakura terdiam sejenak. Haruskah ia bercerita soal ini? Sasuke pasti akan menganggapnya pelit kalau ia tidak bercerita.

"Mm ... dulu aku pernah berada di masa sulit. Saat itu keluarga pamanku bangkrut dan sulit membeli tisu, jadi saat pilek aku memakai satu tisu dan tidak akan membuangnya sampai benar-benar tidak bisa dipakai. Aku jadi merasa sayang memboroskan tisu."

"Tisu itu mahal?"

Sakura mendengus akan reaksi Sasuke. Pria yang hidup dengan kehidupan mewah sepanjang hidupnya tidak akan paham bagaimana perasaannya.

"Duh, sepertinya bakal susah mengajarkan common sense untuk Bapak."

"Orang biasanya menghemat tisu?" tanya Sasuke seraya menatap Sakura lekat-lekat dengan rasa ingin tahu yang terpancar di matanya.

"Sebagian, Pak. Biaya hidup kan ada macam-macam, misalnya tagihan listrik, air, transportasi, dan sebagainya. Nah, kalau uangnya sedikit, demi mencukupi semua kebutuhan, harus berhemat. Daripada membeli tisu, uangnya bisa digunakan buat beli lauk."

Sasuke mengangguk. Sepertinya ia paham konsep semacam ini walau tidak seutuhnya.

"Ah, Bapak paham kalau sebagian orang memiliki gaji kecil, kan? Jadi pemasukannya sangat pas-pasan."

Sasuke mengangguk. Cleaning service dan security di perusahaannya menggunakan jasa outsourcing. Ia tahu yang ini karena pernah dibahas di rapat. Perusahaan outsourcing lebih seperti makelar di mana pemakai jasa membayar gaji kemudian pihak makelar memberikan pada pekerja dengan potongan.  Bagaimanapun juga, ia perlu tahu mengenai keadaan perusahaan tempatnya bekerja meski ia tidak mengurusnya secara langsung.

"Aku mengerti."

Sasuke meletakkan sepotong ayam ke piring dan melirik piring Sakura sekilas serta berkata, "Ambil ayamnya."

"Terima kasih. Selamat makan, Pak."

Sakura segera mengambil sepotong ayam dengan garpu. Ia merasa sedikit kesulitan memotong ayam dengan pisau dan garpu meski masih bisa menggunakan sendok dan garpu.

Terdapat tulang pada ayam dan ia segera memotongnya. Ia segera mengunyah daging ayam yang terasa juicy dengan tepung renyah serta tidak terlalu berminyak dan saus keju.

Ia begitu meniknati rasa ayam yang gurih dan tanpa berucap, ia kembali memotong ayam serta mengunyahnya.

Berbeda dengan dirinya, Sasuke terlihat makan dengan tenang menggunakan pisau dan garpu. Lelaki itu terlihat lebih menikmati proses memakan ayam itu ketimbang dengan tangan.

Masih terdapat daging ayam yang lumayan banyak pada tulang ayam dan Sakura merasa sayang menyisakannya. Ia segera berniat memotong dagingnya, namun begitu sulit dan terdengar suara dentingan piring keramik dan alat makan.

Sakura begitu fokus dengan ayamnya dan berniat mengganti posisi garpunya. Namun ketika ia hendak mengangkat garpunya, ayam itu seketika terlempar dari piringnya.

Mata Sakura terbelalak seketika saat menyadari ayamnya sudah melayang meninggalkan piringnya dan mengenai dada Sasuke, kemudian jatuh ke paha lelaki itu.

Wajah Sakura memeraha seketika. Ia merasa malu dan bersalah. Sasuke bahkan sampai berhenti makan dan menatapnya lekat-lekat.

"Saya benar-benar minta maaf, Pak." Sakura berucap seraya menundukkan kepalanya, merasa malu dan bersalah.

Reaksi Sasuke benar-benar di luar dugaannya. Lelaki itu tertawa pelan dan tersenyum seraya mengambil tisu dan mengambil tulang ayam itu dari pahanya.

"Sepertinya ayam itu begitu menyukaiku, hn?"

Sakura terdiam sesaat mengamati lelaki di hadapannya. Harus ia akui bahwa senyuman Sasuke menawan hingga jantungnya sedikit berdesir. Rasanya ia ingin melihat senyuman itu lagi.

Seolah mampu membaca pikiran Sakura, Sasuke segera berucap, "Kau tidak akan kupecat karena membuat ayam terbang ke bajuku."

Sakura merasa lega karena reaksi tak terduga lelaki itu. Sasuke sendiri merasa heran, kenapa ia malah tertawa? Ia merasa ayam yang terlempar tanpa sengaja ke bajunya adalah hal.yang lucu. Sejak kapan ia bisa tersenyum karena hal konyol
begini?

"Mulai sekarang aku harus mengajari table manner padamu. Kau tidak mungkin kursus sekarang, jadi aku akan mengajarimu secara langsung."

Sakura merasa gugup seketika. Selama ini, ketika Sasuke bertemu klien, ia hanya mengamati lelaki itu dan kliennya saat makan siang. Saking gugupnya, ia secara refleks makan dengan sangat pelan dan sedikit kalau ia harus ikut makan. Ia sebetulnya tidak paham aneka pisau, garpu dan sendok di atas meja.

"Saya benar-benar minta maaf, Pak."

Sasuke memperlihatkan seulas senyum tipis, "Untung kau melempar ayam padaku, bukan klien."

Lagi-lagi senyuman tipis yang tulus diperlihatkan padanya. Entah kenapa, ia merasa Sasuke bersikap sangat lunak padanya hari ini.

Ia pikir lelaki itu akan memarahinya atau bahkan membentaknya. Ia bahkan tak memikirkan alasan lelaki itu bersikap baik padanya.

Sakura mati-matian menahan air mata yang hendak mengalir. Ia merasa lega karena seseorang memperlakukannya dengan lembut meski ia melakukan kesalahan yang fatal.

.
.

Sakura kembali ke kamarnya dan menyandarkan tubuhnya pada kasur yang empuk dan berusaha memejamkan matanya, namun tak sanggup terlelap.

Udara di dalam kamar ini begitu sejuk berkat pendingin udara dan begitu luas. Ia bahkan bisa bernyanyi dan berbaring di lantai kamarnya serta melakukan gerakan olahraga tanpa menyenggol.barang apapun.

Kasur dan bantal yang disediakan juga begitu empuk, begitupun drngan bedcover yang hangat dan lembut. Ia merasa kamar itu begitu nyaman hingga rasanya sanggup tidur sepanjang hari saat sedang libur.

Ia masih tak bisa melupakan reaksi Sasuke saat ia melakukan kesalahan. Lelaki itu tak memaki atau bahkan membentaknya, juga tidak memeluknya, namun tindakan lelaki itu menenangkannya.

Ia pikir ia akan membuat lelaki itu sangat marah karena bertindak tidak sopan. Ia tak terbiasa dengan tindakan lembut, kesalahan seolah kiamat yang harus dihindari sebisa mungkin. Maka ia merasa begitu terharu hingga hampir menangis.

Sejak awal, meski agak menyebalkan, ia baru menyadari bahwa lelaki itu bersikap baik padanya. Ia diberikan beban pekerjaan yang berat, namun juga fasilitas.

Apakah di dunia ini ada manusia sebaik itu? Atau jangan-jangan lelaki itu memiliki tujuan tertentu? Namun di kontrak jelas-jelas tidak boleh memintanya melakukan perbuatan melanggar hukum dan hal berbau seksual. Lelaki itu bahkan juga tidak menahan ijazahnya.

Apakah Sasuke tidak khawatir kalau ia kabur dan membawa barang berharga di dalam rumah ini? Bagaimana bisa lelaki itu percaya dengan orang tidak dikenal semudah ini?

Meski tidak punya common sense soal kehidupan orang biasa, tidak mungkin lelaki ini juga begitu polos dan bodoh, kan? Dengar-dengar malah banyak inovasi di perusahaan sejak lelaki ini menjadi CEO.

Kenapa Sasuke bersikap sebaik ini padanya? Ia merasa begitu berhutang dan tak tahu bagaimana bisa membayar lelaki itu selain bekerja sebagus mungkin.

Sakura merasa penasaran, sebetulnya Sasuke orang yang seperti apa? Ia merasa ingin mengenal lelaki itu secara lebih, bukan sebagai atasan, namun sebagai teman.

Ia jadi berharap bisa memanggil lelaki itu tanpa sebutan 'Pak' dan tidak merasa canggung sama sekali.

.
.

Sasuke merasa sulit untuk terlelap membayangkan besok ia akan pergi ke luar negeri. Tentu saja, ini bukan kali pertamanya berpergian ke luar negeri dan melakukan perjalanan bisnis, namun ia merasa tak sabar agar hari segera usai.

Besok, ia akan berada lebih dekat dengan Sakura. Mereka akan berbagi ruang tamu yang sama meski berbeda kamar.

Jantungnya berdebar keras. Ia membayangkan bahwa Sakura pulang ke tempat yang sama, hanya berbeda kamar tidur dengannya. Apa yang terjadi padanya?

Ia menyadari bahwa Sakura membuatnya tertarik. Perempuan itu berbeda dengan kebanyakan perempuan, bahkan mengajarinya soal common sense. Sakura bertindak berani padanya, namun bukan dengan cara menggoda yang cabul dan membuatnya jijik.

Perempuan itu berani menasihatinya soal ini dan itu. Meski perempuan itu melewati batas personal dengan menyentuh pahanya saat membersihkan noda, ia tidak keberatan. Ia menyadari bahwa Sakura melakukannya bukan bermaksud genit.

Ia pernah sedikit berharap menemukan seseorang yang bukan memperlakukannya sebagai CEO, melainkan seorang manusia bernama Sasuke. Sekarang, ketika ia menemukannya, ia malah berharap bahwa kali ini ia tak akan salah menilai dan tak ingin melepaskannya.

Sasuke menghembuskan napas keras-keras. Ia merasa kepalanya sedikit sesak akibat mengingat momen yang dihabiskannya bersama Sakura.

Ketika melakukan perjalanan bisnis, ia berharap terjalinnya kerja sama yang membuahkan keuntungan. Namun sekarang ia tak hanya mengharapkan hal itu, melainkan juga kebersamaan dengan Sakura. Ia menunggu waktu bebas yang dihabiskan bersama.

Sasuke meringis, merasa malu akan pemikirannya sendiri. Ia seperti remaja lelaki yang sedang kasmaran sekarang.

Sepertinya, dia sungguhan jatuh cinta.

-TBC-

-------------
Author's Note :
-------------
Selamat hari kemerdekaan ke-75!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro