Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tidak Terduga

Terkadang Allah memberikan sesuatu yang tidak pernah kita ketahui.

✔✔✔

Ziya membawa gadis itu ke rumahnya dan selama di perjalanan, si gadis tetap terdiam dengan pandangan kosong. Sorot matanya seperti tak menetap di tempat. Pikirannya seakan berkelana dengan tempat lainnya.


"Kamu duduk dulu di sini, ya." Ziya menuju dapur untuk mengambil air minum.

"Bahkan, ketika aku kabur kalian tidak mencariku."

Ziya terdiam, ketika ia melihat gumaman gadi tersebut. Dia bisa melihat, ada kekecewaan yang terpancar. Air mata itu menetas tanpa isakan dari si pemilik. Seakan mengatakan bahwa ia tengah kesakitan.

Dengan langkah mantap, Ziya menghampirinya.


"Diminum dulu." Gadis itu menatap Ziya dalam diam. Ia tidak mengerti, mengapa Tuhan begitu baik kepadanya hingga menghadirkan sosok Ziya yang baik hati.


"Mbak Ziya!" Tiba-tiba suara Amir terdengar. Ziys menggelengkan kepalanya ketika melihat sang adik berlari ke arahnya, tanpa menoleh ke arah lain. Amir langsung memeluk Ziya.


"Mbak, hari ini Umi sedang dalam perjalanan pulang. Umi juga bawa oleh-oleh apel dari nenek. Aku jadi tidak sabar ingin memakannya.


Ziya tertawa dan mengusap surai adiknya dengan pelan.


Amir merasa ada sesuatu, lantas ketika ia menoleh ke samping. Ia mendapati seorang gadis yang tengah menunduk. Namun ia juga mengenal dengan baik, bahwa gadis di sampingnya adalah seseorang yang ia kenal dan benci.


Sontak Amir langsung berdiri dan menatap nyalang si gadis. Membuat gadis itu semakin menunduk dalam, tidak berani menatap seseorang yang juga ia kenali.


"Amir, duduk dulu." Ziya mencoba untuk menarik Amir namun yang ia dapatkan adalah tepisan halus dari adiknya.


"Vanya! Untuk apa kamu ke sini? Ingin menghancurkan hidup mbakku lagi? Apa kamu tidak cukup dengan kejadian tempo hari, di mana mbakku dikeroyok oleh preman-preman sekolah dan itu semua adalah suruhanmu!"


Dan Vanya tahu, kini hidupnya hanya akan dilingkupi oleh penyelesan. Karena kebenciannya terhadap Amir, ia menyuruh preman sekolah untuk menghajar siapa saja yang Amir lindungi. Dan kebetulan, preman sekolah itu juga mengenal Amir dan tentunya ada unsur dendam di dalamnya.

Dan Ziya adalah korbannya.

Ziya menatap terkejut keduanya. Ia menatap Vanya dengan tatapan membolanya.


"Maaf..." Satu kata itu membuat Amir berdecih pelan. Jika bukan karena yang ia hadapi di depannya adalah perempuan, maka sudah dipastikan bahwa gadis itu sudah masuk rumah sakit karena kemarahannya.


Ziya menghela napasnya pelan, lalu menarik wajah Vanya untuk menatap dirinya.


"Aku sudah memaafkanmu, jauh sebelum hal itu terjadi. Tetapi aku tidak bisa berbuat banyak terhadap kebencian adikku."


Ya, Ziya melihat Amir pergi. Laki-laki pasti sedang meredakan emosinya, karena yang dia tahu, ketika Amir emosi lelaki itu akan pergi mencari ketenangan tanpa banyak bicara.


Vanya langsung memeluk Ziya. Mungkin ini hukuman dari Allah untuknya. Karena ternyata sekarang yang dapatkan adalah, seseorang yang sudah is buat celaka malah menolongnya bahkan tanpa kemarahan sedikitpun.


"Maaf, mbak. Maafin aku..." Tangisnya tumpah. Ada perasaan mengiris yang menghampiri hatinya. Ia merasa hina ketika berada di hadapan Ziya. Begitu malu karena dirinya, gadis itu memiliki goresan di wajahnya.


"Nggak apa, yang berlalu biarlah berlalu. Karena aku sudah melupakannya."

Dan Vanya hanya bisa terdiam lagi. Tubuhnya seakan mati rasa, tidak kuat menerima fakta yang terjadi kepadanya.

"Aku mau beli makanan, kamu tinggal dulu di sini, ya."

Vanya mengangguk, jelas ia malu kepada Ziya. Perempuan itu terlalu baik dan masih baik menolong dirinya. Tanpa mengharapkan sesuatu dari dirinya.


"Amir..." Sebelum membeli makan, Ziya menghampiri Amir yang tengah duduk di ayunan dekat taman rumah.

"Maaf, Mbak. Aku hanya tidak suka melihat seseorang yang sudah merusak keluargaku."


Amir tahu bahwa mbaknya itu akan memberikan banyak nasihat dan salah satunya adalah bahwa dirinya harus memaafkan perbuatan yang sudah dilakukan oleh Vanya.


"Terimakasih sudah menjadi adik mbak yang membanggakan. Tetapi kamu harus ingat bahwa kebencian dan balas dendam tidak akan membuahkan hasil yang baik, sebaliknya yang ada adalah dirimu akan semakin terjerumus." Setelah berkata demikian, Ziya segera meninggalkan sang adik.

Dan setidaknya Ziya harus menghentikan kebencian itu dalam diri adiknya. Ia tidak ingin, Amir semakin menutup mata, hati serta fikirannya.

***

Ketika makan malam tiba, suasana canggung sangat terasa. Vanya terus menunduk dalam acara makannya dan Amir yang mengepalkan tangannya, berusaha untuk tidak meledak.

Amir tidak tahu, apa yang tengah terjadi pada seorang gadis primadona di sekolahnya. Bukankah hidupnya sudah bahagia dengan segala kepemilikamnya, bahkan banyak laki-laki yang mengantri untuk menjadi kekasihnya.


"Makan yang banyak, Vanya. Kamu kelihatan kurus banget dan mbak nggak suka kamu terlalu kurus." Ziya tersenyum lalu menambahkan lauk yang lezat di atas piring Vanya.



Vanya tertegun. Seumur hidupnya, ia selalu makan sendirian tanpa ada yang mau menyajikan makanan untuknya. Dan sekarang ia bisa merasakan, bahwa ada ketulusan yang dimiliki Ziya. Ketelusan tak kasat mata yang membuat siapa saja akan terpesona.



"Terimakasih." Ziys sedikit tersenyum, karena ada perasaan bahagia dalam dirinya. Ia abaikam tatapan tajam dari Amir lalu menikmati makanan yang dibuat oleh Ziya.

"Kalau kamu mau menginap di sini, nggak apa-apa. Aku ada pakaian kecil yang seumuran denganmu, sepertinya."

Vanya pikir, mungkin itu tawaran yang menarik. Ia ingin menghindar dari jangkauan papanya. Ia sedang marah dan berusaha untuk menenangkan diri.



"Terimakasih, mbak."




Bersambung




Salam sayang dan cinta

zeezii23

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro