Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Seorang Sahabat

Buah dari sebuah kebaikan adalah kebaikan itu sendiri.

🌺🌺🌺

Tidak, nyatanya mereka tetaplah sama dengan pendirian yang ada. Mencoba menyangkal dengan fakta nyata dan  berusaha untuk tetap menjatuhkan. Namun sebuah bukti yang ada adalah fakta yang semestinya.

"Siapa yang nyuruh kalian melakukan ini?!" Aisyah dengan teman-temannya kini tengah berada di salah satu markas anak-anak yang melakukan hal tidak mengenakkan kepada Ziya waktu itu.

Mereka yang beranggotakan enam orang hanya mampu terdiam, karena nyatanya mereka takut kepada sekelompok preman yang ditakuti oleh preman lainnya. Ibarat kata, teman-teman Aisyah adalah preman senior yang menguasai beberapa wilayah.

"Kalian tahu, jika tidak berbicara yang sebenarnya maka kami akan melempar kalian ke polisi."

Mereka terdiam, tak ada yang menyahut satupun karena sang pemegang kunci sebenarnya belum datang. Aisyah menghela napas lelah lalu mencoba mendekat. Aisyah jelas tahu bahwa teman-temannya mengatakan hal tersebut bukan hanya gertakan saja.

Ibarat kata, mereka sudah menjadi satu komplotan dengan beberapa polisi. Lagipula perilaku mereka kini sudah sedikit demi sedikit tidak melakukan tindak kriminal, karena mereka berubah haluan menjadi pelindung bagi orang-orang yang tidak mampu namun selalu tertindas.

"Aku tahu kalian terpaksa melakukan ini semua." Mereka sedikit terkejut, menatap Aisyah dengan sedikit was-was.

"Kalau kalian berbicara yang sebenarnya, kami akan melindungi kalian."

Mereka bungkam.

Terdiam cukup lama.

Hingga---

"Kak..." Panggilan itu mengalihkan seorang Aisyah.

"Daniel?" Aisyah justru bingung ketika mendapati seorang pemuda yang dikenalnya.

Daniel, adalah teman seperjuangannya dulu. Dia juga mengenal dengan Ziya karena mereka adalah teman, namun tidak setelah Aisyah dan Ziya memutuskan untuk hijrah. Daniel berubah banyak dan semakin di luar batas, hingga membuat resah kedua orang tuanya.

"Aku yang ngelakuin itu ke Ziya." Daniel tersenyum miring, namun tidak lama kemudian ia kembali memasang wajah datar.

"Daniel... siapa yang nyuruh kamu?"

Daniel terdiam. Ia menatap Aisyah, namun sedetik kemudian memalimgkan wajahnya.

"Aku sendiri yang ngelakuinnya."

Aisyah tersebut, mendekat cukup dekat. Nyatanya, meskipun mereka sudah lama tidak bertemu namun Aisyah mengenal baik sosok Daniel seperti apa.

"Kamu bukan orang yang murah tangan untuk mencelaki temanmu sendiri."

Daniel tertawa mendengar. Lalu ia menatap Aisyah nyalang. Gadis bercadar itu, membuat Daniel semakin merasa jengah.

"Sudah aku katakan, kalau aku sendiri yang melakukannya." Aisyah menatap sekilas Daniel, lalu ia menganggukkan kepalanya.

"Aku tahu. Teman-teman, kita pergi dari sini." Mereka tertegun mendengar perintah Aisyah.

Namun ketika semuanya bubar, seseorang menghadang Aisyah. Aisyah tersenyum di balik cadarnya.

"Maafkan aku. Aku yang melakukannya tetapi benar apa kata kakak, semua itu hanyalah suruhan. Aku berani berkata di belakang sini, karena jika teman-temanku mendengarnya, aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan dibelakangku lagi." Daniel mengeluarkan sebuah flashdisk, lalu ia menyerahkan ke arah Aisyah.

"Di dalam sini, kakak bisa mencari semuanya. Aku tidak bisa melakukan banyak hal. Aku yang melakukannya, tetapi kakak harus tahu dia yang sebenarnya."

Seharusnya dari awal aku melakukan ini. Aku tahu semuanya salah dari awal. Terimakasih sudah menyadarkanku, Ziy.

***

"Aku tidak tahu apa yang kamu inginkan selama ini, tetapi bisakah jangan melakukan semua ini dengan hal yang membuatmu rugi nantinya." Aisyah menghela napas jengah, menatap sosok gadis di depannya yang hanya terdiam.

Mereka kini tengah berada di salah satu pondok di desa sebrang dan tengah berbicara baik-baik kepada gadis tersebut yang ternyata hanya diam dengan tenang.

"Aku tidak pernah berurusan dengan kalian sebelumnya, lalu untuk apa susah-susah menghabiskan waktu hanya untuk seorang Ziya." Gadis itu tersenyum miring. Mengeluarkan sebatang rokok lalu menghidupkannya.

Dari awal sebenarnya Aisyah sudah merasakan firasat ini. Gadis itu selalu memanfaatkan keadaan. Perempuan licik dan cerdik.

"Silakan kalian hancurkan aku."

***

Aisyah berjalan dengan cepat ke rumah kepala desa. Terlihat di sana sudah ramai oleh beberapa penduduk desa dan tak lupa seorang Ziya yang tengah berdiri dengan kokoh. Tak gentar ketika beberapa hujatan dilontarkan kepada gadis itu.

Dan di sana, terlihat seorang Sonya yang duduk tenang di samping ayahnya. Ia tersenyum manis menyambut kedatangan Aisyah, yang hanya dibalas oleh lirikan saja.

"Mbak Aisyah!" Ziya yang menyadari kedatang Aisyah, langsung berdiri dan memeluk gadis bercadar itu.

"Mbak, maaf..." Aisyah menggelengkan kepalanya. Mengelus pelan punggung Ziya, sambil membisikkan kata-kata penenang.

"Lihat wanita bercadar itu. Dia selalu terlihat menyeramkan."

"Mereka terlihat seperti seorang teroris."

"Apa benar mereka akan melakukan rencana untuk menghancurkan desa ini?"

"Dia Aisyah. Dulu preman dari desa sebrang yang disegani oleh preman lainnya."

"Mantan preman tetaplah preman, sekalipun berlindung di balik cadarnya."

"Ziya berjilbab karena ingin menutup sebagian wajahnya yang buruk rupa. Dan dia Aisyah, yang bercadar untuk menutupi sikap premannya. Benar-benar pertemanan aneh."

"Stttsstst..!! Jangan berisik. Kalian bisa dihancurkan oleh teman-teman Aisyah."

Mereka sontak menoleh ke belakang, mendapati beberapa preman yang duduk tidak jauh dari rumah kepala desa. Bergidik ngeri, karena mereka kenal bahwa preman itu dan preman-preman yang paling ditakuti.

"Sebelumnya maaf jika kehadiran saya mengganggu. Di sini saya hanya ingin menjelaskan beberapa hal. Pertama, Ziya tidak pernah sekalipun memiliki niat buruk terhadap desa ini. Coba kita ingat, apakah selama Ziya datang, dia telah membuat kehancuran di sini?" Aisyah menatap sekeliling dan hanya keterdiaman yang ia lihat.

"Kedua, Ziya tidak ada niatan sekalipun untuk merebut suamiku, karena merekapun hanya beberapakali bertemu. Dan aku lebih memahami keduanya dengan baik." Aisyah menghembuskan napas pelan.

"Ketiga, untuk masalah kemarin saya ingin mengungkapkan beberapa hal. Bahwa video dan foto yang tersebar tidak 100 % asli, karena yang ada tersebut sudah diedit sedemikian rupa. Saya bisa menjaminnya." Lalu Aisyah mengeluarkan handphonennya.

Pak Kades langsung membuka HPnya ketika bunyi sebuah pesan whats app diterimanya. Terlihat ia yang mematung ketika melihat video tersebut.

"Bukan keinginan Ziya untuk memiliki sebagian wajah yang seperti itu. Lagipula semua hanya kecelakaan dan luka bakarnya masih bisa disembuhkan. Kalian terlalu membenci sesuatu tanpa tahu hal baik yang ada di dalamnya."

Nyatanya mereka terdiam.

Enggan untuk menjawab.

"Dan... tidak semua wanita yang bercadar adalah seorang teroris. Cobalah untuk berteman dengan kami." Aisyah tersenyum ke arah para warga.

"Pak Kades, ada satu bukti lagi." Aisyah mengirimkan kembali satu video.

Tiba-tiba terlihat Pak Kades yang terdiam mematung.







"Dia...."





Bersambung

Terimakasih
Salam sayang dan cinta
zeezii23


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro